JAKARTA – Perebutan pasar mobil listrik China makin ketat. Salah satu faktornya karena konsumen mencari sentuhan kemewahan teknologi yang belum pernah dilihat oleh pembeli mobil di pasar lain.
Merek-merek listrik di Negara Tirai Bambu itu berlomba-lomba untuk mengemas teknologi dan fitur-fitur yang tadinya dianggap premium ke dalam mobil listrik dengan harga murah yang ada di kisaran harga US$20.000, setengah dari harga rata-rata mobil baru di Amerika Serikat di kisaran US$48.000.
Hal ini mewakili tantangan yang semakin besar bagi merek asing di China, termasuk dari pabrikan AS seperti Tesla dan Volkswagen. Menurut para analis, keduanya memiliki kendaraan listrik terlaris di pasar terbesar global.
Tahun lalu, BYD mengejutkan industri otomotif dunia dengan merilis Seagull EV, yang kini dijual dengan harga di bahwa US$10,000 saat pameran otomotif Shanghai. Seagull kini menjadi kendaraan listrik terlaris keempat di China.
Namun produsen mobil lokal lainnya, termasuk perusahaan milik negara telah menutup kesenjangan harga pada kendaraan listrik dengan mematok harga di bawah US$10.000 di pameran mobil Beijing yang dimulai pekan ini.
Pasar mobil China juga dipenuhi dengan kendaraan listrik dan plug-in mulai dari US$20.000 yang masih menggunakan fitur dan teknologi interior yang dulunya mahal.
“Konsumen China, terutama generasi muda menganggap kemewahan teknologi sebagai pertimbangan penting, dan produsen mobil Tiongkok memimpin dalam hal fitur-fitur tersebut,” kata Raymond Tsang, mitra Bain & Company yang berbasis di Shanghai, dikutip dari Reuters, Jumat (26/4/2024).
Hal ini, kata dia, sangat berbeda dengan banyak pasar Barat lainnya di mana pembeli mobil secara tradisional masih sangat mementingkan kualitas, keandalan, pengendaraan, dan sistem pengendalian.
Efek China di Barat
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, secara historis, merek Amerika dan Eropa dianggap lebih mewah dan berkualitas lebih tinggi dibandingkan merek China. Namun menurut para analis alasan itu kuno dan nilai tersut berubah dengan cepat.
“Halo merek asing hampir menghilang,” kata analis McKinsey dalam perkiraan pasar otomotif Tiongkok yang dirilis pada Maret.
“Pemilik mobil tradisional kelas atas di luar negeri sedang bertransformasi menjadi pemilik merek energi baru kelas atas di Tiongkok dalam arus yang hampir satu arah,” imbuhnya.
Produsen mobil Jerman tidak tinggal diam. Volkswagen, merek asing terkemuka di China, berencana memberikan apa yang diinginkan konsumen yang paham teknologi di sana.
Mercedes-Benz CEO Ola Kaellenius mengatakan, bahwa tim teknologi digital mereka di China berdedikasi untuk memenuhi selera konsumen muda dan lebih berorientasi teknologi di China.
“Di E-Class baru, Anda bisa bernyanyi karaoke. Mungkin Anda tidak memiliki fitur itu di Jerman. Tapi di sini pelanggan menyukainya,” ujarnya.
Ia mengatakan mobil mereka memiliki kemampuan untuk menambahkan fitur-fitur baru melalui pembaruan software melalui udara.
Mobil Listrik Xiaomi Tembus Target Tahunan
Sementara itu kepada Bergelora.com dilaporkan dari Beijing, perusahaan ponsel pintar Xiaomi melaporkan, penjualan kendaraan listrik lebih baik dari perkiraan yang telah dipatok perusahaan. Xiaomi mencatat lebih dari 70.000 pesanan untuk mobil sedan listrik SU7 sampai 20 April 2024. Jumlah ini hampir melampaui target penjualan dalam setahun.
CEO Xiaomi Lei Jun mengatakan, perusahaan menargetkan untuk mengirimkan 100.000 kendaraan listrik sampai akhir tahun. Xiaomi merilis SU7 pada akhir Maret dengan harga 4.000 dollar AS. Harga ini lebih murah dari kendaraan listrik Tesla Model 3.
Padahal, ketika pertama kali meluncur, Xiaomi sudah siap menelan kerugian dari penjualan mobil listriknya. Namun, ia berubah optimistis dengan memproyeksikan margin laba kotor senilai 5-10 persen untuk bisnis otomotif. Hal ini karena Xiaomi mencatat penjualan lebih besar dari perkiraan perusahaan.
“Kami saat ini sedang berdiskusi dengan mitra rantai pasokan mengenai cara meningkatkan kapasitas produksi dan dukungan lebih lanjut terhadap biaya,” kata dia, Rabu (24/4/2024). Asal tahu saja, Xiaomi telah banyak berinvestasi dalam usaha mobil listriknya. Lei berharap dalam jangka panjang, Xiaomi dapat menjadi salah satu dari lima produsen mobil terbesar di dunia.
Namun untuk tiga tahun ke depan, perusahaan berencana untuk fokus penuh pada pasar domestik.
“Kami memiliki landasan pengaruh global dan penggemar Xiaomi. Ketika kita siap memasuki pasar global, hal itu akan terjadi secara alami,” imbuh dia.
Seorang analis Citi mengatakan, titik impas (breakeven) akan terwujud ketika penjualan tahunan mencapai 300.000 sampai 400.000 unit. Para analis menaikkan perkiraan margin laba kotor segmen otomotif menjadi 6 persen tahun ini. Angka tersebut lebih optimisitis, dibandingkan target rugi 10 persen yang diperkirakan sebelumnya.
Analis Citi menaikkan perkiraan laba per saham mereka sebesar 25 persen tahun ini. Sekarang, analis memperkirakan Xiaomi akan mengirimkan 100,000 mobil tahun ini, 200,000 tahun depan, dan 280,000 pada 2026. Sebagai perbandingan, produsen kendaraan listrik Amerika Serikat (AS) Tesla menjual 600.000 kendaraan listrik tahun lalu.
Namun demikian, margin kotor Tesla berturut-turut menurun selama lima kuartal terakhir menjadi 17,4 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.(Enrico N. Abdielli)