Selasa, 2 Desember 2025

KEJAR YANG TANGGUNG JAWAB..! WALHI Ungkap Penebangan Sistematis di Hulu DAS Aia Dingin, Bantah Klaim Pemkot Padang Soal Kayu “Tumbang Alami”

JAKARTA- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Barat (Walhi Sumbar) menyatakan bahwa klaim Pemerintah Kota Padang dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang menyebut kayu gelondongan pascagalodo sebagai kayu tumbang alami, tidak sesuai dengan temuan ilmiah di lapangan.

Temuan tersebut diperoleh setelah WALHI melakukan telaah spasial berbasis citra satelit Maxar periode Juni 2021–Juli 2025 pada kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Aia Dingin.

Divisi Penguatan Kelembagaan dan Hukum Lingkungan WALHI Sumbar, Tommy Adam, menyebutkan bahwa analisis spasial menemukan jejak penebangan kayu sistematis di kawasan hulu DAS Aia Dingin, yang menjadi daerah tangkapan air utama Kota Padang.

“Hasil telaah kami menunjukkan puluhan titik pembukaan lahan dan penebangan kayu berada tepat di punggungan hulu DAS Aia Dingin. Polanya jelas: dari hulu mengarah ke hilir hingga muara Pantai Air Tawar, lokasi ditemukannya tumpukan kayu setelah galodo,” ujar Tommy Adam, Sabtu (29/11/2025).

Penebangan di Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung

Kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (1/12) dilaporkan, WALHI juga melakukan overlay citra satelit dengan Peta Kawasan Hutan Sumatera Barat. Hasilnya memperkuat indikasi aktivitas pembalakan di kawasan yang seharusnya dilindungi.

“Terdapat titik-titik penebangan yang berada di dalam Suaka Margasatwa Bukit Barisan serta Hutan Lindung. Sebagian titik lain berada di APL namun berbatasan langsung dengan kawasan konservasi, yang menjadi pintu masuk aktivitas logging,” ungkap Tommy.

Citra satelit memperlihatkan keberadaan jalan logging yang memotong kawasan konservasi dan hutan lindung, menandakan pembukaan akses secara sengaja, bukan dampak bencana.

Rekaman “Before Disaster” Citra Maxar 2021–2025

Menurut WALHI, rangkaian citra yang diperoleh menunjukkan perubahan bentang lahan yang signifikan jauh sebelum galodo terjadi. Temuan tersebut mencakup:

  1. tumpukan kayu yang ditata menyerupai stockpile,
  2. membuang lahan baru yang mencapai ratusan hektar,
  3. pola penebangan yang berulang dan sistematis,
  4. jalan angkut hasil pembukaan hutan

“Perubahan bentang lahan ini tidak mungkin terjadi secara alami. Citra Maxar merekam jejak yang konsisten selama empat tahun berturut-turut,” kata Tommy.

Pada perekaman terbaru tanggal 27 Juli 2025, ditemukan puluhan titik penebangan aktif dan tumpukan kayu siap angkut di sepanjang punggungan hulu DAS Aia Dingin.

Kayu Tebangan Terbawa Arus Saat Hujan Ekstrem

WALHI menegaskan bahwa jalur logging yang telah terbuka menjadi alur cepat air saat hujan ekstrem, sehingga mendorong kayu hasil tebangan terbawa arus hingga menumpuk di permukiman dan pantai.

Pola hubungan spasial antara titik penebangan, aliran sungai, hingga lokasi material kayu ditemukan, menurut WALHI, menjadi bukti kuat bahwa kayu tersebut bukan tumbang alami.

“Citra satelit independen ini tidak dapat dimanipulasi. Jejak before–after sangat jelas memperlihatkan bagaimana penebangan di hulu mengalirkan dampak hingga ke muara,” tegas Tommy.

Tuntutan WALHI Kepada Pemerintah

Atas temuan ini, WALHI Sumbar mendesak pemerintah untuk:

  • Mengakui kesalahan kepada masyarakat yang terdampak bencana ekologis.
  • Melakukan pertobatan ekologis dan menghentikan kebijakan yang merusak lingkungan.
  • Melakukan investigasi hukum terhadap seluruh titik penebangan di kawasan hutan, terutama di SM Bukit Barisan dan Hutan Lindung, serta mengungkap aktor utama pembalakan.
  • WALHI menegaskan bahwa bencana ekologis yang terjadi tidak dapat dilepaskan dari kerusakan kawasan hulu dan tata kelola sumberdaya alam yang lemah.

(Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru