Selasa, 1 Juli 2025

Mengenang Asep Salmin, Dari Perjuangan Bawah Tanah Membangun Gerakan Buruh

Oleh: Sutrisno

31 JANUARI 2022 pagi beberapa kali saya menerima telpon dan berita whatsapp dari beberapa kawan yang semuanya membawa berita yang sama, kawan kita Asep Salmin jam 4 pagi sudah berpulang. Berita duka yang mendadak membawa duka dan rasa kehilangan kawan baikku pada masa pergerakan mahasiswa di tahun 1990 an. Berturut turut kehilangan kawan-kawan lama setelah sebelumnya Damianus Pranowo (Wowo) dan Munif Laredo juga berpulang.

Asep Salmin ditengah kawan kawannya, Siti Rubaidah dan Henny Vidiarina. (Ist)

Pertemuanku dengan Asep dimasa mahasiswa ketika aku bergabungan dengan Kelompok Study/Diskusi Forum Belajar Bebas (FBB) ditahun 1990. Pada masa itu setelah represi negara terhadap gerakan mahasiswa dan pemberlakuan NKK/BKK di kampus oleh Orde Baru maka perlawanan mahasiswa banyak muncul dalam bentuk kelompok-kelompok diskusi yang mengkritik pemerintah Orde Baru dengan menggunakan legitimasi selaku intelektual dan sebagai Gerakan moral bukan Gerakan politik.

FBB sendiri sudah berdiri sebelum aku bergabung, saat itu Andi Lubis (wafat tahun 1993 karena cancer usus besar) salah satu pendiri FBB banyak berdiskusi dan meyakinkanku bahwa saat ini adalah waktunya mahasiswa menjadi gerakan politik melakukan perubahan bukan lagi hanya melakukan diskusi-diskusi dan melakukan kritik di majalah dan jurnal mahasiswa.

Aksi solidaritas terhadap berbagai penindasan rejim orde baru terhadap mahasiswa dan rakyat, di FSUI tahun 1992, digagas oleh FBB dengan melibatkan senat FSUI. (Ist)

Aku akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan FBB yang anggota2nya adalah mahasiswa/i Fakultas Sastra UI yang secara angkatan beberapa tahun lebih muda seperti Andi Lubis, Irvan, Ariyanto, Rivo Kaligis, Wignyo, Iwan dan tentunya Asep Salmin. Baru kemudian di tahun 1991 Dita Indah Sari dari Fakultas Hukum bergabung pula ke dalam FBB.

FBB mulai terlibat dalam gerakan mahasiswa dan bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa universitas lain di Jakarta membentuk Solidaritas Mahasiswa Jakarta yang mengorganisir demontrasi dan kampanye solidaritas terhadap perlawanan mahasiswa dan advokasi mahasiswa atas perlawanan rakyat yang tanahnya dirampas pemerintah Orde Baru.

Diskusi-diskusi internal FBB waktu itu melahirkan kesimpulan bahwa gerakan mahasiswa yang berdiri sendiri sebagai gerakan moral tidak mungkin dapat memenangkan perubahan tatanan politik dan ekonomi yang berpihak pada Rakyat.

Aksi solidaritas terhadap berbagai penindasan rejim orde baru terhadap mahasiswa dan rakyat, di FSUI tahun 1992, digagas oleh FBB dengan melibatkan senat FSUI. (Ist)

Diskusi-diskusi selanjutnya internal maupun dengan beberapa kawan diluar FBB (antara lain Daniel Indrakusuma) kami banyak mempelajari gerakan perubahan social baik di Indonesia pra Orde Baru maupun negeri-negara lain antara lain Rusia. Aku banyak belajar dari Asep tentang sejarah Revolusi Rusia dan para tokoh tokohnya yang sebelumnya terasa asing bagiku.

Meskipun gerakan mahasiswa penting dalam perlawanan terhadap rezim Orde Baru tetapi Asep dan kawan-kawan yang lain percaya gerakan mahasiswa tanpa dibarengi dengan gerakan Buruh yang kuat dan sadar politik hanya akan jadi alat legitimasi pergantian kekuasaan antar elit politik dan kepentingan Rakyat pada akhirnya akan ditinggalkan.

Kondisi lokasi Jabodetabek yang banyak memiliki Kawasan industry dan mulai bermunculan gerakan protes dan pemogokan di pabrik-pabrik membuat FBB berusaha membangun sinergi mahasiswa dengan buruh untuk membangun kekuatan politik kaum Buruh.

Dari kiri: Sutrisno, Mochtar (Buruh), Linda Christanty, Mohammad Irvan dan Asep Salmin. Foto diambil di sebuah save house di Depok. Mereka adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang terjun dalam advokasi dan pengorganisiran buruh melawan kediktaktoran Soeharto di era 1990. Mereka ikut mempelopori gerakan buruh progresif, membangun aliansi buruh dan mahasiswa dan membentuk berbagai serikat dan organisasi buruh diluar dengan SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) boneka pemerintahan Orde Baru saat itu. Lima orang diatas mendirikan Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) yang dipimpin Dita Indah Sari. (Ist)

Kami kemudian berhubungan dan belajar dari kawan2 Buruh seperti Moktar dan Carkono yang merupakan mantan anggota Serikat Buruh Merdeka Setiakawan. Dari pengalaman mereka kami belajar bagaimana membangun kesadaran dan mengorganisir pemogokan Buruh.

Dengan penuh semangat kawan-kawan FBB berusaha melakukan live in di pemukiman Buruh dan mencoba menjiwai bagaimana kehidupan kaum Buruh. Sebagian anggota FBB sibuk dengan pergerakan mahasiswa yang saat itu sedang meningkat Sebagian lagi seperti Asep, Wignyo, Dita dan aku memilih lebih banyak mengurus pengembangan gerakan Buruh.

Semangat untuk mengorganisir Buruh semakin menguat ketika Wignyo bersama kawan-kawan Buruh di Pluit yang diorganisirnya berhasil melakukan pemogokan di pabrik dan memenangkan tuntutan. Asep dan aku sempat bertemu dengan kawan-kawan buruh di Pluit pasca pemogokan, disana kami temui wajah-wajah penuh semangat dan ceria.

Acara Diskusi dan Baca puisi-puisi Wiji Thukul di FSUI, tahun 1991, dihadiri mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Indonesia. Tampak, Wiji Thukul, Andi Lubis, Irwan Firdaus, Asep Salmin, Dita indah sari, Sutrisno, Jacobus Eko Kurniawan. (Ist)

Kawan-kawan buruh berpatungan menjamu kami dengan kue-kue dan teh botol, disitu aku merasa malu sekaligus terharu. Malu karena kami yang bermaksud membantu kawan-kawan Buruh bukannya mentraktir mereka tapi malah sebaliknya, saat itu memang kami benar-benar tidak ada dana bahkan selama kami tinggal di Pluit kami makan gratis di rumah Wigyo yang orang tuanya membuka warung.

Keseriusan untuk membangun gerakan Buruh membawa FBB berhubungan dengan NGO yang concern dengan masalah perburuhan di Indonesia. Seperti NGO kami mengajukan proposal dan mendapat dana untuk program Pendidikan buruh. Dana itulah yang kami pakai untuk membiayai pengorganisiran, pendidikan dan membantu aksi/pemogokan kawan-kawan Buruh, FBB telah bertransformasi dari kelompok diskusi menjadi kelompok aktivis buruh yang kemudian semakin banyak melibatkan kawan-kawan mahasiswa diluar FBB/UI maupun kawan-kawan buruh, menjadi embryo pembentukan PPBI bersama kawan-kawan aktivis buruh lainnya diluar Jabodetabek.

Kawan Asep Salmin almarhum. (Ist)

Salah satu momentum pengorganisiran buruh bersama Asep yang berkesan adalah ketika kami membantu perjuangan kawan-kawan buruh di Pasar Kemis, Tangerang yang di PHK karena melakukan pemogokan (kalau tidak salah di tahun 1993). Kami membawa kawan-kawan buruh mengadukan nasibnya kepada mahasiswa dengan membawa kawan-kawan buruh ke UI dan bertemu dengan Senat Mahasiswa disana yang saat itu sedang melakukan Orientasi mahasiswa baru.

Sekitar 200 an kawan-kawan buruh dengan membentuk kelompok-kelompok kecil berhasil datang ke FISIP UI untuk bertemu dengan Senat Mahasiswa melalui berbagai titik masuk.

kawan-kawan buruh berusaha mendapatkan dukungan Senat Mahasiswa dalam perjuangannya tetapi sepertinya Senat Mahasiswa tidak merespon seperti harapan dan berusaha mengisolasi kawan-kawan buruh dari para mahasiswa baru. kawan-kawan buruh menginap di UI dan rencananya esok hari oleh fihak Senat Mahasiswa dan Rektorat akan dipulangkan.

Partai Rakyat Demokratik yang.mendorong kejatujan Rezim.Ode Baru Soeharto: Ada jejak kerja-kerja Asep Salmin yang ikut membangun dan membesarkannya. (Ist)

Menghadapi kondisi tersebut kami melakukan rapat semalaman dan diputuskan bahwa esok pagi kawan-kawan Buruh akan dengan berjalan kaki akan menuju ke bundaran UI (yang waktu itu kami namakan budaran demokrasi) untuk melakukan aksi orasi bersama kawan mahasiswa sebagai bentuk kampanye di kalangan mahasiswa dan selanjutnya akan mendatangi DPR.

kawan-kawan buruh didampingi dengan kawan-kawan mahasiswa dari UI maupun universitas lain (antara lain Robertus Robert dari Fisip UI , Haryo dari Sartra UI dan Munif Laredo dari UGM )keesokan paginya berjalan kaki menuju bundaran UI/demokrasi dan melakukan orasi di sana. Menyikapi aksi tersebut aparat Kodim dan Koramil sepertinya sudah berkoordinasi akan membawa paksa para peserta aksi.

Asep dan aku waktu itu mengurus bus untuk membawa kawan-kawan Buruh dengan didampingi mahasiswa ke DPR. Pagi-pagi kami ke terminal Depok dan berhasil menyewa beberapa bus yang segera kami bawa stand by di pinggir jalan Margonda dekat dengan jalan pintas gang Damai. Begitu bus sudah siap kami segera berkoordinasi dengan kawan-kawan yang sedang orasi untuk segera mengarahkan kawan-kawan buruh memasuki bus melalui gang Damai.

Tahlilan yang dihadiri Beberapa kawan Asep Salmin dari PRD, Jakarta (6/2) (Ist)

Aparat dari militer dari kodim dan koramil sepertinya tidak menduga kami sudah menyiapkan transportasi yang akan membawa kawan-kawan buruh. Ketika kawan-kawan buruh bersama mahasiswa sudah naik ke dalam bus, keberangkatan kami sempat berusaha ditahan oleh aparat kodim/koramil. Aku berada di bus pertama yang didatangi mereka. Ketika bus dicegah berangkat aku menyampaikan bahwa kami sudah ada janji dengan anggota DPR untuk bertemu di DPR (padahal kami sama sekali belum ada janji ) dan kawatir sopir bus ketakutan, tanpa menanggapi aparat lebih lanjut aku minta sopir bus untuk menjalankan busnya. Akhirnya bus berangkat dengan diikuti bus bus lainnya melanjutkan perjalanan ke Gedung DPR.

Di Gedung DPR perwakilan kawan-kawan buruh dan mahasiswa berhasil bernegosiasi untuk bertemu dengan anggota dewan, yang kalau tidak salah berasal dari fraksi PDI. Sementara itu kawan-kawan buruh dan mahasiswa lainnya sambil menunggu melakukan orasi-orasi.

Pertemuan berlangsung sampai sore dimana sambutan anggota DPR yang ternyata cukup responsive. Salah satu anggota dewan yang berasal satu daerah dengan salah satu kawan perwakilan buruh mau membantu penyelesaian yang adil atas PHK sepihak oleh perusahaan. Anggota dewan tersebut berjanji akan menemui pimpinan perusahaan dan membantu menyediakan bus untuk memulangkan kawan-kawan buruh dari Gedung DPR ke Pasar Kemis, Tangerang.

Konfedarasi Aliansi.Serikat Buruh Indonesia juga pernah menjadi bagian dari perjuangan Asep Salmin pasca kejatuhan rezim Soeharto. (Ist)

Sebuah kemenangan hasil kerjasama kawan-kawan buruh dengan mahasiswa yang waktu itu aku harapkan menjadi awal perubahan gerakan perlawanan Orde Baru menjadi gerakan perlawanan dengan kaum buruh dan kelompok rakyat tertindas lainnya sebagai soko gurunya.

Pengalaman menarik bersama Asep lainnya adalah terkait dengan penyakit asma yang diderita Asep. Waktu itu saya berdua Asep sedang menginap di secretariat di gang Fatimah, depok.

Sekitar jam 2 pagi aku dibagunkan Asep yang waktu itu sudah mulai kesulitan bernafas, ternyata spray yang biasa dipakai Asep jika asma memburuk sudah habis. Aku yang tidak punya pengetahuan tentang asma melihat kondisi Asep sangat panik.

Aku segera cari taxi dan segera membawa Asep ke apotik untuk memberi spray asma tersebut. Di apotik pertama tidak menjual spray tersebut sehingga untuk menghemat waktu aku minta taxi menuju apotik yang langganan Asep membeli spray. Sepanjang perjalanan ke apotik yang ada di jalan Dewi Sartika aku panik melihat kondisi Asep, beruntung disana kami bisa membeli spray tersebut dan setelah digunakan kondisi nafas Asep membaik.

Pengalaman ini dan pengalaman lainnya membantu biaya Wignyo berobat rawat inap karena batu ginjal membuatku merasa bahwa membangun gerakan perlawanan bukan sekedar masalah retorika, keberanian berkorban tetapi perlu ada organisasi dan dana yang mampu menjaga kader-kader terbaiknya.

Aku tidak ragu menggunakan dana organisasi untuk membantu biaya berobat tersebut karena kawan-kawan yang sudah berjuang secara totalitas merupakan modal terpenting dalam membangun gerakan perlawanan.

Aku berpisah dengan Asep dan gerakan buruh setelah aku lulus FHUI di tahun 1994. Seperti kawan-kawan lainnya aku menghadapi pilihan antara hidup untuk gerakan atau keluarga/orang tua. Aku menghargai pilihan banyak kawan-kawan yang memilih gerakan dari pada keluarga/orang tua, tetapi bagiku hutang pada orang tua harus dibalas dikehidupan ini sehingga aku memutuskan untuk bekerja agar dapat membantu biaya orang tua dan adik-adikku.

Aku bertemu lagi dengan Asep beberapa kali di sekitar tahun 1999 – 2000, waktu itu Asep bersama Agus sahabatku di FHUI mendampingi kawan-kawan mahasiswa di KB UI dan mengorganisir kawan-kawan buruh di KASBI. Bertemu Asep membuatku seperti déjà vu dengan masa ketika bersama mengorganisir/membangun gerakan buruh. Penampilan dan pembawaan Asep yang waktu itu sudah berkeluarga tidak berubah tampil tenang dan selalu optimis dengan masa depan gerakan buruh.

Aku sebelumnya selalu merasa Asep selalu ada di sisi lain duniaku dan akan ada waktunya untuk kembali berjumpa saling membagi pengalaman perjalanan dari dua dunia yang berbeda.

Berita kepulangan Asep mengakhiri semuanya menutup lintas batas pararel dunia yang masing-masing kita pilih.

Selamat jalan Kawan, selamat beristirahat dalam keabadian. Terima kasih pernah bersama berbagi suka-duka dan mimpi tentang dunia baru yang adil dan tanpa penindasan.

Semoga perjuangan, semangat dan optimismemu membangun gerakan buruh dapat terwujud seperti harapanmu.

Penulis, Sutrisno (Trisno) pernah aktif di Forum Belajar Bebas (FBB)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru