JAKARTA- Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menegaskan tidak pernah mendukung aksi anti komunis di depan kantor YLBHI di Jalan Diponogoro 74, Jakarta Sabtu (16/9) dan Minggu (17/9) yang akhirnya dibubarkan oleh aparat kepolisian.
Ketua umum PB PMII, Agus Herlambang dalam rilisnya yang diterima Bergelora.com menegaskan tidak pernah ada instruksi organisasi kepada anggota untuk ikut serta dalam aksi tersebut.
Dibawah ini rilis lengkapnya:
Menyikapi pemberitaan aksi penolakan komunisme, didepan gedung LBH Jakarta dan YLBHI. Adanya oknum yang tidak bertangungjawab atas berkibarnya bendera PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), hal ini sangat merugikan kami sebagai lembaga. Saya Agus Herlambang Ketua Pengurus Besar PMII menyatakan sikap atas pemberitaan yang terjadi, bahwasanya PB PMII tidak pernah mengintruksikan kepada Anggota dan kader PMII dalam aksi anti komunis tersebut yang terjadi di depan kantor LBH Jakarta.
Hal tersebut dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab atas pengibaran bendera PMII pada aksi hari ini, kami PB PMII jelas menyatakan dengan keras bahwa hal tersebut bukan dilakukan atas dasar intruksi dari PB PMII.
Dan kami sudah mengkroscek seluruh cabang yang ada di jabodetabek dan Ciputat, bahwasanya seluruh cabang yang terkait tidak melakukan aksi pada hari ini dan tidak ada sama sekali intruksi ataupun kordinasi atas aksi tersebut.
Menurut Sahabat Abdurrahman Wahid selaku ketua umum PMII Cabang Ciputat aksi yang mengatasnamakan PMII tidak sama sekali inisiasi dari PB PMII dan juga tidak ada kordinasi dari seluruh cabang sejabodetabek dan hal ini merugikan kami sebagai lembaga atas perlakuan oknum yang tidak bertangungjawab, kami berharap masyarakat dan lembaga lainya mengerti atas prilaku yang dilakukan oleh oknum tersebut.
Begitu juga menurut sahabat Harid selaku ketua umum UBK dan mewakili kampus Yai dan sekitarnya.
Bahwa kami tidak mengenal para demonstran yang aksi di depan gedung LBH Jakata sedangkan hal ini sangat berdekatan dengan kampus kami dan tidak ada kordinasi sama sekali hal tersebut sangat merugikan kami sebagai lembaga.
Dengan ini kami segenap pengurus besar PMII , cabang Ciputat dan PMII sejabodetabek menyatakan sikap bahwasanya aksi tolak komunis tersebut dan mengibarkan bendera PMII itu bukan dilakukan oleh kami. Atas nama lembaga keseluruhan inilah sikap dan permyataan kami yang sebenar-benarnya.
Tertanda
Ketua umum PB PMII
Ketua umum PMII Cabang Ciputat
Seluruh Cabang PMII Sejabodetabek
Ditangkap
Sementara itu, sejumlah orang ditangkap dalam bentrokan yang terjadi di dekat Kantor LBH Jakarta, Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat. Mereka diduga sebagai provokator aksi berujung rusuh.
“Ada kurang lebih 4-5 orang, beberapa provokator yang memang sudah kita ikuti dari awal sudah kita tangkap dan saya akan proses mereka sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku,” kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Aziz di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (18/9).
Idham mengatakan, mereka yang sudah ditangkap akan dikenakan pasal 170 KUHP. Terkait jumlah massa, Idham memperkirakan jumlahnya mencapai 2.000 orang.
“Massa kurang lebih 1.500 sampai 2.000,” tuturnya.
Idham menyebut massa aksi berasal dari berbagai elemen. Jumlah mereka terus bertambah sebelum akhirnya dibubarkan.
“Ada beberapa kelompok, diantaranya aliansi mahasiswa anti komunis, ada juga dari Bang Japar dan lain-lain lah, dan semakin malam semakin mereka berkumpul sehingga kami cepat mengambil tindakan supaya mereka bisa kita kendalikan,” ujarnya.
Hoax dan Fitnah
Sebelumnya, Akibat hoax dan fitnah, sejumlah massa diperalat untuk melakukan melakukan penyerangan terhadap kantor YLBHI di jalan Diponogoro 74, Jakarta. Untung saja Polri dibawah kepemimpinan Jenderal Tito Karnavian dapat berperan mengamankan kantor YLBHI.
Jenderal Tito segera memerintahkan Kapolda dan Kapolres untuk membubarkan massa yang mulai beringas karena provokasi dilapangan.
“Polri dilematis karena isu yang dibahas tentang PKI yang seksi dan sensitif. Apalagi dimasa politis seperti ini. (Selama ini) sebelah sana menekan dan menuduh polisi membiarkan kegiatan yang dilarang Undang-Undang,” jelas Tito kepada Bergelora.com Minggu (17/9) malam.
Menanggapi kerja Polri, Asfinawati Ketua Umum YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) LBH-YLBHI mengucapkan terimakasih atas respon dan perlindungan aparat Kepolisian malam.
“Polri melindungi rekan-rekan yang di dalam gedung, menjelaskan kepada massa tentang acara yang sebenarnya, meminta massa untuk membubarkan diri, mengendalikan situasi dan bertindak tegas menegakkan hukum dan konstitusi,” demikian ujarnya dalam rilis yang diterima Bergelora.com.
Ia menjelaskan, hoax atau berita-berita bohong telah disiarkan. Propaganda tuduhan yang mengada-ada telah diviralkan.
“Instruksi-instruksi untuk menyerang LBH dilakukan secara sistematis dan meluas bahwa ini acara PKI, menyanyikan lagu genjer-genjer dan lainnya, padahal sama sekali tidak ada, kami khawatir ini ditunggangi oleh pihak-pihak yang menghendaki chaos dan rusuh,” jelasnya dalam pers rilisnya yang diterima Bergelora.com di Jakarta, Senin (18/9)
Asfinawati menjelaskan, pada Minggu (17/9) malam 2017 sekitar pukul 21.00 hingga Senin (18/9) dini hari ratusan massa datang mengepung gedung LBH, meneriakkan ancaman mengerikan, melakukan stigma dan tuduhan-tuduhan tidak berdasar, serta mencoba masuk, melempari dengan batu dan melakukan provokasi-provokasi, serta mencoba membuat kerusuhan.
“Sementara itu puluhan orang yang telah mengikuti acara #AsikAsikAksi, acara penampilan seni, puisi menyanyi dan lainnya dalam rangka keprihatinan atas pembubaran acara seminar sejarah yang dibubarkan oleh aparat pada Sabtu (16/9) terkurung dan bertahan didalam gedung LBH-YLBHI,” katanya.
LBH-YLBHI menurutnya telah berulang kali menjelaskan bahwa tidak ada acara terkait PKI, aparat kepolisian mulai dari Kapolsek Menteng, Kapolres Jakarta Pusat, Kabaintelkam Mabes POLRI .
“Juga Kapolda Metro Jaya telah melakukan klarifikasi langsung, melihat semua bahan, mengawasi terus menerus dan mengakui serta menjelaskan kepada massa bahwa tidak ada acara yang berkaitan sama sekali dengan PKI atau Komunisme. Tetapi massa tidak mau mendengar dan melawan aparat,” katanya. (Irene Gayatri/Web Warouw)