JAKARTA- The National Declassification Center, sebuah lembaga yang didirikan pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama telah menyelesaikan pengungkapan (deklasifikasi) lebih dari separoh dokumen rahasia dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, Indonesia pada periode tahun yang bergolak 1963-1966. Sisa dari tugas diharapkan akan segera selesai pada musim panas tahun ini. Demikian diungkap oleh Federation Of American Scientist (FAS) lewat https://fas.org/blogs/secrecy/2017/03/indonesia-declass/ dan dikutip Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (11/3)
Sejauh ini, 21 dari 37 kotak dokumen milik Kedutaan Besar Amerika Serikat telah dibuka dan dibongkar, kata Sheryl Shenberger, direktur The National Declassification Center. Hebatnya, pengungkapan catatan tentang Indonesia 1965 diprioritaskan untuk menanggapi komentar publik Internasional.
Untuk itu ia berharap ada cahaya baru yang akan menerangi kegelapan sejarah keterlibatan Amerika Serikat pada kurun waktu itu.
“Seperti sebuah penemuan sesuatu yang baru. Saya akan serahkan semua pada anda dan masyarakat Internasional,” kata Alex Daverede dari The National Declassification Center, yang barusana mengulas dokumen-dokumen tersebut.
“Saya pikir Anda akan mendapatkan beberapa wawasan tentang perspektif Amerika tentang peristiwa 30 Gerakan September 1965. Saat itu dibunuh enam jenderal Indonesia, berhasil memicu kampanye pembunuhan massal. Anda juga akan mendapatkan beberapa pengamatan dekat tentang Soekarno dan para pemeran karakter di sekelilingnya. Anda juga akan melihat perspektif KBRI pada transisi canggung dari Soekarno ke Soeharto. Ada banyak informasi tentang kesengsaraan ekonomi Indonesia pada 1965-1966 dan upaya untuk mendapatkan makanan yang menyebabkan negara itu bangkrut,” kata Mr Daverede.
Sebelumnya, dalam rancangan resolusi 2014, Senator Tom Udall (D-NM) mendesak untuk deklasifikasi catatan AS dari periode ini.
“Ini adalah sejarah yang menyakitkan untuk diingat. Pada tanggal 1 Oktober 1965, enam jenderal Angkatan Darat Indonesia tewas. Menurut ulama, jenderal tersebut dibunuh oleh personil militer, tetapi kematian mereka disalahkan atas Partai Komunis Indonesia, yang digunakan untuk membenarkan pembunuhan massal,”
“Setelah itu beberapa bulan ke depan adalah saat yang mengerikan bagi masyarakat Indonesia. CIA telah menyebutnya sebagai salah satu periode terburuk dari pembunuhan massal di abad ke-20. Ratusan ribu tewas. Banyak orang lain yang dipenjara, disiksa, diperkosa, kelaparan, dan menghilang di seluruh negeri. Orang-orang tertentu ditargetkan dengan cara mereka diduga berhubungan dengan komunisme. Para korban berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok perempuan, guru, intelektual, dan lain-lain. Kebanyakan tidak bersenjata, dan tidak melalui proses hukum,”
“Amerika Serikat memberikan bantuan keuangan dan militer selama waktu ini dan kemudian, menurut dokumen yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri, dan Jenderal Soeharto mengkonsolidasikan kekuasaannya, memerintah 1967-1998,” kata Senator Udall. CIA juga melakukan operasi rahasia di Indonesia selama ini, meskipun catatan aktivitas mereka tidak termasuk dalam dokumen-dokumen Kedutaan Amerika Serikat.
“Sayangnya, walaupun Indonesia telah membuat langkah ekonomi dan politik yang penting dalam sistem penindasan pada masa Suharto, namun impunitas atas kejahatan mengerikan dari tahun 1960-an dan selama tahun-tahun akhir dari perjuangan kemerdekaan di Timor Timur tetap contoh mencolok dari yang belum selesai yang tidak konsisten dengan masyarakat demokratis. Padahal berdasarkan prinsip bahwa tidak ada yang kebal hukum, ” kata Senator Patrick Leahy (D-VT) pada tahun 2015.
“Kita perlu mengakui peran pemerintah kita sendiri (Amerika Serikat) dalam sejarah ini. Singkap semua dokumen yang relevan dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengakui pembantaian dan bangun sistim berdasarkan kebenaran dan keadilan yang kredibel,” katanya.
Sekarang beberapa dokumen sedang dibongkar lagi dan harus segera disiarkan pada masyarakat Internasional khususnya Indonesia. Bulan lalu, Mr. Daverede menulis tentang sebuah episode yang melibatkan penahanan seorang misionaris Amerika di Indonesia pada tahun 1965 yang dibahas dalam dokumen yang sudah dibongkar.
The National Declassification Center, didirikan oleh Presiden Obama 2009 dengan perintah eksekutif 13.526 untuk membantu koordinasi dan mempercepat deklasifikasi catatan pemerintah Amerika Serikat yang bernilai sejarah.
Perlu diketahui, masyarakat Internasional saat ini menuntut agar Amerika membuka dokumen-dokumen sejarah pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965-1966 yang mendorong pengambil alihan kekuasaan Presiden Soekarno oleh Soeharto dilanjutkan dengan pembantaian 3 juta jiwa. (Web Warouw)

