JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) sepakat mempercepat hilirisasi dan industri kelapa dalam negeri. Langkah ini dilakukan untuk menaikkan nilai tambah produk kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor RI.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan, kesepakatan itu tercapai dalam rapat antara Kementan dan Kopek. Kelapa RI sendiri diminati China dan Malaysia.
“Kelapa Indonesia sekarang ini lagi diminati dunia, di mana China itu mengimpor dan beberapa negara lainnya termasuk Malaysia mengimpor kelapa dari Indonesia,” ujar Amran dalam keterangan tertulisnya, dikutip Bergelora.com Rabu (28/5/25)
Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam rapat terbatas (ratas) pada Jumat (23/5/25) di Istana Merdeka.
Dalam ratas tersebut, Prabowo membahas percepatan proyek hilirisasi nasional dan tindak lanjut proyek prioritas, termasuk sektor pertanian.
“Atas perintah Bapak Presiden, kami akan membangun industri hilirisasi, insyaallah mulai tahun ini,” jelasnya.
Amran menyebut, permintaan kelapa global yang terus meningkat turut mendorong kenaikan harga kelapa secara signifikan.
“Harga kelapa naik tinggi dari Rp1.300 menjadi Rp4.000, Rp5.000, bahkan Rp7.000 per kilo. Jadi sekarang, selamat bagi petani kelapa Indonesia,” ungkapnya.
Amran memastikan, pemerintah akan mengakselerasi pembangunan industri kelapa dari hulu hingga hilir terutama di sentra-sentra penghasil. Ia juga meminta Kopek lebih aktif dan mendorong program hilirisasi dan investasi di industri pengolahan kelapa.
“Momentum ini tidak boleh kita lewatkan. Petani harus sejahtera, dan nilai tambah harus tinggal di daerah,” tegasnya.
Amran juga mendorong sistem tumpang sari di kawasan kelapa. Ia meminta agar di lahan kelapa juga ditanami padi, jagung, cacao dan komoditas pangan lainnya yang cocok secara agroklimat.
Langkah ini diyakini akan meningkatkan pendapatan petani serta mendukung ketahanan pangan nasional.
“Kita harus maksimalkan lahan. Di bawah kelapa bisa ditanam padi, bisa juga jagung. Jadi petani panen kelapa, panen juga jagung dan padi. Ini cara percepat swasembada dan naikkan pendapatan petani,” pungkasnya.
Untuk diketahui, terdapat 10 kabupaten/kota sentra kelapa di Indonesia yakni Kabupaten Indragiri Hilir (Riau), Tanjung Jabung Timur (Jambi), Banggai (Sulawesi Tengah), Tanjung Jabung Barat (Jambi), Sumenep (Jawa Timur), Halmahera Utara (Maluku Utara), Banyuasin (Sumatera Selatan), Minahasa Selatan (Sulawesi Utara), Pandeglang (Banten), Padang Pariaman (Sumatera Barat).
Kelapa Sedang Naik Daun
Sebelumnya dilaporkan, Bea Cukai Sampit dan Kementerian Keuangan Satu Sampit (KPP Pratama Sampit dan KPPN Tipe A2 Sampit) mengantarkan ekspor perdana mandiri satu kontainer buah kelapa milik UMKM Kotawaringin Timur ke Yangpu, Tiongkok pada Rabu (21/05) di Dermaga MTP 03 Pelabuhan III Bagendang, Kotawaringin Timur.
Kepala Kantor Bea Cukai Sampit, Agus Dwi Setia Kuncoro mengatakan kegiatan ekspor ini membawa kebaikan dan peningkatan kesejahteraan bagi petani kelapa. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi pelaku usaha lainnya untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri.
“Kegiatan ekspor perdana ini diharapkan menjadi langkah awal bagi UMKM Kotawaringin Timur untuk dapat mengembangkan usahanya menjadi skala yang lebih besar. Tentunya hal ini akan berdampak positif bagi perekonomian nasional, khususnya bagi Kabupaten Kotawaringin Timur,” kata Agus Dwi dalam keterangan tertulis, Minggu (25/5/2025).
Agus Dwi menyebut sinergi dan kolaborasi lintas sektor turut memainkan peran penting dalam mewujudkan ekspor ini mulai dari pendampingan proses perizinan, pemenuhan standar kualitas internasional, ketersediaan rantai pasok, hingga proses pengapalan dan pengiriman barang ekspor ke negara tujuan.
“Dengan demikian, sinergi dan kolaborasi lintas sektor ini akan meningkatkan dan memajukan UMKM kita untuk perekonomian nasional melalui ekspor,” tambahnya.
Sinergi lintas sektor ini pun terwujud melalui rapat koordinasi lintas sektoral dalam rangka peningkatan ekspor dari Kabupaten Kotawaringin Timur yang dilaksanakan sebelum pelepasan ekspor dan difasilitasi oleh pihak Pelindo Cabang Sampit.
Hadir dalam rapat tersebut Bea Cukai Sampit bersama Kementerian Keuangan Satu Sampit, pihak eksportir dan para stakeholder.
Agus Dwi mengungkapkan isu utama yang dibahas ialah ketersediaan kelapa di dalam negeri untuk menjaga rantai pasok dan berkelanjutannya ekspor kelapa dari Sampit.
Ia mengingatkan bahwa ketersediaan kelapa di dalam negeri harus terjaga agar para pelaku usaha yang bahan bakunya dari kelapa tetap dapat memperoleh kelapa dengan harga yang terjangkau.
“Jawaban dari tantangan pun dirumuskan dalam rapat tersebut, yakni upaya kolaborasi dan sinergi dalam menjaga rantai pasok ketersediaan komoditas kelapa melalui inovasi di bidang pertanian, pengamanan suplai dari daerah lain dan bantuan untuk peremajaan pohon kelapa agar pohon-pohon yang sudah tua dapat digantikan dengan bibit baru yang nantinya menjaga keberlanjutan pasokan kelapa oleh para petani,” jelas Agus Dwi. (Web Warouw)