Kamis, 14 Agustus 2025

MAFIA GULA RAFINASI BERKUASA..! Puluhan Ribu Ton Gula Numpuk Tak Laku di Gudang Akibat Maraknya Gula Rafinasi

JAKARTA – Dari Jember hingga Sidoarjo, dari Bondowoso hingga Lumajang, gudang-gudang pabrik gula di Jawa Timur kini nyaris penuh. Ribuan hingga puluhan ribu ton gula hasil panen petani tebu tak kunjung terserap pasar.

Di tengah musim giling, para petani menghadapi kenyataan pahit. Gula mereka kalah bersaing dengan gula rafinasi murah yang membanjiri pasar konsumsi.

Di Pabrik Gula (PG) Semboro, Jember, sekitar 8.500 ton gula hasil tebu petani menumpuk akibat lelang mingguan sepi peminat.

“Jumlahnya berapa ton saya masih belum tahu pasti, karena ada yang membidangi tersendiri. Kalau kisarannya memang di angka sekitar 8.500 ton itu,” kata Bagian Umum PG Semboro, Hesta, Selasa (12/8/2025).

“Kita tidak tahu penyebabnya apa, kan itu menjadi alasan masing-masing orang. Itu sudah menjadi faktor eksternal. Kita ini kan hanya sebagai produsen yang menawarkan produk,” tambahnya.

Kondisi serupa terjadi di PG Pradjekan, Bondowoso, yang menyimpan sekitar 4.000 ton gula senilai Rp 60 miliar.

“Biasanya setiap lelang setidaknya bisa laku sekitar 1.000 ton. Tapi sekarang tak laku,” ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Bondowoso, Rolis Wikarsono. Ia menduga masuknya gula impor dan gula non-lelang menjadi penyebab.

Di Lumajang, 8.000 ton gula petani di PG Jatiroto belum terjual meski sudah dilelang tujuh kali.

“Sampai saat ini ada 8.000 ton gula petani belum terserap, sudah 7 kali lelang belum laku,” kata Asisten Manajer Keuangan PG Jatiroto, Kharisma Desy.

Gula Rafinasi Biang Kerok

Pabrik Gula (PG) Candi Baru Sidoarjo di bawah ID FOOD tengah menghadapi tantangan serius akibat menumpuknya stok gula hasil produksi mereka. Salah satu penyebabnya adalah masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi umum, yang membuat harga gula lokal anjlok di bawah harga acuan pemerintah.

HRD PG Candi, Yoga Aditomo mengatakan, saat ini pabrik tengah berada dalam masa giling, di mana seluruh pabrik gula serempak memproduksi gula dari tebu. Namun, di tengah musim produksi ini, penjualan justru menurun.

“Saat ini harga gula sangat rendah, bahkan lelang-lelang pun sudah di bawah harga yang ditetapkan pemerintah. Ini membuat kami kesulitan menjual gula yang sudah diproduksi,” kata Yoga saat, Selasa (12/8/2025).

PG Candi memproduksi sekitar 31.000 ton gula per tahun, termasuk pembelian tebu dari petani lokal. Namun, karena rendahnya serapan pasar, gudang penyimpanan mereka kini penuh.

“Kami bahkan harus menambah tempat penyimpanan tambahan sejak pekan lalu. Produk dari petani pun kami beli dengan harga sesuai HAP (Harga Acuan Pemerintah), yaitu Rp 14.500 per kilogram,” ujarnya.

Menurut Yoga, saat ini terdapat sekitar 8.000 ton gula yang belum terdistribusi dari masa giling yang dimulai sejak Mei.

Yang memperparah kondisi ini adalah masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi langsung. Padahal, menurut regulasi, gula rafinasi seharusnya hanya digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman, bukan dijual langsung ke konsumen.

“Beberapa pelanggan reguler kami yang biasa membeli gula konsumsi kini berhenti membeli. Ternyata mereka beralih ke gula rafinasi, yang harganya jauh lebih murah,” kata Yoga.

Gula rafinasi saat ini beredar dengan harga sekitar Rp 14.300-Rp 14.600 per kilogram, lebih murah dibanding gula konsumsi produksi PG Candi yang dijual Rp 15.300 per kilogram.

“Ini jelas tidak sehat bagi industri gula nasional dan merugikan petani tebu. Kami sudah melaporkan indikasi peredaran gula rafinasi ini ke pasar umum,” tambahnya.

Untuk menjaga agar gula dari petani tetap terserap, PG Candi memanfaatkan skema pembiayaan Sistem Resi Gudang (SRG). Melalui sistem ini, gula yang belum laku dijaminkan untuk mendapatkan pembiayaan sebesar 70 persen dari nilai, sementara sisanya ditanggung pabrik.

“Skema SLG memungkinkan kami tetap membeli tebu dari petani meski pasar lesu. Gula disimpan di gudang yang sudah terverifikasi Bappebti,” jelas Yoga.

Meski pasar lokal lesu, PG Candi tetap menjual produknya hingga ke luar pulau seperti NTT, NTB, Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

“Kami tetap berupaya memperluas distribusi, tapi tekanan dari masuknya gula rafinasi sangat terasa. Tahun ini paling berat dibanding tahun-tahun sebelumnya,” pungkasnya.

PG Candi berharap adanya penegakan regulasi lebih ketat terhadap distribusi gula rafinasi, agar tidak merusak pasar gula konsumsi dalam negeri dan merugikan petani tebu lokal.

Sebentar Lagi Panen Raya

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional APTRI, Dwi Irianto, menegaskan Jatim menyumbang hampir 40 persen kebutuhan gula nasional. Namun, gula petani kini tertahan di gudang akibat serbuan gula kristal rafinasi dengan harga Rp 11.000-Rp 12.000.

“Pedagang tidak mau beli, karena kondisi gula jenuh. Belum lagi harga gula rafinasi cukup rendah,” ujarnya.

Sejumlah petani mulai frustrasi. “Gula kita tidak laku, sedangkan masyarakat setiap hari butuh gula. Dari mana mereka dapat gula? Itungan sederhananya kan seperti itu,” kata petani tebu di Jember, H. Mudjianto.

Ketua HKTI Jatim, HM. Arum Sabil, menilai ketidakstabilan harga pasar membuat pedagang enggan membeli.

“Misal hari ini beli, tiba-tiba besok pagi harganya turun. Mereka memilih ‘tiarap’. Ini indikasi ada peredaran gula yang tidak sesuai peruntukannya,” katanya.

Baik petani maupun asosiasi mendesak pemerintah segera bertindak, termasuk merealisasikan rencana pembelian gula melalui Danantara senilai Rp 1,5 triliun yang masih terkendala administrasi.

“Apalagi ini kan sudah masuk Agustus. Sebentar lagi masuk panen raya. Ini petani sudah pada frustasi,” tegas Arum.

Komplotan 30 Ton Gula Rafinasi Diringkus

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan pada tahun 2022 Polda Jatim pernah mengamankan sebanyak 7 orang tersangka para pelaku penggelapan tersebut.

Pada tahun 2022 Polda Jatim pernah mengamankan sebanyak 7 orang tersangka para pelaku penggelapan refinasi. (Ist)

Ketujuh tersangka itu adalah AS (39), SS (28), NA (38), SY (45), HS alias Kemon (29), TJ (28) dan JR (40). Mereka diamankan oleh Tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim di lokasi yang berbeda.

Para pelaku menggelapkan gula rafinasi yang dikirim oleh sebuah perusahaan ke pembeli di Karanganyar dengan truk bernopol L 8875 UA. Truk tersebut total membawa gula sebanyak 600 sak dengan berat mencapai 30 ton.

“Sesuai Jadwal, sopir beserta muatan gula rafinasi itu sampai ke PT tujuan pada 12 Agustus 2022, tapi sopir AS tidak memberi informasi atau kabar kepada PT sebelumnya,” kata Kasubdit Jatanras Polda Jatim AKBP Lintar Mahardono, Kamis (1/9/2022).

Merasa curiga, perusahaan yang diorder mencari keberadaan truk. Beberapa hari kemudian truk itu ditemukan di kawasan Ngawi, ditinggalkan begitu saja di pinggir Jalan. Selanjutnya kejadian itu di laporkan ke polisi.

Lintar menambahkan, dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan ternyata komplotan tersangka itu sudah merencanakan aksi penggelapan tersebut. Mereka telah melakukan persekongkolan jahat untuk menguasai muatan gula rafinasi itu untuk dijual kembali.

“Mereka sudah berniat untuk mengambil muatan apapun yang dibawa untuk dijual,” ungkap Lintar.

Tidak hanya itu, Lintar menjelaskan bahwa para tersangka itu sudah mempunyai jaringan hingga penadah. Peran para tersangka pun berbeda-beda.

“Perannya berbeda-beda, ada yang ikut membantu bongkar, ada yang pemilik ide, dan penadah. Sedangkan untuk motifnya terhimpit ekonomi. Namun kami masih dalami lagi,” tandas Lintar.

Atas kejahatan yang dilakukan para tersangka polisi mengamankan sejumlah barang bukti yakni 8 unit ponsel, 72 sak gula rafinasi, truk tronton merah L 8875 UA, mobil Honda Mobilio dan uang tunai Rp 21.345.000.

Sedangkan pasal yang disangkakan yakni Pasal 372 KUHP dan atau Pasal 480 KUHP terkait penggelapan dan penadahan dengan ancaman 4 tahun penjara. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru