JAKARTA – Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi tertinggi dengan jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan sepanjang tahun 2024. Data ini dirilis oleh tiga lembaga, yakni Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dan Forum Pengadaan Layanan (FPL) pada Selasa (19/8/2025).
“Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, diduga karena akses pengaduan yang lebih baik,” kata Wakil Ketua Komnas Perempuan, Dahlia Madanih, Selasa.
Tercatat 3.579 korban kekerasan terhadap perempuan di Jawa Barat, disusul oleh Jawa Timur dengan 3.077 korban, dan DKI Jakarta dengan 2.844 korban.
Sedangkan Jawa Tengah berada di posisi keempat dengan jumlah 2.727 korban, diikuti oleh Sumatera Utara dengan 2.019 korban, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 1.613 korban. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Jawa Barat dan Jawa Timur secara berturut-turut menempati peringkat teratas dalam dua tahun terakhir, sejak 2023.
Sementara itu, tiga provinsi terbawah adalah Papua Tengah dengan 51 korban, Papua Pegunungan dengan 57 korban, dan Papua Barat Daya dengan 103 korban.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, secara keseluruhan, terdapat 35.533 perempuan korban kekerasan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada 2024.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa angka korban yang tinggi bisa dimaknai sebagai indikator positif karena mencerminkan peningkatan keberanian dan kepercayaan masyarakat untuk melaporkan kasus kekerasan. Di sisi lain, angka kekerasan yang rendah, seperti di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) seperti di Papua, justru memberikan indikasi adanya kesulitan akses untuk layanan pelaporan.
“Daerah 3T menghadapi hambatan infrastruktur dan pendampingan yang membuat kasus sulit terlapor,” ucapnya.
Selain soal akses, minimnya laporan perempuan korban kekerasan di daerah 3T juga disebabkan oleh kultur dan budaya masyarakat yang masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat dalam keluarga dan masyarakat. Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. (Web Warouw)