JAKARTA – China telah memperketat aturan impor durian dengan mewajibkan pengujian ketat terhadap kandungan zat pewarna karsinogenik, seperti Basic Yellow 2 dan auramine O. Aturan impor durian ini mulai diberlakukan China pada 10 Januari 2025 lalu, dan secara otomatis berdampak besar pada negara-negara eksportir durian seperti Thailand dan Vietnam.
Melansir Bangkok Post, durian Thailand telah lulus uji Basic Yellow 2 (BY2), zat pewarna karsinogenik di perbatasan Youyiguan, sehingga memungkinkan dimulainya kembali ekspor ke China. Hal ini sebagaimana disampaikan Kantor Urusan Pertanian (OAA) di Konsulat Jenderal Kerajaan Thailand di Guangzhou pada hari Jumat, 24 Januari 2025.
Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok (GACC) sebelumnya menghentikan sementara impor durian dari Thailand setelah mendeteksi kandungan Basic Yellow 2 pada tujuh kontainer durian dan dua kontainer lengkeng.
Hal ini mendorong Kementerian Pertanian Thailand untuk menangguhkan sertifikasi fitosanitari bagi gudang-gudang yang terlibat hingga mereka memperbaiki standar keamanan.
Sebagai respons cepat, Thailand mempercepat proses pengujian melalui enam laboratorium yang disetujui oleh GACC.
Hasilnya, pada 20-21 Januari 2025, Thailand berhasil mengirimkan 155,5 metrik ton durian yang telah memenuhi syarat ke China.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan ekspor tetap berjalan lancar, terutama menjelang Tahun Baru Imlek, momen penting bagi pasar durian Thailand.
Namun, situasi berbeda dialami Vietnam. Melansir Produce Report, negara ini belum memiliki laboratorium yang disetujui untuk mengeluarkan laporan uji auramine O, sehingga ekspor durian Vietnam ke China terhenti.
Manajer Umum Perusahaan Anh Thu di provinsi Dak Lak, Doan Van Ven mengungkapkan bahwa setidaknya ada sepuluh kontainer dengan total sekitar 170 metrik ton durian tertahan di pelabuhan selama hampir sepuluh hari, karena tidak adanya laporan pengujian auramine O.
Akibatnya, durian tersebut terpaksa dikembalikan dan dijual di pasar domestik dengan harga jauh lebih rendah.
Sebelumnya, harga durian Monthong di Vietnam mencapai 170.000-200.000 dong per kilogram (atau sekitar US$6,78-US$7,97). Namun, karena tumpukan pasokan di dalam negeri akibat kegagalan ekspor, harga anjlok menjadi hanya 80.000 dong (US$3,19) per kilogram, sementara durian varietas Ri6 turun hingga 40.000 dong (US$1,59) per kilogram.
Industri durian Vietnam berharap pemerintah dapat segera bekerja sama dengan China untuk mendirikan unit pengujian khusus yang mampu menerbitkan laporan uji auramine O untuk pengiriman durian.
Saat ini sedang musim sepi durian di Vietnam, dan pasokan di wilayah Delta Mekong relatif rendah. Namun, jika situasi ini berlanjut hingga Maret, saat produksi durian dimulai di wilayah barat, harga dapat terpengaruh secara signifikan.
Nilai Ekspor Durian RI Kebanting Harga Impor dari Tetangga
Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Indonesia mencatatkan surplus volume perdagangan durian sepanjang 2024, karena volume ekspornya jauh lebih tinggi ketimbang durian impor yang masuk ke tanah air.
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor durian Indonesia pada tahun lalu mencapai 600 ton dengan nilai US$ 1,8 juta, sedangkan impor durian sejumlah 459,3 ton dengan nilai sebesar US$ 3,6 juta.
“Jadi secara volume jumlah yang diekspor oleh Indonesia itu masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang diimpor,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/1/2025).
Namun, jika dilihat secara nilai, kinerja ekspor durian Indonesia lebih rendah dari impornya.
Pada Desember 2024, nilai ekspor durian Indonesia sebesar US$ 52,6 ribu dengan volume sebanyak 87,2 ton. Sementara itu, impornya senilai US$ 246,7 ribu dengan volume sebanyak 29,8 ton.
Ekspor durian terbanyak ialah ke Malaysia, Hongkong, dan Thailand. Sedangkan impor durian Indonesia paling banyak berasal dari negara seperti Malaysia dan Thailand.
“Jadi asal impor durian Januari sampai Desember 2024 adalah Malaysia dan Thailand,” ucap Amalia.
Di pasar durian global, posisi RI ternyata sudah disalip oleh Vietnam. Negeri Paman Ho ini ternyata sukses menggeser Thailand. Vietnam kini dinobatkan sebagai produsen durian terbesar di dunia. Nilai ekspor durian Vietnam mencapai US$ 3,3 miliar pada 2024 atau setara dengan Rp 53,13 triliun (US$1=16.125/US$1).
Dilansir dari The Investor, angka ini melonjak 7,8 kali lipat dibandingkan 2022 dan menjadikan durian hampir menyumbang 50% dari total ekspor buah dan sayur Vietnam.
Prestasi ini tak lepas dari tingginya permintaan di pasar China, yang kini menganggap durian sebagai buah mewah dan bahan inovatif di industri kuliner.
Indonesia menghadapi tantangan besar, mulai dari standar kualitas yang tidak konsisten, minimnya teknologi pasca panen, hingga kemasan yang kurang kompetitif. Ketidaksiapan ini membuat durian Indonesia sulit menembus pasar besar seperti China, yang mendominasi konsumsi global dengan porsi 91%.
Terbukti, dari laporan BPS di atas, nilai ekspor durian Indonesia kalah saing dari Malaysia dan Thailand. (Enrico N. Abdielli)