Rabu, 29 Oktober 2025

KORBAN MASIH BERJATUHAN..! Ahli: Segera Minum Air Jika Diduga Keracunan MBG

JAKARTA- Siswa disarankan segera meminum air putih bila mengalami gejala dugaan keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Selain itu, guru di sekolah juga harus segera menghentikan makan dan dan menyimpan sisa makanan.

Menurut Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama, ini penting sebagai langkah awal pertolongan pertama. “Kalau mau pertolongan pertama, anaknya dapat diberi air putih biasa saja,” ujar Tjandra dikutip Bergelora.com. di Jakarta, Sabtu (25/10/2025)

“Kemudian, stop makannya. Simpan sisa makanan untuk diperiksa,” katanya menambahkan.

Mantan pejabat Kementerian Kesehatan dan WHO Asia Tenggara itu juga menekankan agar siswa segera mendapatkan penanganan medis. Baik di puskesmas atau rumah sakit jika keluhan semakin berat.

Ia pun mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) dan pemerintah untuk melakukan tiga evaluasi terhadap program MBG. Yakni, penyebab masih terjadinya kasus keracunan, mutu gizi makanan, serta pelaksanaan program yang disesuaikan dengan kondisi lokal tiap daerah.

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat hingga Oktober 2025 ada 60 siswa dari 10 sekolah diduga keracunan menu MBG. Penyebabnya diduga akibat kontaminasi bakteri.

Saat ini, Dinkes mempercepat penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi 180 penyelenggara program. Di mana, hingga kini belum ada satu pun yang mengantongi sertifikat laik sehat.

Petugas Inafis dari Polres Cimahi tengah memotret menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 1 Lembang, usai tidak kurang dari 30 orang mengeluhkan gejala keracunan. (Ist)

Keracunan MBG Lagi di Bandung 

Sebelumnya dilaporkan, hanya selang 10 hari dari peristiwa 509 orang siswa SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis atau MBG, Jumat 24 Oktober 2025,–giliran puluhan siswa SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung Barat menderita keracunan.

Hingga Sabtu 25 Oktober 2025 sejumlah siswa SMPN 1 Lembang yang mendapatkan program MBG pada Kamis 23 Oktober 2025 masih dilakukan pemantauan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat maupun petugas Puskesmas Lembang.

“Berdasarkan data terakhir Jumat  (24 Oktober 2025) malam ada 38 siswa. Sebanyak 33 orang sudah pulang atau sembuh dan 5 dirawat di RSUD Lembang 1 dan 4 di Puskesmas DTP Jayagiri,” terang Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Lia N Sukandar kepada awak media.

Meski jumlah penderita sedikit menurut Lia N Sukandar, Dinkes Bandung Barat tetap menyiapkan fasilitas kesehatan untuk mengantisipasi membludaknya korban keracunan usai mengkonsumsi menu MBG.

Ada empat Faskes yang disiapkan, yaitu Puskesmas Jayagiri, Klinik Sespim Polri, RSUD Lembang, dan Klinik Pindad Lembang.

“Kami menyiapkan beberapa faskes yang nanti menerima yang diduga keracunan, Puskesmas Jayagiri, Klinik Sespim Polri, Rumah Sakit Lembang, Klinik Pindad,” ujar Lia N Sukandar.

Berdasarkan informasi, SMPN 1 Lembang pada Kamis 23 Oktober 2025 menerima paket menu MBG sekitar 1.222 dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bandung Barat Kayuambon. Menu MBG berupa nasi, ayam, tahu, tumis pakcoy dan buah pisang atau jeruk itu.

Menjelang sore sejumlah siswa merasakan gejala mual-mual disertai muntah dan sakit kepala.

Hingga Jumat 24 Oktober 2925 jumlah siswa yang di duga menderita keracunan usai menyantap menu MBG bertambah hingga mencapai 38 orang sementara sisanya terus di pantau.

Sebelumnya, peristiwa keracunan menu makanan MBG di wilayah Kabupaten Bandung Barat, sebelumnya menimpa 502 orang siswa SMPN 1 Cisarua pada Selasa 14 Oktober 2025. Korban yang semula hanya 57 orang terus bertambah hingga mencapai 500 orang usai menyantap menu makanan MBG berupa nasi dengan ayam kecap, capcay, tahu goreng, lalapan dan buah melon.

Persitiwa keracunan menu makanan program MBG juga menimpa anak-anak sekolah di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah korban menyentuh 1.000 orang.

Peristiwa keracunan tersebut memaksa Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB.

Peristiwa pertama terjadi pada Senin 21 September 2025 dialami oleh siswa PAUD dan SD hingga SMP di wilayah Cipongkor.

Kemudian pada Rabu 24 September 2025 peristiwa keracunan makanan MBG juga dialami siswa SMA dan SMK di Kecamatan Cipongkor.

Peristiwa keracunan menu makanan MBG di Kabupaten Bandung Barat juga dialami oleh 167 orang siswa SMKN 1 Cihampelas pada Rabu 24

September 2025 lalu. Sebanyak 167 orang siswa korban keracunan dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit. Bahkan BR (17) seorang siswa meninggal keesokan harinya.

Terkait dengan rangkaian peristiwa keracunan menu makanan program MBG tersebut Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan menduga ada unsur kelalaian yang mengakibatkan keracunan massal tersebut.

“Ya, ini berarti ada kelalaian dalam pengawasan. Bohong kalau kita bilang selama ini berjalan baik. Buktinya di beberapa daerah ini ada keracunan-keracunan, berarti pengawasan yang kurang berjalan efektif,” tegas Erwan Setiawan.

Terhadap kejadian tersebut Erwan Setiawan berharap kasus keracunan massal ini ke depannya tidak terulang. Pihaknya meminta supaya MBG yang akan disajikan ke pelajar diawasi secara ketat supaya tidak menimbulkan masalah kesehatan.

“Saya berharap ke depan tidak ada lagi terjadi keracunan-keracunan di sekolah-sekolah dari MBG ini. Sebelum disajikan, harus ada dulu quality control-nya, apakah ini layak untuk dikonsumsi oleh anak-anak sekolah atau tidak,” ujar ErwanSetiawan.

Ditegaskan Erwan Setiawan bahwa Pemprov Jabar mendukung program MBG yang menjadi inisiasi Presiden Prabowo Subianto. Namun, ia meminta pengawasan program itu diperketat agar tidak menimbulkan masalah kembali di kemudian hari.

“Kami mendukung program pemerintah pusat. Masalah lanjut atau tidak itu adalah kewenangan pusat. Kami, apapun yang digagas oleh pemerintah pusat, kami di daerah siap mendukung. Di sini kita tinggal evaluasi sebaik mungkin, deteksi jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kembali,” pungkas Erwan Setiawan.

Satu siswa di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman yang mengalami gejala keracunan diduga MBG saat hendak dirujuk dari Puskemas Mlati I ke RSA UGM. Siswa dirujuk ke RSA UGM karena kondisinya lemas. (Ist)

7 Guru SMPN Sleman Turut Keracunan MBG

Terpisah juga dilaporkan, gejala keracunan yang diduga akibat konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya dialami oleh siswa SMP Negeri 2 Mlati. Tujuh orang guru di sekolah tersebut juga mengalami gejala serupa.

Hal ini disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 2 Mlati, Isnan Abadi, saat ditemui di Puskesmas Mlati I pada Jumat (24/10/2025).

“Tidak hanya satu, ada tujuh (guru yang mengalami gejala keracunan),” ujar Isnan.

Dari tujuh guru tersebut, tiga di antaranya datang ke Puskesmas Mlati I untuk berobat sekaligus mendampingi siswa yang juga mengalami gejala keracunan.

“Berobat sambil mendampingi, intinya dia (tiga guru) sudah nyaman (kondisinya),” tambahnya.

Isnan menjelaskan bahwa ketujuh guru tersebut sempat mengonsumsi MBG yang tidak dimakan oleh siswa.

Menu MBG pada Kamis (23/10/2025) terdiri dari opor ayam, tahu balado, nasi, acar, dan buah anggur.

“Kalau ada siswa yang tidak makan, ya itu yok dimakan. Tidak semua (yang dimakan), misal hari ini sisa berapa ya itu (yang dimakan guru),” jelasnya.

Di SMP Negeri 2 Mlati, terdapat sekitar 470 siswa, dan sekitar 200 di antaranya mengalami gejala keracunan.

Siswa yang tidak mengalami gejala keracunan adalah mereka yang tidak mengonsumsi MBG atau memiliki kondisi tubuh yang baik.

“(Siswa yang mengalami gejala) ada 200 an. (Yang tidak mengalami gejala karena) ada yang nggak makan karena alasan habis shalat tidak sempat makan, ada yang kondisinya bagus,” ucapnya.

Isnan menambahkan bahwa siswa yang dirawat di Puskesmas Mlati I diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan, sedangkan siswa yang tidak mengalami gejala tetap mengikuti pelajaran di sekolah.

“Yang dari Puskesmas boleh pulang, tapi yang tidak (mengalami gejala mengikuti pelajaran) sampai jam 2,” urainya.

Koordinator SPPG Mlati, Bagas, mengonfirmasi bahwa MBG untuk tiga sekolah tersebut berasal dari satu SPPG yang sama. Namun, ia menyatakan belum dapat memberikan pernyataan lebih lanjut karena masih mencari informasi lebih detail.

“Masih mencari tahu informasi detailnya seperti apa. Kita tunggu hasilnya aja seperti apa,” ucap Bagas

3 Sekolah Keracunan

Sebelumnya, sejumlah siswa dari tiga sekolah di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, dibawa ke Puskesmas setelah mengalami gejala keracunan pangan yang diduga disebabkan oleh MBG. Satu siswa bahkan harus dirujuk ke Rumah Sakit Akademik UGM. Plt Panewu Mlati (Camat Mlati), Arifin, menjelaskan bahwa siswa yang mengalami gejala keracunan berasal dari tiga sekolah, yaitu MAN 3, SMP 2 Mlati, dan SD Jombor Lor.

“Siswa yang mengalami gejala dibawa ke Puskesmas Mlati I. Sebagian besar menjalani rawat jalan,” ungkapnya. Arifin juga menambahkan bahwa MBG untuk ketiga sekolah tersebut disediakan oleh SPPG yang sama, namun penyebab pasti dari dugaan keracunan pangan ini belum diketahui.

“Kita lihat apakah karena makan tadi pagi, atau yang kemarin. Bisa jadi kan kemarin, kalau SD kan makanya tadi pagi. Tapi tidak tahu apakah karena yang tadi pagi atau yang kemarin,” ucapnya.

Informasi sejak Jumat pagi Kepala Puskesmas Mlati I, Isah Listiyani, menyebutkan bahwa pada Jumat pagi, pihaknya menerima laporan dari guru SMP 2 Mlati mengenai siswa yang diduga mengalami keracunan MBG.

“Tadi sekitar jam 9 informasi dari guru SMP 2 Mlati, ada siswa yang diduga (mengalami keracunan pangan) karena mengonsumsi MBG kemarin,” ujar Isah.

Sekitar 80 siswa dari tiga sekolah dibawa ke Puskesmas Mlati I untuk mendapatkan perawatan, dengan sebagian besar menjalani rawat jalan. Satu siswa harus dirujuk ke Rumah Sakit Akademik UGM karena kondisinya yang masih lemas.

“Dirujuk satu ke RSA (RSA UGM). (Kondisinya) masih lemas,” tuturnya.

8 Pelajar Masih Dirawat
Dilaporkan juga jumlah pelajar MTS Al-Khalifah Kepanjen, Kabupaten Malang, diduga keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) bertambah. Polisi mencatat pelajar diduga menjadi korban sebanyak 35 orang.

 

“Jumlah pelajar yang diduga mengalami keracunan bertambah dari 27 orang menjadi 35 orang. Ada penambahan 8 orang,” ungkap Kasi Humas Polres Malang AKP Bambang Subinanjar, Jumat (24/10/2025).

Dari jumlah tersebut, kata Bambang, ada delapan pelajar hingga saat ini menjalani perawatan di fasilitas kesehatan.

“Ada delapan masih menjalani oberservasi, tapi dari pantauan tim medis. Mereka dalam kondisi membaik,” ungkapnya.

Bambang menambahkan, delapan siswa berusia 13 hingga 15 tahun itu dirawat di dua tempat berbeda.

Sebagian menjalani perawatan di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen, sementara lainnya menjalani observasi di klinik swasta setempat.

“Kami berkoordinasi dengan pihak rumah sakit serta Dinas Kesehatan untuk memastikan perawatan maksimal,” tegasnya.

Polres Malang juga masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan yang sebelumnya diambil dari lokasi sekolah.

Selain memantau kondisi para pelajar, Satreskrim Polres Malang juga bergerak melakukan penyelidikan dugaan keracunan yang dialami puluhan pelajar itu.

Bambang mengaku, ada tiga orang yang dimintai keterangan dalam penyelidikan tersebut. Mereka adalah guru, kepala dapur serta driver yang mengantar paket MBG ke sekolah.

“Hari ini, tiga orang dimintai keterangan. Yakni guru, kepala dapur dan sopir yang membawa makanan,” bebernya.

Sementara itu, operasional dapur penyedia makan bergizi gratis (SPPG Kepanjen Mangunrejo) telah dihentikan sementara oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Setelah adanya insiden keracunan puluhan pelajar MTS Al-Khalifah itu.

“Badan Gizi Nasional telah menghentikan sementara operasional dapur SPPG Malang Kepanjen Mangunrejo untuk kepentingan investigasi. Langkah ini diambil sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan dan BPOM,” jelas Bambang.

Bambang juga menyebut, penghentian sementara tersebut juga dimaksudkan agar pihak pengelola dapat melengkapi standar operasional prosedur (SOP) sesuai ketentuan Badan Gizi Nasional.

Ia memastikan kepolisian akan terus mengawal proses investigasi hingga hasil pemeriksaan laboratorium keluar.

“Kami mendukung langkah evaluasi yang dilakukan agar ke depan program makanan bergizi gratis bisa berjalan lebih aman dan memenuhi standar kesehatan,” pungkas Bambang. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru