Minggu, 7 Desember 2025

KEMENKES JANGAN LAMBAT..! DKR Aceh Ingatkan Penyakit Mengintai Korban Banjir Sumatera: Butuh Segera Tenaga Medis

BANDA ACEH – Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Acrh mengingatkan dampak ikutan pasca bencana Sumatera berupa penyakit yang mengintai korban dipengungsian.

“Dari Aceh Tamiang dilaporkan udah mulai bau membusuk menyeruak, pengungsi mulai mengalami gatal-gatal dan demam,” demikian Zamzami, Ketua DKR Aceh melaporkan kepada Bergelora.com di Jakarta lewat seluler, Kamis (4/12).

Ia melaporkan, warga korban banjir longsor di Aceh yang bertahan di tenda-tenda pengungsian mulai terserang penyakit seperti flu, demam, batuk-batuk hingga penyakit kulit.

“Hal itu diperparah minimnya bantuan tenaga medis dan obat-obatan dari luar Aceh karena 204 unit fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas rusak diterjang banjir dan longsor,” jelasnya.

Zamzami juga melaporkan korban banjir yang mengungsi di Masjid Jamik Al Istiqamah, Ulee Tutue, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, mulai sakit

Sebelumnya, ia melaporkan, korban banjir yang mengungsi di Masjid Jamik Al Istiqamah, Ulee Tutue, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, membutuhkan layanan kesehatan dan obat-obatan. Sebab, para pengungsi terutama balita dan lansia mulai sakit.

“Pengungsi di masjid ini membutuhkan layanan kesehatan. Sejumlah pengungsi, terutama lanjut usia dan balita, mulai sakit,” katanya

Adapun pengungsi di Masjid Jamik Al-Istiqamah Ulee Tutue berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen, antara lain Desa Lhoknga, Blang Panjoe, dan Tingkeum Manyang.

Para pengungsi berada di dalam masjid dengan kondisi terbuka tanpa dinding. Di area belakang masjid juga ada dapur umum. Namun kondisi mereka kini tanpa air bersih karena listrik padam.

“Selain kesehatan, juga ada kebutuhan balita seperti susu dan lainnya. Bantuan untuk balita hingga kini masih minim. Kami berharap segera mendapatkan bantuan untuk balita tersebut,” katanya.

Respon Pemerintah

Kepala Pusat Data dan Informasi Posko Penanganan Bencana Kabupaten Bener Meriah Ilham Abdi membenarkan pengungsi di wilayah itu mulai terserang penyakit dan tenaga kesehatan juga minim karena keterbatasan jumlah.

“Ya mulai dari flu, demam di setiap titik pengungsi, sudah kami siapkan nakes yang ada untuk bertugas di lokasi yang bisa dijangkau,” kata Ilham Abdi, Kamis (4/12).

Rumah Sakit di daerah itu juga belum sepenuhnya beroperasi karena BBM untuk menghidupkan mesin genset masih langka. Sehingga operasional RS terhambat untuk menangani pasien.

“Genset hanya dihidupkan saat penting penanganan pasien. Selebihnya terpaksa dimatikan,” katanya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menambah tim pelayanan hingga logistik kesehatan ke lokasi bencana Sumatera.

“Kami memperkuat layanan dasar, skrining, penanganan penyakit infeksi, dan pemantauan kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan lansia,” kata Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Agus Jamaludin, dalam keterangannya, Rabu (3/12/2025).

Agus mengatakan Kemenkes RI terus berkoordinasi dengan dinas kesehatan (dinkes) daerah untuk memastikan kebutuhan warga terpenuhi. Ia menyebut seluruh puskesmas dan rumah sakit (RS) disiagakan, termasuk penguatan layanan mobile dan pos kesehatan di pengungsian.

“Selain pendataan sasaran, juga dukungan logistik kesehatan yang telah dikirim Kemenkes per 1 Desember 2025,” tambahnya.

Ia lantas merinci logistik kesehatan yang dikirim ke korban banjir Sumatera, di antaranya ada 103 unit oxygen concentrator, 11.200 dus PMT (pemberian makanan tambahan) balita, dan 6.000 dus PMT ibu hamil.

“Obat-obatan, BMHP (Bahan Medis Habis Pakai), 2.000 masker bedah, 500 sarung tangan medis, 10 set APD petugas, 5 pasang sepatu boot, 2 sprayer manual, 2 paket water quality test kit, 100 jeriken lipat,” ujar Agus.

Selain itu, Kemenkes mengirimkan 93 kantong jenazah, 5.500 kantong sampah medis berbagai ukuran, paket penjernih dan disinfektan air, serta 25 dus obat-obatan untuk layanan kesehatan.

Kemenkes menyebut juga mengirimkan 3 tim pendampingan krisis yang dikerahkan ke tiga provinsi. Pihaknya juga memasang akses internet Starlink untuk mempermudah komunikasi di daerah yang terdampak bencana.

“Tiga tim pendampingan krisis yang masing-masing dikerahkan ke tiga provinsi, sekaligus mengaktifkan Klaster Kesehatan dan Health Emergency Operation Center (HEOC). Kemenkes juga memasang perangkat Starlink untuk menjaga kelancaran komunikasi,” ujar Agus.

Dia mengatakan Kemenkes juga membuka layanan umum hingga psikologi bagi korban bencana Sumatera. Kemenkes juga menyiapkan RS rujukan seperti RSUD Adam Malik, RSCM, RSUP M Djamil Padang, dan RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.

“Di layanan kesehatan esensial, 3 tim Tenaga Cadangan Kesehatan-EMT telah diturunkan: EMT PKK Regional Sumbar, EMT PKK Regional Sumut, dan EMT Dinkes Aceh. Kemenkes juga mengirim dokter spesialis emergency, ortopedi, obgyn, anak, anestesi, dokter umum, serta perawat untuk memastikan layanan tetap optimal. Kami terus memantau situasi dan siap menambah dukungan bila diperlukan,” ujarnya.

Data Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh Tahun 2025, jumlah pengungsi hingga Rabu (3/12) tercatat 688.775 orang.

Seorang warga Peusangan Selatan, Kabupaten Bireuen, Anas berharap selain logistik bantuan obat-obatan dan petugas medis juga diperlukan di wilayah itu karena pengungsi mulai terkena penyakit.

“Kondisi pengungsi, baik anak-anak maupun dewasa mulai terserang gatal, flu, demam dan batuk-batuk, obat-obatan sangat sulit didapatkan oleh pengungsi, tidak ada petugas medis di lapangan, karena Pustu, Polindes dan Puskesmas terdampak banjir,” kata Anas.

Secara umum di lokasi itu keluhan pengungsi di hampir semua titik di daerah Peusangan sama dan sangat membutuhkan air minum, obat-obatan dan stok logistik yang menipis.

“Keluhan para pengungsi di semua titik hampir sama, mereka kekurangan alas tidur, yang paling dibutuhkan saat ini, air minum, masker, obat-obatan, untuk stok pangan masih meskipun menipis, masih cukup untuk dua hari ke depan,” ujarnya.

Kebutuhan tenaga medis dan obat-obatan di daerah terparah seperti di Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Timur sangat dibutuhkan.

DPR Desak Kemenkes Perkuat Tim Nakes 

anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKB, Arzeti Bilbina. (Ist)

Kepada Bergelora.com di Jakarta dialporkan, secara terpisah, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKB, Arzeti Bilbina, meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mempercepat pengiriman tenaga kesehatan tambahan, peralatan medis, dan obat-obatan ke lokasi pengungsian korban banjir dan longsor di wilayah Sumatera. Permintaan tersebut disampaikan menyusul memburuknya kondisi kesehatan para pengungsi.

“Kondisi di lapangan cukup memprihatinkan. Banyak pengungsi mulai sakit dan membutuhkan penanganan medis segera. Kami mengapresiasi langkah cepat Kemenkes yang sudah bergerak di lokasi bencana di Sumatera Barat dan segera menuju Aceh. Kami mendorong agar tim nakes ke wilayah terdampak lainnya diperkuat,” ujar Arzeti di Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Menurut Arzeti, berbagai penyakit mulai muncul di lokasi pengungsian akibat lingkungan yang tidak higienis, keterbatasan air bersih, dan padatnya tempat tinggal sementara. Penyakit yang dilaporkan antara lain infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, penyakit kulit, demam, dan flu. Kondisi tersebut dinilai berbahaya bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil.

Ia menjelaskan bahwa tenaga kesehatan di wilayah terdampak tidak mencukupi untuk menangani lonjakan pasien, sementara fasilitas kesehatan dan akses menuju lokasi masih terbatas. Karena itu, penguatan layanan medis dinilai mendesak.

Arzeti juga meminta pemerintah memastikan ketersediaan obat-obatan esensial dan logistik medis di posko pengungsian. “Kami menerima laporan bahwa posko kekurangan obat diare, antibiotik, obat ISPA, vitamin, serta alat medis dasar seperti perban, masker, dan alat pemeriksaan. Ini harus segera dipenuhi,” ujarnya.

Ia menegaskan penanganan kesehatan pascabencana tidak boleh ditunda karena menyangkut nyawa manusia. “Diperlukan koordinasi cepat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan fasilitas kesehatan setempat. Kesehatan para pengungsi harus menjadi prioritas,” kata legislator asal Jawa Timur tersebut.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Kamis (4/12/2025) pukul 06.00 WIB, tercatat 780 korban meninggal, 564 orang hilang, dan 2.600 orang terluka. Sebanyak 50 kabupaten di Sumatera terdampak bencana dengan kerusakan luas pada fasilitas umum. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru