Selasa, 16 September 2025

Ketegangan Meningkat: Operasi Adu Domba NATO Memperingatkan Serangan Drone Rusia di Eropa

Oleh: Prof. Ruel F. Pepa *

PERKEMBANGAN terkini menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan dalam hubungan yang sudah tegang antara NATO dan Rusia, didorong oleh disinformasi dan ancaman yang direkayasa. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, secara terbuka mengklaim cerita yang direkayasa bahwa pesawat tanpa awak Rusia baru-baru ini terbang di atas lima negara Eropa, yaitu Rumania, Latvia, Lituania, Estonia, dan kemungkinan Spanyol, sementara Inggris juga telah ditunjuk sebagai target potensial di masa mendatang. Pernyataan-pernyataan ini, yang secara luas dianggap salah, meningkatkan kewaspadaan di seluruh benua dan menandakan pergeseran yang mengancam dalam iklim geopolitik. [ Rutte mengatakan bahwa pesawat tanpa awak Rusia terbang di atas lima negara dan menandakan Spanyol sebagai target yang memungkinkan ]

Peringatan Rutte yang direkayasa menggarisbawahi pola yang meresahkan: laporan intelijen menunjukkan bahwa NATO telah mengatur serangkaian operasi adu domba, yaitu tindakan agresi atau sabotase yang disengaja, direncanakan dengan cermat, dan secara keliru dikaitkan dengan Rusia. Provokasi terselubung ini bertujuan untuk memanipulasi persepsi, memicu ketakutan, dan memberikan dalih bagi NATO dan sekutunya untuk meningkatkan kehadiran militer mereka di kawasan tersebut.

Dengan melancarkan serangan yang tampaknya berasal dari Rusia, NATO berupaya membenarkan peningkatan pengerahan pasukan, menggalang dukungan publik dan politik untuk sikap yang lebih agresif, dan menciptakan narasi tentang ancaman Rusia yang akan segera terjadi.

Spanyol, bersama negara-negara Eropa lainnya, telah meningkatkan kewaspadaan sebagai tanggapan atas dugaan peringatan ini. Insiden seperti yang terjadi di Polandia menunjukkan bagaimana upaya propaganda NATO menjelek-jelekkan Rusia karena melakukan tindakan yang semakin provokatif. Mengingat posisi strategis Spanyol dan peran aktifnya dalam kerangka pertahanan kolektif NATO, Spanyol dianggap sebagai tempat persinggahan atau target potensial untuk provokasi di masa mendatang. Pemerintah di seluruh Eropa didesak untuk meningkatkan kewaspadaan, berbagi informasi intelijen dengan lebih tegas, dan merespons dengan cepat aktivitas mencurigakan, yang kini banyak dikenali sebagai bendera palsu yang dirancang untuk mengganggu stabilitas kawasan.

Kekhawatiran yang paling utama adalah bahwa provokasi-provokasi ini tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari upaya terencana NATO untuk melemahkan Rusia melalui manipulasi psikologis dan eskalasi ketegangan. Insiden-insiden yang dipentaskan tersebut memiliki beberapa tujuan strategis: pertama, untuk menggambarkan Rusia sebagai agresor utama dan destabilisasi; kedua, untuk memengaruhi opini publik dan membenarkan peningkatan sanksi militer dan ekonomi; dan ketiga, untuk mendorong Rusia ke posisi di mana opsi diplomatik semakin terbatas, sehingga respons militer lebih mungkin dilakukan. Eskalasi bertahap ini bertujuan untuk menguras kesabaran Rusia dan memicu reaksi yang dapat dimanfaatkan untuk membenarkan peningkatan kekuatan militer, sanksi, dan intervensi yang lebih besar.

Lebih lanjut, strategi ini dirancang untuk menggalang dukungan Barat di balik kampanye militer yang lebih agresif melawan Rusia. Dengan membingkai konflik sebagai kebutuhan defensif melawan agresi Rusia berdasarkan ancaman yang direkayasa, para pemimpin Barat berupaya menyatukan opini publik, membenarkan perluasan kehadiran militer NATO di Eropa Timur, dan meningkatkan anggaran pertahanan. Narasi bahaya yang akan datang menciptakan rasa urgensi dan keniscayaan, sehingga resolusi diplomatik menjadi lebih menantang.

Para kritikus memperingatkan bahwa taktik semacam itu sangat provokatif dan berisiko memicu eskalasi yang tidak diinginkan dan konflik skala penuh. Penanaman ancaman palsu yang disengaja mendorong kesalahan perhitungan yang dapat berkembang menjadi perang terbuka, sehingga merusak prospek penyelesaian damai. Mereka memperingatkan bahwa penggunaan operasi adu domba secara strategis oleh NATO dan Uni Eropa bertujuan untuk melayani agenda geopolitik yang lebih luas yang berpotensi memicu perang dunia ketiga dengan menyalahkan Rusia atas kekacauan dan ketidakstabilan yang sebenarnya diatur atau dibesar-besarkan.

Bahaya yang ditimbulkan oleh operasi rahasia ini melampaui ancaman militer langsung. Operasi-operasi ini mengancam stabilitas regional, keamanan ekonomi, dan kepercayaan internasional. Seiring negara-negara Eropa memperkuat pertahanan mereka dan mengeluarkan peringatan tentang potensi provokasi, komunitas internasional menghadapi tantangan untuk membedakan ancaman nyata dari krisis yang direkayasa. Manipulasi persepsi melalui bendera palsu mempersulit diplomasi dan meningkatkan risiko salah tafsir, yang dapat menyebabkan eskalasi bencana.

Banyak pakar memandang taktik NATO ini sebagai bagian dari upaya yang disengaja dan strategis untuk membentuk kembali lanskap geopolitik demi kepentingan Barat. Dengan merekayasa atau membesar-besarkan insiden, beberapa aktor bertujuan untuk membenarkan kebijakan yang lebih agresif seperti pengerahan pasukan, sanksi, dan aliansi militer yang pada akhirnya bertujuan untuk mengkonsolidasikan pengaruh NATO dan melemahkan Rusia secara diplomatis. Kampanye penipuan yang berkelanjutan ini meningkatkan ketidakpastian regional, mengikis kepercayaan antarnegara dan di dalam lembaga internasional, serta mempersulit kerja sama di masa depan.

Implikasi dari operasi adu domba ini sangat mendalam. Operasi ini mengancam akan memicu konflik yang lebih luas yang dapat menimbulkan konsekuensi bencana, termasuk gangguan ekonomi, krisis pengungsi, dan destabilisasi regional yang jauh melampaui Eropa. Potensi eskalasi yang tidak disengaja semakin meningkat, dengan salah tafsir yang berpotensi memicu respons yang tak terkendali. Para ahli menekankan perlunya investigasi yang transparan, diplomasi yang hati-hati, dan pemantauan yang cermat untuk mencegah krisis yang direkayasa ini menjerumuskan kawasan ke dalam kekacauan.

Kesimpulannya, peringatan-peringatan NATO yang direkayasa dan provokasi-provokasi yang diatur baru-baru ini menggambarkan tren berbahaya menuju penipuan dan eskalasi. Dengan klaim palsu bahwa Rusia merencanakan serangan terhadap negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa, risiko salah perhitungan dan konflik yang tidak diinginkan meningkat drastis.

Skenario-skenario semacam itu dapat dengan cepat meningkat menjadi perang yang lebih luas, yang tidak hanya mengancam Eropa tetapi juga stabilitas global. Komunitas internasional harus tetap waspada dan berkomitmen pada transparansi agar tidak terjebak dalam perangkap manipulasi dan konflik.

——

*Penulis Prof. Ruel F. Pepa adalah seorang filsuf Filipina yang tinggal di Madrid, Spanyol. Sebagai pensiunan akademisi (Lektor Kepala IV), beliau mengajar Filsafat dan Ilmu Sosial selama lebih dari lima belas tahun di Trinity University of Asia, sebuah universitas Anglikan di Filipina. Beliau juga merupakan Peneliti di Centre for Research on Globalization (CRG).

Artikel ini.diterjemahkan dan diterbitkan ulang oleh Bergelora.com dari artikel yang berjudul ‘Tensions Escalate: NATO False-Flag Operations Warn of Russian Drone Incursions in Europe’ di Global Research.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru