Selasa, 1 Juli 2025

Masukan Untuk BRIN: Percepat Pemanfaatan Nuklir Untuk Energi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), — lembaga negara yang baru terbentuk dengan ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarahnya,– perlu segera mendorong penelitian dan inovasi teknologi energi nuklir serta implementasinya supaya dipercepat.

Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno sejak tahun 1950-an sudah bercita-cita agar energi nuklir bisa dibangun dan dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa.

Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019 dan Dewan Pakar Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) menulis masukannya lewat Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: Dr. Kurtubi

BANGKA BELITUNG, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur Kalimantan Tengah, Riau, NTB, dan lainnya sebaiknya segera disiapkan untuk menjadi lokasi pembangunan PLTN generasi terbaru, Generasi ke 4, guna mendukung kebutuhan industri, rumah tangga dan transportasi dalam jangka panjang.

Bangka Belitung dan Kalimantan Barat bisa menjadi prioritas mengingat kedua provinsi ini mempunyai SDA Energi Nuklir. Bahkan Kalimantan Barat hingga saat ini sebagian listriknya diimpor dari Malaysia.

PLTN teknologi terbaru, yaitu teknologi dan desain PLTN Generasi ke 4, selain bisa nyala 24 jam (non intermitten),– listriknya bersih bebas emisi karbon, lebih aman dari PLTN generasi-generasi sebelumnya. Juga biaya produksi listriknya (LCOE) lebih murah dari LCOE listrik dari fosil (PLTU batubara, PLTD dan PLTG dari migas).


PLTN Generasi ke 4, juga lebih murah dari ET (energi terbarukan) seperti energi angin, matahari, hidro, nabati dan panas bumi. Khusus ET Panas bumi, lebih mahal dari PLTN, energi panas bumi bersifat non-intermitten.

Listrik dari ET secara umum menjadi lebih mahal dari PLTN Generasi ke 4 terutama karena capacity factornya (CF) relatif sangat kecil hanya sekitar 30%, dibandingkan dengan listrik PLTN yang CF nya diatas 95%.

Hal tersebut terjadi karena, listrik dari angin misalnya, stroomnya angin-anginan karena anginnya gak bisa bertiup 24 jam ! Berarti sekitar 70% dari waktunya, kincir anginnya momot meco diam tidak bunyi dan tidak bergerak.

Listrik dari matahari kalau malam hari, atau mendung dan hujan disiang hari, pembangkitnya bobok istirohat tidak bisa menghasilkan stroom.

Listrik dari hidro kalau kemarau stroomnya anjlok karena air sungai sering berkurang drastis dan mengering.

Sedangkan energi dari nabati atau bio energi seperti kelapa sawit tergantung musim panen dan konflik penggunaanya untuk keperluan pangan.

Negara Maju Punya PLTN

Sebenarnya, kehadiran energi nuklir di tanah air juga tidak ditujukan agar 100% listrik nasional dari nuklir. Tapi cukup hanya sekitar 10 – 15% saja dari Energy Mix Nasional berasal dari nuklir. Di level ini energi nuklir sudah cukup untuk mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional bisa tumbuh double digit di atas 10%.

Selama ini sejak Indonesia merdeka tidak pernah ekonomi nasional tumbuh double digit. Paling sering tumbuh mubeng-mubeng disekitar 5%.
Padahal data Statistik GDP/GNP dunia menunjukkan bahwa hampir semua negara-negara yang sekarang tergolong negara industri maju Bberpendapatan tinggi seperti negara-negara OECD, Jepang, Kosel dan kini menyusul China,– semua negara itu ekonominya pernah mengalami pertumbuhan double digit dan semuanya punya PLTN.

Ekonomi negara kita pasca pandemi covid-19 sangat bisa untuk tumbuh lebih cepat menuju pertumbuhan double digit menjadi negara industri maju, jika dan hanya jika (if and only if),–negara kita memanfaatkan kemajuan teknologi energi nuklir.

Mempercepat Kapal Laut

Disamping untuk listrik, juga energi nuklir bisa dipakai untuk mengganti BBM di sektor angkutan laut. Kapal niaga, kapal barang dan kapal penyebrangan yang kedepannya sebaiknya diganti dengan kapal laut bertenaga nuklir.

Angkutan laut nasional pasti akan menjadi jauh lebih efisien dan lebih murah karena bahan bakarnya menjadi lebih murah daripada BBM/solar.

Pengisian Bahan Bakar Nuklir untuk angkutan laut hanya sekali dalam 30 tahun ! Ini luar biasa efisiennya !!! Serta, kecepatan angkutan lautnya menjadi jauh lebih cepat dari kapal-kapal berenergi BBM yang kecepatannya kita ketahui sangat lambat.

Contoh,–kapal penyeberangan dari Pelabuhan Lembar di Lombok menuju Pelabuhan Padangbai di Bali yang jaraknya hanya 40 km, ditempuh dalam waktu sekitar 5 – 6 jam. Kapal niaga, kapal penyebrangan bertenaga nuklir pasti lebih cepat sampai di pelabuhan tujuan.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, amat sangat berkepentingan dengan ide cita-cita dan inovasi untuk membangun kapal sipil atau kapal niaga bertenaga nuklir ini. Energi nuklir tidak hanya bisa menggerakkan kapal selam!

Sehingga kita mengharap kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), — lembaga negara yang baru terbentuk dengan ihu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarahnya,– bisa segera mendorong penelitian dan inovasi teknologi energi nuklir serta implementasinya supaya dipercepat.

Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno sejak tahun 1950-an sudah bercita-cita agar energi nuklir bisa dibangun dan dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa.

Tanpa menyingkirkan jenis-jenis energi bersih lainya yang juga kita butuhkan sejalan dengan keinginan dunia untuk menuju energi bersih bebas emisi karbon atau gas rumah kaca,– energi nuklir sudah semestinya untuk dipercepat pemanfaatannya di tanah air.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru