BANDA ACEH- Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Aceh mengungatkan agar pejabat dan menteri diminta hati-hati.dalam membuat pernyataan jangan sampai justru mempersulit tanggap bencana yang sedang berlangaung di 3 propinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat yang sedang mengalami musibah.
Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Rapat Terbatas, melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa listrik Aceh berangsur pulih, Sumut dan Sumbar sudah menyala 100%
“Apalagi pernyataan itu merupakan laporan kepada Presiden. Itu bisa dikatagorikan laporan ABS (Asal Bapak Senang) padahal jauh dari kenyataan. Masak setingkat menteri Bahlil bohongi presiden gitu. Dampaknyakan ke masyarakat yang sedang mengalami musibah,” ujar Ketua DKR Aceh Zamzami kepada Bergelora.com di Jakarta dari Banda Aceh, Selasa (9/12).
Zamzami mempertanyakan data yang diungkapkan menteri Bahlil bahwa listrik sduah menyala 100 persen itu.
“Kalau ngomong apalagi di rapat resmi bersama presiden seharusnya dua pakai data, jangan asbun (asal bunyi) ABS (asal bapak senang) aja. Buat kami rakyat Aceh itu penipuan” tegasnya.
Bantahan Pemerintah Aceh
Hal senada disampaikan, Juru Bicara Pemerintah Aceh Muhammad MTA mengeluarkan klarifikasi bantahan atas.klaim Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Rapat Terbatas itu.
“Memperhatikan kondisi paska pernyataan Menteri ESDM Bahlil saat laporan kepada Presiden bahwa Listrik Aceh 97 persen malam (minggu) menyala, kami memandang perlu melakukan klarifikasi untuk kondusivitas masyarakat,” demikian pernyataan Muhammad. MTA dalam rilis yang diterima Bergelora.com di Jakarta, Selasa (9/12).
“Banyak masyarakat merasa kecewa dan berpotensi resisten bagi tenaga PLN di lapangan. Perlu kami sampaikan, dari beberapa pertemuan yang kami update, per-saat ini potensi suplai listrik seluruh Aceh terhadap jaringan menengah baru 60-70 persen,”
Untuk Banda Aceh sendiri kondisi saat ini masih pada posisi 35-40 persen menyala, dan apabila suplai Tegangan Tinggi dari Arun selesai pada hari ini atau besok maka berpotensi besar 100 persen menyala untuk Banda Aceh dan sekitarnya, karena nyaris tidak ada masalah pada jaringan tegangan rendah di masyarakat.
“Sedangkan daerah terparah rusaknya jaringan arus menengah di masyarakat seperti Tamiang, Aceh Utara, Aceh Timur tentu persentasenya masih dibawah 40 persen, kota lhokseumawe sekitar 75 persen. Sedangkan untuk Barat Selatan secara keseluruhan 70-80 persen,” jalasnya..
“Kami berharap, atas kekeliruan yang disampaikan oleh Menteri ESDM tersebut tidak mengakibatkan kekecewaan masyarakat terhadap petugas PLN di lapangan, apalagi sampai terjadinya hal-hal yg tidak diinginkan terhadap mereka,” ujarnya.
Ia mengingatkan, petugas PLN dilapangan yang didatangkan hampir 1.000 petugas oleh PLN Pusat ini sedang bekerja ekstra dalam upaya pemulihan listrik untuk segenap masyarakat Aceh.
“Kami berharap, semua pihak harus sangat berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan terkait kebijakan publik apalagi ditengah bencana yang berpengaruh besar terhadap psikologi masyarakat korban dan trust terhadap pemerintahan,” tegasnya
Dirut PLN Klarifikasi Kondisi Kelistrikan di Aceh

Terpisah, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo memberikan klarifikasi terkait kondisi terkini kelistrikan di wilayah yang terdampak bencana, khususnya Aceh. Di mana, banjir bandang yang terjadi menyebabkan kerusakan yang sangat parah pada sistem kelistrikan PLN di Aceh.
Salah satu kerusakan terbesar terjadi pada jaringan transmisi antara Bireuen dan Arun.
“Ada 6 tower yang roboh karena sungai yang tadinya lebarnya 80 meter menjadi sekitar 300 sampai 400 meter dan tower-tower kami terbawa banjir bandang dan juga kabelnya juga hilang,” kata Darmawan dalam Konferensi Pers, Selasa (9/12/2025).
Di samping itu, ia mengatakan bahwa sebagian lokasi terdampak juga tidak bisa dilalui melalui jalur darat. Meski gudang logistik PLN hanya berjarak sekitar 2 km dari lokasi tower yang roboh, tim tidak bisa menembus lokasi sehingga seluruh material harus diangkut menggunakan helikopter.
“Jarak antara pool logistik kami dengan tower hanya sekitar 2 km, tetapi kami tidak bisa menembus terpaksa menggunakan helikopter. Maka material untuk perbaikan tower seberat 35 ton terpaksa diangkut menggunakan heli satu per satu, satu per satu,” kata dia.
Selain itu, pihaknya juga telah mengerahkan tambahan 16 ton material berupa kabel dan peralatan penarik kabel yang dikirim dari Jakarta menggunakan pesawat Hercules TNI AU, lalu diteruskan dengan truk TNI AD dan helikopter.
“Dan kemudian kami berhasil mengoreksi memulihkan tower dan juga menyambung kabel di tengah kondisi yang sangat sulit,” katanya.
Darmawan pun sempat optimistis pasokan listrik dari Arun ke Banda Aceh bisa kembali normal. Namun dalam proses pengaliran listrik dari Arun ke Banda Aceh, PLN ternyata menghadapi tantangan hambatan teknis.
Menurut dia, penyaluran listrik ini jauh lebih berat daripada perkiraan perusahaan. Oleh karena itu, ia mengakui informasi yang sebelumnya disampaikan kepada Menteri ESDM terkait kesiapan sistem, di mana sistem kelistrikan Aceh akan meningkat menjadi 93% tidak akurat.
“Nah untuk itu dalam hal ini kami menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat Aceh karena kami sudah menyampaikan informasi bahwa sistem kelistrikan apabila koreksi kami untuk penyaluran listrik dari Arun ke Banda Aceh bisa berjalan lancar, maka akan meningkat menjadi 93%, ternyata menghadapi tantangan teknis yang sangat hebat,” kata Darmawan.
Darmawan memahami, bahwa ada kekecewaan dan kesulitan yang dialami masyarakat.
“Tidak ada alasan apapun yang bisa menghapus ketidaknyamanan ini. Sekali lagi saya mohon maaf dan memastikan bahwa kami, tim terus bekerja penuh untuk bagaimana memulihkan sistem kelistrikan di Aceh,” tegas dia.
“Kami mengakui kerusakan jaringan kami sangat parah. Kami mengakui beberapa lokasi masih terisolasi,” ungkap Darmawan.
Untuk hal ini, PLN sudah melaporkan ke Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bersamaan dengan kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto, bahwa terdapat empat kabupaten di Aceh yang masih terisolasi.
“Pertama, Kabupaten Aceh Tengah, Ibukota Takengon yang pada saat itu masih gelap gulita. Kemudian juga Bener Meriah dengan ibukotanya Simpang Tiga yang pada saat itu juga gelap gulita. Dan juga Aceh Tamiang dengan ibukotanya Kuala Simpang yang masih gelap gulita. Dan juga Gayo Lues juga dengan ibukotanya Blangkejeren yang masih gelap gulita,” jelas Darmawan
Laporan Bahlil

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, kondisi kelistrikan di daerah terdampak bencana hidrometeorologi di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terus dikebut Pemerintah. Di Sumatra Utara dan Sumatra Barat, listrik sudah pulih 100%.
Sementara di Aceh, pemulihan masih berjalan, dengan progres pembangunan menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) sudah 100% terbangun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, pada Rapat Terbatas, melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto progres penyalaan listrik di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh. Listrik di beberapa wilayah terdampak sudah dapat menyala di Minggu malam.
“Sampai malam ini, untuk Aceh Tengah menyala dari 20.30. Aceh Tengah dan Bener Meriah itu nyalanya jam 20.45, kemudian Aceh Tamiang 20.30. Kemudian untuk Banda Aceh, untuk bisa full 100 persen itu besok siang sampai besok malam, malam ini baru 95%. Gayo Lues tadi pagi sudah nyala,” ujar Bahlil pada Rapat Terbatas di Pos Pendamping Nasional Bencana Hidrometeorologi di Provinsi Aceh, dikutip Senin (8/12/2025) malam.
Dari data PT PLN (Persero), progres pembangunan menara transmisi darurat (tower emergency) SUTT Bireuen-Peusangan sudah selesai 100% pada Minggu (7/12) malam, sementara SUTT Bireuen-Arun ditargetkan selesai pada Senin (8/12) siang. Saat ini konstruksi fisik SUTT Bireuen-Arun sudah selesai 100% dan tengah dilakukan pengetesan penyaluran listrik. Proses penormalan kondisi kelistrikan Aceh masih terus dilakukan. Distribusi material untuk pembangunan tower emergency dan penyambungan kabel cukup sulit dilakukan karena harus melewati sungai. Curah hujan yang tinggi juga beberapa kali menyebabkan pekerjaan terhenti.
Hingga Senin (8/12) pagi, di Provinsi Aceh, dari 324 penyulang terdampak, sudah menyala 201 penyulang. Untuk gardu distribusi, dari 14.919 yang terdampak bencana, 11.445 di antaranya sudah beroperasi normal. Dari 374,83 Megawatt (MW) beban terdampak, sudah menyala 263,69 MW. Adapun dari 1.520.365 pelanggan yang terdampak pemadaman listrik, 1.140.931 di antaranya sudah menyala.
Di Aceh Tamiang, listrik menyala disambut rasa syukur warga yang mengungsi di sebuah Masjid. Setelah berhari-hari diselimuti gelap malam dan penerangan seadanya, kini listrik telah menyala kembali. Sama halnya dengan di Kota Takengon, Aceh Tengah, kegiatan warga di malam hari kini berangsur normal menyusul pulihnya kondisi kelistrikan daerah itu.
Sementara di Sumatra Utara, operasional ketenagalistrikan sudah 100% sejak Minggu (7/12) malam. Seluruh penyulang, gardu distribusi, beban dan pelanggan yang terdampak, sudah kembali beroperasi normal. Begitu pula dengan kondisi kelistrikan di Sumatera Barat, yang telah normal kembali sejak Jumat (5/12) lalu. (Web Warouw)

