Selasa, 7 Oktober 2025

Mengenang Jefri Aries: Bukan Wartawan Biasa!

JAKARTA- Seorang kawan telah pergi duluan. Dia Jefri Aries, seorang mantan wartawan foto Kantor Berita Nasional ANTARA. Terakhir Jefri bekerja di Brilio.net sampai kepergiannya dan dimakamkan pada Minggu (30/4) di Sawangan, Depok.

Jefri bukan wartawan foto biasa. Keterlibatannya dalam perlawanan menumbangkan Orde Baru, telah menempanya. Sebelum menjadi wartawan Jefri adalah bagian dari gerakan demokrasi menantang Soeharto yang tekun dan militan.

Dibawah ini adalah obituari buat Jefri dari Petrus Hariyanto, mantan Sekretaris Jenderal, Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang diterima dan dimuat Bergelora.com di Jakarta, Senin (1/5)

Aku lupa kapan kali bertemu dengannya? Yang jelas, saat itu kekuasaan Soeharto  sudah diujung tanduk. Anak muda berumur 20-an tahun itu memperkernalkan diri kalau dia mahasiswa UT (Universitas Terbuka).

“Namaku Jefri. Kami ingin sekali berdiskusi dengan kalian semua. Kami sangat kagum akan perjuangan PRD. Kami, para mahasiswa di luar sudah mulai bergerak keluar kampus. Kawan-kawanku di UT juga sudah aku koordinir untuk melawan Soeharto ,” katanya ke aku waktu itu di ruang bezukan LP Cipinang.

Lantas kami menjadi akrab. Kebetulan aku juga mahasiswa UT. Walau dipenjara, aku dan beberapa teman PRD dan Timor Leste diperbolehkan kuliah di UT.

Hari berikutnya Jefri datang lagi ke ruang bezukan. Tidak hanya aku yang ngobrol dengannya. Budiman, Wilson dan Anon bersemangat meng-agitasi dia. Kalau urusan seperti ini kami kelebihan energi. Hasrat Kami juga tinggi untuk mendengar cerita situasi di luar tembok penjara. Jefri adalah penutur yang baik.

Setelah Soeharto tumbang, Jefri sudah terlibat bersama kawan-kawan. Banyak organisasi perlawanan yang dibentuk PRD. Namanya beragam, karena nama PRD belum bisa dimunculkan. Dia aktif demo melawan Rezim Habibie.

Ketika era bawah tanah berakhir, Jefri terlibat aktif dalam kampanye pemilu. PRD salah satu peserta Pemilu 1999. Bahkan paska pemungutan suara, PRD melakukan mobilisasi massa memprotes KPU, berakhir dengan tragedi berdarah. Peserta aksi dihajar Polisi dengan brutal, disaat hari itu mereka meranyakan ulang tahun, 1 Jimi.  Jefri salah satu korbannya.

Kami bertemu kembali dengannya di ruang bezukan. Tubuhnya lebih kurus. Tatapannya kosong. Dia tidak ingat Kami. Kami hanya mengikuti apa yang dia lontarkan. Tak pernah dia singgung materi yang pernah kita bicarakan sebelumnya. Pukulan Polisi dengan bengis dan berkali-kali di kepalanya telah membuat dia amnesia. Pacarnya sesekali mengeluarkan air mata melihat kondisi Jefri. Sumpah serapah kami kepada aparat yang telah membuat Jefri begini.

Setelah aku bebas, Jefri sudah sembuh dari amnesianya. Tapi tidak sepenuhnya. Sakit kepalanya muncul bila terlambat minum obat tertentu. Kebetulan Kami berobat ke dokter yang sama, dan obatnya sama. Telah terjadi penyempitan pembuluh darah di kepala karena benturan di kepala.

Setelah tahun 2001 Kami jarang bertemu. Dia merintis menjadi pewarta foto. Aku banyak menerima kabar tentangnya dari statusnya di fb. Beberapa kali sakit dan masuk ke RSCM.

Hari ini di Facebook aku mendengar kepergianmu. Maafkan tak sempat menengok mu selama sakit. Kuantar kepergianmu bukan dengan air mata, tapi dengan mengangkat topi tinggi-tinggi. Kamu pejuang bung! Pejuang yang gigih! Kamu juga pewarta foto  yang jadi panutan lainnya! Selamat jalan kawan! (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru