BANDA ACEH- Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky kecewa dan memarahi bawahannya yang tak sigap membantu rakyat korban bencana yang masih terisolir di desa-desa yang terkepung banjir dan tanah longsor.
Di tengah hujan deras, bupati mengumpulkan semua pejabat kabupaten di halaman Kantor Bupati Idi Rayeuk dan menegur keras para pejabat yang lambat dalam menangani korban bencana.
“Silahkan sampaikan kepada keluarga masing-masing bahwa bapak ibu sekalian mulai hari ini berkantor di Idi tidak boleh keluar dari Idi. Sampaikan kepada istri, sampaikan kepada anak biar mereka juga tahu bagaimana kondisi disini,” ujarnya lantang mengalahkan suara hujan deras di halaman kantor Kabupaten Aceh Timur di Idi Rayeuk, Kamis (5/12).
“Bapak ibu harus merasakan bagaimana dampak banjir di Aceh Timur. Ada orang yang terkurung 5 hari sampai sekarang. Di Lokop Simpang mereka tidak makan. Di Penarun juga demikian. Logistik semakin menipis.Warga kita terancam kelaparan,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa sebagai pemerimtah, semua jajaran tidak boleh diam dan cepat mencarikan bantuan dari manapun.
“Jadi oleh karenanya pemerintah sekali lagi saya tegaskan semua jajaran, harus bergerak dan aktif, tidak boleh tinggal diam,”
Ia meminta jajarannya untuk segera menghubungi dinas propinsi dan kementerian terkait untuk meminta bantuan untuk rakyat Aceh Timur.
“Semuanya harus saling berkoordinasi silahkan koordinasi, buka jaringan dengan kementerian masing-masing, minta bantuan minta kepada teman-teman di provinsi dan kabupaten lain yang tidak terdampak banjir, untuk membantu Kabupaten Aceh Timur, bahwa masih ada rakyat Indonesia di Aceh Timur yang belum merasakan bantuan, yang belum tersentuh bantuan dari pusat. Kita masih menunggu uluran tangan pusat dan uluran tangan pemerintah provinsi.
Ia mengingatkan jika ada jajarannya di dinas-dinas dan camat mencari masalah maka dirinya tidak akan sungkan mwmberhentikan.
“Oleh karenanya siap siaga ini paling dibutuhkan. Pesan saya ini hanya sampaikan sekali, bila ada kepala dinas, setelah amanat ini saya sampaikan, tetap ingin mencari masalah, maka saya pastikan, akan saya berhentikan di tempat. Begitu juga dengan camat yang tidak bisa mengirim data dalam waktu sepekan ke depan, secara dinci, juga akan saya evaluasi seluruhnya. Ini menjadi perhatian, saya tidak akan main-main untuk proses penanganan bencana ini,” tegasnya.
Menerjang Banjir Temui Warga
Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Banda Aceh, Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, menceritakan sulitnya menerobos banjir untuk bertemu warga. Ia bahkan harus menumpang traktor milik petani demi mencapai wilayah yang masih terdampak banjir.
Iskandar mengatakan kondisi terberat terjadi pada hari pertama hingga hari kelima pasca musibah. Ia berusaha mendatangi permukiman warga menggunakan mobil pribadinya, namun kendaraan itu tak mampu melintas.

“Ya, kalau di hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga, bahkan hari kelima, kita itu sulit untuk menerobos. Yang pertama saya sebelumnya memakai kendaraan Fortuner pribadi yang saya pakaikan plat merah agar warga mudah menandai bahwa saya sedang mengakses jalur-jalur mereka. Tapi itu masuk air, saya sempat parkirkan mobil di rumah warga, kemudian masuk air juga, terendam banjir,” ujar Iskandar saat dihubungi, Rabu (3/12).
Ia kemudian memakai truk milik BPBD untuk berkeliling kampung, namun truk itu tetap kebanjiran. Akhirnya ia menumpang traktor milik petani agar bisa menjangkau warga.
“Jadi naik traktor untuk bajak sawah yang besar yang tinggi untuk menerjang banjir sehingga saya bisa masuk ke satu lokasi, tetapi walaupun tidak bisa keluar lagi. Kemudian di dua hari lagi saya masuk ke lokasi lain, saya terjebak lagi, kemudian masuk juga ke lokasi lain. Jadi hampir semua lokasi itu bisa saya pantau, bisa secara detail saya peroleh gambarannya,” jelas dia.

Setelah memperoleh gambaran kondisi rakyatnya, ia segera melaporkannya ke pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Ia juga meminta bantuan logistik untuk warga.
Sewa Starlink
Iskandar pun menyewa perangkat internet satelit Starlink agar mampu berkomunikasi.
“Hari kedua saya sewa Starlink Rp 10 juta untuk 10 hari dari pihak ketiga. Baru saya bisa informasikan kondisi Aceh Timur ke Jakarta dan Banda Aceh, saya bisa minta bantuan ke logistik beras,” ungkapnya.
Namun sambil menunggu bantuan dengan sumber daya terbatas, Iskandar nekat membeli logistik dan bahan pokok secara berutang kepada pemilik toko. Ia tak ingin warganya kelaparan.

“Roda pemerintahan secara administrasi tidak bisa maksimal, artinya seluruh surat yang saya keluarkan tidak punya kop. Jadi saya tanda tangan pakai tangan dan saya setempel. Saya langsung ke ruko saya beli barang, saya tidak bayar cash, tapi saya jamin pakai kwitansi sehingga meskipun di hari kedua pertama bantuan tidak datang, saya bisa suplai ke pengungsi,” kata Iskandar. (Zamzami/Web)

