PALU- Ketua Harian DPW Sulawesi Tengah Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Aristan menyerukan gerakan semesta perbaikan gizi rakyat. Menurut Aristan, Sulawesi Tengah perlu merestorasi diri dalam urusan penanganan gizi, berkenaan dengan masih tingginya angka dan potensi gizi buruk.
“Gizi adalah pra syarat mutlak kesejahteraan. Ini tidak mengenal lapisan sosial masyarakat. Tetapi hak semua warga negara untuk mendapatkan pengetahuan gizi yang baik,” jelasnya.
Bagi Aristan, gerakan semesta perbaikan gizi menunjuk seluruh lapisan masyarakat. “ini adalah gerakan keteladanan, sosialisasi tentang peran semua pihak untuk sadar gizi,” ujarnya.
Gizi kata Aristan, menjadi faktor penting yang menjamin masa depan generasi kita. Jika pengetahuan akan gizi tidak disosialisasikan, dampaknya bisa terus meluas di tengah gempuran pasar produk pabrik yang menyasar seluruh lapisan umur masyarakat.
“Masalah gizi, bukan hanya disebabkan faktor kemiskinan, orang kaya pun kalau tidak memiliki pengetahun tentang penyajian kalori, protein dll. Siapa saja berpotensi melahirkan generasi kekurangan gizi, ” terangnya.
Oleh karena itu, kata Aristan, Nasdem Sulteng menyerukan gerakan semesta peningkatan gizi lewat sosialisasi dengan target tumbuhnya masyarakat “sadar gizi”.
Kata Aristan, gerakan ini bisa dimulai dengan pembangunan kebun dan peternakan kota dan praktik pertanian campuran perdesaan yang memaksimalkan lahan padu, pertanian, peternakan dan perikanan sekaligus.
Sebelumnya, awal tahun 2016, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) sampai November 2015 telah menemukan sebanyak 443 balita kasus gizi buruk di 13 kabupaten dan kota.
“Data sampai November 2015 sudah mencapai angka 443 orang terdiri 227 laki-laki dan 216 perempuan,” Kata Kepala Bidang Bina Upaya Kesehatan (BUK) Dinkes Sulteng, Nurhasni di Palu, Selasa (2/2).
Ia merincikan untuk Kota Palu sebanyak 45 kasus, Kabupaten Sigi 35 kasus, Donggala 111 kasus, Parigi Moutong 81 kasus, Poso 47 kasus, Tojo Una-Una 5 kasus, Morowali 5 kasus. Selanjutnya Banggai 14 kasus, Banggai Kepulauan 8 kasus, Tolitoli 57 kasus, Buol 21 kasus, Banggai Laut 10 kasus dan Morowali Utara 6 kasus.
“Untuk saat ini masih Donggala yang menempati rangking tertinggi sampai November 2015,” ujarnya.
Pihaknya terus mendorong kabupaten dan kota untuk segera melaporkan data terakhir terkait angka gizi buruk sampai Desember 2015. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya angka pasti nanti dapat diketahui sekitar bulan Maret tahun berjalan.
“Pada dasarnya dalam menurunkan tingkat gizi buruk, kami hanya sebatas sosialisasi perilaku hidup sehat dan penanganannya ketika telah didapatkan,” jelasnya.
Menurut Nurhasni, masih adanya kasus gizi buruk yang ada di lapangan, namun itu bisa terdeteksi ketika kasus tersebut sudah masuk ke perawatan di fasilitas kesehatan.
Upaya penanggulangan kasus gizi buruk dilakukan dengan melakukan pelacakan dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di tiap wilayah, mulai dari posyandu sampai ke tingkat Puskesmas. Sementara itu berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) Dinkes Sulteng pada 2013 sebanyak 442 balita mengalami kasus gizi buruk dan tahun 2014 berkurang menjadi 390 balita. (Lia Somba)