Oleh: Toga Tambunan *
TATKALA menyelenggarakan suatu hajatan semacam pesta yang melibatkan beberapa kelompok/pihak, persis sama proses kegiatannya saat seseorang sedang dalam perjalanan menuju titik kordinat yang dipilih. Wajar mendambakan tiba di tujuan pada waktunya dengan sukacita. Melewati aneka rupa tetek bengek pelintasan. Kemungkinan prosesnya berjalan mulus hingga titik tujuan. Sungguh amat disyukuri jika berlangsung begitu. Namun boleh dikata hal demikian tidak mungkin terjadi.
Karena Lucifer akan berreaksi. Berhubung aktivitas dilakukan itu membangun silahturahmi bermanfaat baik untuk manusia dalam konteks keilahian, maka iblis bereaksi dengan segenap siasat licik, bermanuver mengacau agenda pesta bersangkutan atau perjalanan seseorang yang dirancang dan terselenggara itu. Lucifer sangat tahu, perangai manusia itu keminter rasa paham dan lebih cendrung congkak.
Berlandasan perangai tersebutlah Lucifer merangkai operasinya merusak agenda yang tadinya telah dirancang baik.
Sekali pun sudah pernah beraktivitas serupa, apalagi belum pernah, senantiasa terdapat kelengahan mewaspadai muslihat Lucifer, selama karakter Lucifer sombong mengingkari Elohim Jahweh itu masih laten dalam diri bersangkutan, walaupun sisanya doang.
Raja Daud yang senantiasa bergaul intim mengalami kebersamaan dengan Elohim Jahweh, juga pernah terpeleset langkahnya. Untuk menghadapi kemahiran licik iblis itu, Raja Daud merekomandasikan besi menajamkan besi, dipraktekkan sesama manusia agar saling interaksi itu manusia bisa tengarai gelagat busuk iblis.
Iblis sangat lihai bangkitkan ego sombong seseorang. Dengan cara membandingkan pesta kagum subyektifnya, diinginkan dicapai. Meski sudah diingatkan resep Raja Daud yang benar, nyatanya tetap brangasan, tetap berbuat salah.
Persis sama seseorang mencapai titik tujuan sementara tidak tahu, tentang jalan mana yang tepat dipilih agar sampai ke tujuan yang diinginkannya, tapi enggan sering bertanya kepada orang dipersimpangan, pasti brangasan.
Elohim Jahweh menghendaki, paradigma manusia tentang program aktivitas di dunia ini, adalah menempatkan aktivitas itu, format program antara saja dalam konstelasi edaran orbit yang dinyatakan dalam 2 Petrus 3: 13-14 “Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.”
Segala format tujuan kegiatan atau acara apapun di bumi ini pada berbagai tahap aktivitas hanyalah jadi sasaran – sasaran antara. Garis orbit perjalanannya senantiasa pada satu garis vektor menuju destinasi langit baru bumi baru yang kekal.
Pesta atau perjalanan apa pun telah direkomendasikan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Petunjuk Roh Kudus itu mengajar manusia yang percaya Elohim Jahweh, agar satu-satunya keinginan hanyalah demi kemuliaanNya. Tidak ada yang lain. Orang percaya selayaknya menghapuskan keinginan pribadinya. Orang percaya itu terkait sebagai orang ditebus, yang sudah wajib patuh pada Penebus, maka selayaknya bukan lagi melakukan yang bukan kehendak Penebusnya.
Seseorang rentenir sangat tahu imbas barang ditebus. Benda ditebus sepenuhnya milik Penebus, dan bukan lagi milik si empunya semula.
Seyogyanya orang ditebus itu, yaitu gairah melaksanakan kebenaran firmanNya.
Gairah berkarya sama serupa seperti Tuhan Yesus gairah beraktivitas. Yang ditebusNya dikehendaki gairah mencari duit, gairah studi setinggi-tingginya, gairah mengendalikan mulut, gairah silahturahmi, gairah mengampuni, gairah menyembunyikan kekurangan orang lain, gairah tidak membeberkan kesalahan orang lain, gairah mengetahui isi Alkitab, gairah membahas Alkitab pada anak, cucu maupun kerabat, gairah ajak menjala manusia mengikuti Tuhan Yesus, gairah menggagas damai sejahtera di dunia, gairah menolak peperangan antara negara, dll bergairah melakukan semua yang berkenaan bagi Bapak Surgawi untuk kemuliaan Bapak Surgawi.
Orang percaya memang sudah dihapuskan dosanya, bahkan dosa semua umat manusia, tatkala kita belum lahir, begitu juga dosa manusia yang akan lahir.
Tapi akibat dosa itu jadi tanggungan tiap bersangkutan. Dosa itu telah mengakibatkan beku hubungan keluarga, hubungan orang tua dengan anak tidak harmonis, adanya perceraian, penyakit, maut, peperangan, kehilangan damai sejahtera, permusuhan, dsb penderitaan. Itu semua tanggungan yang wajib direspon seseorang seiring arahan Roh Kudus, yang ditulis Rasul Petrus : “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
(1 Petrus 1:14-16)
Dalam kreasi hajatan apapun ataupun kunjungan kemana pun, garis vektor tindakan mengorbit agar tepat mengikuti garis vektor ke langit baru bumi baru, dan tidak meleset. Itu berarti hidup mengalami kebersamaan dengan Tuhan Yesus setiap saat terus menerus. Sampai tutup usia. Memang itu perjuangan berat panjang berhubung lawan kita Lucifer yang kepintaran siasatnya lihai luar biasa. Orang beriman mempercayai Elohim Jahweh, Tuhan Yesus dan Roh Kudus, wajib tekun setahap demi setahap sehingga iblis tersingkirkan total dari pribadi diri bersangkutan. Roh Kudus selamanya akan terus menyertai yang bersangkutan sampai lulus selaku murid.
Menjadi manusia Allah, berkarakter sempurna, sesuai standar Elohim Jahweh, berkualitas kudus, dituntut intim mengalami kebersamaan hidup dengan Tuhan Yesus, setiap saat.
Pengalaman hidup sehari-hari bersama Tuhan asal sudi terbuka akan kehendak Elohim Jahweh, pasti bisa mendengar bisikan atau suara Tuhan. Ada saja tehnik Elohim Jahweh menyampaikan suaraNya, petunjukNya, arahanNya yang membangkitkan kesadaran seseorang demi kemuliaanNya. Sudah sejak semula Roh Elohim Jahweh berada dalam pribadi tiap manusia, sekalipun kini berupa bekas pada orang yang tak percaya padaNya. Domba saja yang tak berakal budi tahu suara seruling gembalanya.
Camkan, gairahlah mengalami hidup bersama Tuhan Yesus, tidak hanya percaya secara akali jaringan otak dan gairahlah merespon atau bekerja apapun untuk kemuliaan Elohim Jahweh, sehingga senantiasa menguji kata, perangai, sikap atau tindakan itu apakah kompatibel dengan perasaan pikiran Tuhan Yesus.
Selamat hari minggu.
Bekasi, 29.01.2023
* Penulis Toga Tambunan, evangelis Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)