Minggu, 14 Desember 2025

Menjadi Manusia Toleran, Langkah Kongrit Jaga Keberagaman Indonesia

Forum Nasional (Fornas) Perempuan Bhinneka Tunggal Ika dan Api Kartini, Minggu, 25 Agustus 2019 merangkai kegiataan talk show, beauty class dan juga pagelaran busana oleh perancang busana kain Indonesia. Temanya,– ‘Ekspresi Nusantara untuk Keberagaman Indonesia’. (Ist)

Kaum perempuan mulai berani bangkit di depan dan lebih kreatif membela keberagaman melawan intoleransi. Ratri W. Mulyani, Ketua Umum Forum Nasional (Fornas) Perempuan Bhinneka Tunggal Ika melaporkan pada pembaca Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: Ratri W. Mulyani

FORUM Nasional (Fornas) Perempuan Bhinneka Tunggal Ika dan Api Kartini, Minggu, 25 Agustus 2019 merangkai kegiataan talk show, beauty class dan juga pagelaran busana oleh perancang busana kain Indonesia. Temanya,– ‘Ekspresi Nusantara untuk Keberagaman Indonesia’. Tujuannya,– membela keberagaman melawan bangkitnya konservatisme, terutama dalam interpretasi keagamaan yang sempit yang mengancam keragaman budaya nusantara. Mulai ada yang mempersoalkan pakaian asli nusantara yang dianggap ‘terbuka’.

Dimata kaum konservatif, pakaian terbuka selain dianggap tidak sopan, juga dianggap menjadi penyebab pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan. Padahal, sebagian besar kasus kekerasan seksual tidak ada kaitannya dengan cara berpakaian. Buktinya, perempuan yang korban kekerasan seksual adalah,– memakai celana atau rok panjang (18 persen), hijab (17 persen) dan baju lengan panjang (16 persen).

Begitu juga dengan seni merias wajah. Jauh sebelum peradaban modern, kosmetik tak sekadar berfungsi untuk melengkapi kecantikan. Berabad-abad silam, kosmetik banyak dipakai sebagai bagian dari ritual keagamaan sekaligus menunjukkan kondisi kesehatan yang baik. Apalagi,– Nusantara kaya dengan tanaman atau tumbuhan yang bisa diubah menjadi produk kosmetik.

Acara dibuka dengan tarian pembuka Cokek menandakan keragaman tarian dan budaya kita. Dirjen Kebudayaan, DR. Hilmar Farid menyambut antusias karena tetap masih banyak suara yang terus menyuarakan keberagaman Indonesia. Indonesia bukan hanya kaya akan suku, jenis kuliner, tanaman bahkan sumber dari hayati Indonesia adalah yang paling lengkap. Acara diadakan di Mustika ratu juga menandakan bahwa kosmetik Indonesia dengan kekayaan hayati akan terus lestari.

Forum Nasional (Fornas) Perempuan Bhinneka Tunggal Ika dan Api Kartini, Minggu, 25 Agustus 2019 merangkai kegiataan talk show, beauty class dan juga pagelaran busana oleh perancang busana kain Indonesia. Temanya,– ‘Ekspresi Nusantara untuk Keberagaman Indonesia’. (Ist)

Anjani Kusuma, generasi ketiga dari Mustika Ratu ikut menjadi bagian dari rangkaian Ekspresi Nusantara yang diadakan di Aula Sasono Wiwoho, Mustika Ratu. Saat ini Mustika Ratu juga terus melakukan inovasi mengikuti perkembangan zaman dengan tetap tidak melupakan dan meninggalkan resep kosmetik dan jamu dari bahan bahan tradisional. Karena itu kerja nyata melestarikan kekayaan bumi Indonesia.

Dalam Talk Show, Nyonya Swan atau Swandani Kumarga bersaksi bermula dari sebuah garasi rumah menjual jus dan rujak untuk para tetangga. Memulai bisnis kuliner, yang bahannya buah asli Indonesia. Setelah 35 tahun Nyonya Swan mendalami bisnis kuliner hingga saat ini memiliki 22 restoran Dapoer Solo seluruh Indonesia.

Nyonya Swan juga mengajarkan bahwa rempah Indonesia tidak ada duanya. Seluruhnya dari nenek moyang kita sudah jelas kegunaannya. Banyak contoh tanaman Indonesia menjadi bumbu yang tidak akan sia-sia,– misalnya kencur untuk batuk, daun salam untuk kolestrol dan lainnya. Selain itu dalam berbisnis makanan harus jujur, tidak boleh lebih menghemat bahan baku, misalnya gula diganti dengan gula yang tidak asli.

Dengan cara menjaga kuliner Indonesia Dapoer Solo, Nyonya Swan sudah melestarikan banyak kekayaan rempah kita dan juga berhasil mengembangkan kuliner Indonesia. Ia berpesan sebagai orang tua tidak harus takut berkarya. Karena ada banyak cara menyampaikan hal baik dan berinovasi dengan teknologi tentang keberagaman Indonesianya. Ia memberi contoh dengan membuat cuplikan youtube kuliner seperti yang dilakukannya. Nyonya Swan mendeklarasikan dirinya sebagai ‘Senial’,– Senior Milenial.

Dalam kesempatan itu, Lola Amaria sebagai produser dan sutradara yang sudah banyak sekali menelurkan karya yang fantastik demi menjaga keutuhan dan keberagaman Indonesia dimasa-masa pergesekan semakin keras akibat berkembangnya radikalisme dan intoleransi.

Menurutnya, Pancasila bukan hanya sebagai hapalan tetapi untuk diamalkan melalui film sebagai salah satu caranya. Film ‘LIMA’ kreasinya adalah film yang sarat falsafah Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Rencananya, dibulan September nanti Lola akan menayangkan film nasionalisnya yang berjudul ‘6,9 Detik’,– yang menceritakan seorang perempuan Indonesia yang berhasil berjuang dicabang olahraga yang super keras,– panjat tebing dengan waktu yang sangat singkat. Ia yakin nasionalisme harus terus dipupuk untuk keberagaman nusantara tetap ada.

Prof Musdah Mulia dalam kesempatan itu memaparkan tugasnya yang tiada henti menjadi peluru toleransi dengan ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace) yang berjuang melindungi warga Indonesia dari ketidak adilan terkait dengan keyakinannya.

Menurutnya, Indonesia dengan bangsa yang majemuk seharusnya tidak membatasi seseorang dengan menuliskan agamanya, karena masih banyak agama dan kepercayaan yang tidak diakui di Indonesia.

Musdah mengingatkan bahwa paham intoleransi dan fundamentalis saat ini sudah ditanamkan sejak usia dini, yaitu dilakukan dalam PAUD (Pendidikan anak usia dini) baik didesa maupun di kota-kota. Bahkan paham tersebut menjamur sehingga radikalisme dan terorism di Indonesia tidak mudah dihapus. Untuk itu butuh keseriusan masyarakat dan juga pemerintah untuk terus memberikan edukasi kepada guru-guru sekolah agar sejak dini dapat menanamkan bahwa Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi pilar bangsa.

Ibu Rustin Ilyas,–pemerhati anak meyakini bahwa radikalisme seharusnya sudah dapat dideteksi dari tingkatan Rukun Tetangga (RT). Oleh karenanya perangkat RT dan juga masyarakat harus dapat bahu membahu dalam menangkal segala tindakan radikalisme dilingkungan terkecil.

Semua kiranya bersepakat bahwa dalam menghalau intoleransi dan terus menjaga manusia Indonesia,– masyarakat toleran harus bersama-sama bergandengan tangan dan tidak boleh berhenti. Untuk itu kesadaran mayarakat harus bisa membangun nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari,–seperti yang diinginkan para pendiri bangsa

Rangkaian acara kelas kecantikan oleh Mustika Ratu ditutup fashion show berbagai busana dari kain nusantara  dari ‘Srikendes’, ‘Grimot’ dan juga kerajinan tas tradisional bermerek ‘Mbokna’.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru