Selasa, 29 Juli 2025

WALIKOTA BILANG BUKAN SARA..! Polisi Tangkap 9 Terduga Perusak Rumah Doa Umat Kristen di Padang

JAKARTA – Polisi menangkap sembilan orang terduga pelaku perusakan rumah doa yang juga dijadikan tempat pendidikan agama siswa Kristen milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat. Adapun perusakan dilakukan pada Minggu (27/7/2025) sore.

Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Solihin mengatakan, penangkapan terduga pelaku dilakukan berdasarkan sejumlah video yang beredar di media sosial.

“Yang sudah kita amankan sembilan orang. Tentunya akan berkembang lagi. Sembilan orang ini sesuai dengan apa yang ada di video yang sudah ada, karena ada bukti-bukti maka kami amankan semua,” ujar Solihin dikutip dari video yang diunggah akun Instagram Polresta Padang, Senin (28/7/2025).

Saat ini terduga pelaku masih dalam pemeriksaan.

Solihin mengatakan, situasi di rumah tersebut kini telah aman. Dia meminta agar masyarakat tidak gegabah dalam menyikapi sesuatu.

“Jangan masyarakat gegabah, jangan masyarakat bertindak anarkis. Semua ada hukum. Jadi siapa yang berbuat maka akan bertanggung jawab,” ujar Solihin.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, video perusakan rumah tersebut viral di media sosial. Salah satunya yang diunggah di akun Instagram @infosumbar.

Dalam video itu, tampak sejumlah warga menghancurkan kaca-kaca jendela dengan batu dan kayu. Mayoritas wanita yang berada di dalam rumah bergegas keluar membawa anak-anak yang menangis histeris.

Pendeta GKSI Padang F Dachi mengatakan, awalnya puluhan jemaat sedang berdoa di rumah tersebut pada Minggu sore dan para siswa sedang belajar agama.

“Saat itu datang ketua RW dan RT memanggil untuk berbicara di belakang rumah. Namun di depan warga ramai datang dan melakukan perusakan,” kata Dachi saat dihubungi, Minggu malam.

Kaca-kaca dipecahkan, listrik diputus, dan banyak peralatan yang dirusak. Selain itu, kata Dachi, ada dua anak yang mengalami luka akibat aksi anarkistis itu.

Wali Kota Padang Fadly Amran datang langsung ke lokasi untuk melakukan mediasi. Mediasi yang dihadiri pihak GKSI, warga, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Padang, dan Polri, dilaksanakan di kantor Camat Koto Tangah hingga tengah malam.

Fadly usai mediasi mengatakan telah dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak.

“Pertama, kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan perusakan bahkan juga sampai ada korban luka,” kata Fadly saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.

Fadly mengatakan peristiwa itu bukan perselisihan agama, tetapi murni insiden kesalahpahaman. Rumah yang dirusak merupakan rumah tempat pendidikan siswa Kristen dan bukan gereja.

“Untuk kesalahpahaman sudah clear bahwa insiden ini tidak terkait SARA. Untuk tindakan yang masuk ranah pidana ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” kata Fadly.

Wali Kota Bilang Bukan SARA

Menanggapi peristiwa itu Wali Kota Padang Fadly Amran menyebut insiden perusakan rumah doa yang juga tempat pendidikan agama bagi siswa Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, Minggu (27/7/2025) sebagai bentuk kesalahpahaman warga.

Fadly mengatakan, rumah yang dirusak merupakan rumah tempat pendidikan siswa Kristen dan bukan gereja.

“Untuk kesalahpahaman sudah clear bahwa insiden ini tidak terkait SARA (suku, agama, ras, antargolongan). Untuk tindakan yang masuk ranah pidana ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku,” kata Fadly saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/7/2025) malam.

Fadly turun langsung ke lokasi kejadian dan memediasi pertemuan antara pihak GKSI, warga, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Padang, dan kepolisian.

Mediasi dilakukan di kantor Camat Koto Tangah hingga larut malam.

“Kita harus memahami lukanya perasaan saudara-saudara kita yang mengalami tindakan perusakan bahkan juga sampai ada korban luka,” ujar Fadly.

Sementara, Ketua FKUB Padang, Salmadanis, menyatakan awalnya pendeta mendatangi para siswa Kristen dari rumah ke rumah untuk memberikan pendidikan agama.

Namun, dalam beberapa pertemuan terakhir, kegiatan tersebut dipusatkan di satu rumah.

“Namun, dalam beberapa pertemuan terakhir, dikumpulkan di rumah tersebut sehingga menimbulkan kesalahpahaman,” kata Salmadanis.

Menurutnya, warga mengira rumah tersebut adalah tempat ibadah yang tidak diberi pemberitahuan resmi kepada lingkungan sekitar.

“Warganya tidak tahu itu rumah pendidikan. Sebenarnya sudah ada surat yang disiapkan, namun tidak sampai ke tangan ketua RW atau RT,” jelasnya. Puluhan siswa yang datang dan diantar orangtua mereka membuat suasana menjadi ramai dan memicu kecurigaan warga.

“Ada puluhan siswa yang belajar di sana dan diantar orangtuanya sehingga ramai. Warga setempat bertanya-tanya karena tak ada pemberitahuan sehingga munculkan tindakan perusakan itu,” lanjutnya.

Salmadanis berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan semua pihak mengedepankan semangat toleransi.

“Setiap agama itu mengajarkan kerukunan atau toleransi. Semuanya bisa dibicarakan agar tak terjadi kesalahpahaman,” katanya.
(Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru