JAKARTA – Perdana Menteri Skotlandia Nicola Sturgeon memulai kampanye menuntut referendum dari Inggris Raya pada hari ini, Selasa (14/6/2022). Sturgeon berargumen, Skotlandia akan lebih baik secara ekonomis memisahkan diri.
Referendum yang dituntut Sturgeon pun akan menjadi referendum kedua Skotlandia. Pada 2014 lalu, Skotlandia telah menggelar referendum, tetapi kebanyakan pemilih memutuskan bertahan dengan Inggris Raya.
Dalam referendum pertama tersebut, sebanyak 55,3% pemilih ingin bertahan sebagai negara konstituen Inggris Raya daripada sepenuhnya merdeka.
Nicola Sturgeon yang juga berstatus pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP) menyatakan bahwa ia akan merilis seri pertama dokumen sebagai dasar penuntutan kemerdekaan pada hari ini.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, mengenai isu referendum, pemerintahan Inggris Raya yang dipimpin PM Boris Johnson selama ini menolak untuk menyepakatinya. London menyebut isu kemerdekaan Skotlandia telah diselesaikan dalam referendum pada 2014.
Akan tetapi, Stuergeon menegaskan bahwa situasi sudah berbeda dibanding pada 2014 lalu. Salah satu alasan utamanya adalah keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa alias Brexit, suatu kebijakan yang ditentang mayoritas warga Skotlandia.
“Jika kami tahu pada 2014 lalu semuanya yang kami ketahui kini tentang jalan yang ditempuh Inggris Raya, saya tidak ragu Skotlandia akan memilih setuju (referendum) pada saat itu,” kata Sturgeon kepada BBC via Associated Press. (Enrico N. Abdielli)