Sabtu, 5 Juli 2025

NETANYAHU SIAPKAN SERANGAN INTENSIF.! Baru Sehari Berlaku, Israel dan Hizbullah Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata

JAKARTA – Israel dan Hizbullah saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata, yang baru berusia satu hari.

Gencatan senjata ini sebelumnya ditujukan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun.

Militer Israel mengeklaim, telah melancarkan serangan udara terhadap fasilitas di Lebanon selatan yang digunakan Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah pada Kamis (28/11/2024).

Israel juga mengaku telah menembaki “tersangka” yang tiba dengan kendaraan di beberapa wilayah zona selatan, yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata.

Sementara itu, anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, menuduh Israel melanggar gencatan senjata.

“Israel, musuh, menyerang warga yang kembali ke desa perbatasan. Ada pelanggaran hari ini oleh Israel, bahkan dalam bentuk yang sama,” kata Fadlallah kepada wartawan, dikutip dari Reuters.

Militer Lebanon juga menuduh Israel telah melanggar gencatan senjata. “Israel, musuh, berulang kali melanggar kesepakatan ini,” kata pihak Militer.

Mereka menyinggung sejumlah serangan udara dan serangan terhadap wilayah Lebanon oleh Israel dengan “berbagai senjata”.

Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah padahal mulai berlaku pada Rabu (27/11/2024) pukul 04.00 waktu setempat. Tuduhan dari kedua belah pihak menunjukkan rapuhnya kesepakatan ini.

Kesepakatan tersebut mengharuskan pembongkaran fasilitas militer tak berizin di selatan Sungai Litani, tetapi tidak mencakup fasilitas di utara sungai. Israel memiliki waktu hingga 60 hari untuk menarik diri dari Lebanon selatan, dan kedua belah pihak dilarang meluncurkan operasi ofensif.

Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Perancis itu dimaksudkan berlangsung 60 hari dengan harapan mengarah pada penghentian permanen permusuhan antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang mengumumkan kesepakatan gencatan senjata ini pada Selasa (26/11/2024), menyatakan akan melanjutkan upayanya untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, tidak ada tanda-tanda Israel tertarik dengan gencatan senjata segera di Gaza.

“Apakah kita sudah berada di awal berakhirnya operasi Gaza? Tentu saja tidak. Masih ada yang perlu kita lakukan,” kata Menteri Pertanian Israel Avi Dichter, yang juga anggota kabinet keamanan dalam dan mantan kepala agen intelijen Shin Bet kepada para wartawan pekan ini.

“Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi negara Israel lagi. Kami akan mencapai kemenangan yang pasti di sana. Berbeda dengan Lebanon,” tambahnya.

Israel Sebut Hizbullah Langgar Gencatan Senjata

Sebelumnya, Israel pada Kamis (28/11/2024) menyatakan bahwa gencatan senjata dengan Hizbullah telah dilanggar, beberapa jam setelah sumber keamanan Lebanon melaporkan serangan tank Israel di enam wilayah selatan Lebanon. Insiden ini menimbulkan keraguan terhadap kesepakatan damai yang dicapai setelah lebih dari setahun pertempuran.

Kesepakatan ini bertujuan memungkinkan warga kedua negara kembali ke rumah mereka di wilayah perbatasan yang hancur akibat pertempuran selama 14 bulan.

Namun, dilansir Reuters, militer Israel menyatakan bahwa gencatan senjata dilanggar setelah “tersangka,” termasuk beberapa kendaraan, terlihat di zona selatan.

Sementara itu, anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, menuduh Israel menyerang warga yang kembali ke desa-desa di selatan Lebanon. Tank-tank Israel dilaporkan menyerang enam wilayah di sepanjang perbatasan pada Kamis pagi, termasuk Markaba, Wazzani, Kfarchouba, Khiyam, Taybe, dan dataran pertanian sekitar Marjayoun, menurut media pemerintah dan sumber keamanan Lebanon.

Semua wilayah ini berada dalam radius dua kilometer dari Blue Line, perbatasan yang ditetapkan antara Lebanon dan Israel. Dua orang dilaporkan terluka di Markaba.

Situasi di Selatan Lebanon

Keluarga-keluarga Lebanon yang terlantar dari rumah mereka dekat perbatasan mencoba kembali untuk memeriksa properti mereka, meskipun pasukan Israel masih ditempatkan di wilayah Lebanon dekat perbatasan.

Wartawan Reuters mendengar drone pengintai terbang di atas wilayah tersebut. Militer Israel belum memberikan komentar terkait serangan tersebut, sementara Hizbullah juga belum merespons.

Kesepakatan yang rentan Gencatan senjata ini menandai berakhirnya konfrontasi paling mematikan antara Israel dan Hezbollah dalam beberapa tahun terakhir. Namun, perjanjian itu mengizinkan pasukan Israel tetap berada di selatan Lebanon hingga 60 hari sebelum penarikan penuh, dengan ketentuan bahwa kedua belah pihak tidak boleh melancarkan operasi ofensif.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menginstruksikan militer untuk tidak mengizinkan warga kembali ke desa-desa di dekat perbatasan untuk alasan keamanan.

Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, yang memimpin negosiasi kesepakatan tersebut, mengatakan warga sudah diizinkan kembali ke rumah mereka.

Netanyahu Bersiap Perang Intensif

Kepada Bergelora.com.di Jakarta dilaporkan dari Tel Aviv.menyebutkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Israel siap melancarkan perang intensif terhadap Hizbullah jika kelompok tersebut melanggar gencatan senjata rapuh yang baru saja diterapkan di Lebanon. Pernyataan itu muncul di tengah ketegangan yang masih tinggi, meski gencatan senjata telah memasuki hari kedua.

“Saya telah memberi arahan kepada militer Israel untuk melancarkan perang intensif jika gencatan senjata dilanggar,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14 pada Kamis (29/11/2024), dilansir AFP.

Sebelumnya, militer Israel melaporkan serangan udara terhadap fasilitas penyimpanan roket Hizbullah di Lebanon selatan, yang disebutnya sebagai tempat aktivitas teroris.

“Ancaman ini berhasil digagalkan,” ungkap pihak militer.

Nazih Eid, wali kota Baysariyeh di Lebanon selatan, mengonfirmasi bahwa serangan tersebut mengenai kawasan hutan yang jauh dari pemukiman warga.

“Mereka menargetkan area yang tidak bisa diakses oleh warga sipil,” katanya.

Namun, ketegangan tetap tinggi. Pada Kamis pagi, dua warga sipil terluka akibat tembakan Israel di sebuah desa perbatasan, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).

Militer Israel mengklaim bahwa mereka menembaki sejumlah tersangka yang dianggap melanggar gencatan senjata.

Gencatan senjata ini, yang diinisiasi oleh Amerika Serikat dan Perancis, bertujuan mengakhiri konflik yang telah menewaskan ribuan orang di Lebanon dan menyebabkan eksodus massal di kedua sisi perbatasan.

Menurut pejabat AS, perjanjian ini mengatur bahwa pasukan Israel akan tetap berada di posisi mereka selama 60 hari, sementara militer Lebanon dan pasukan keamanan lainnya mulai bergerak menuju wilayah selatan.

Setelah itu, Israel akan melakukan penarikan bertahap untuk mencegah adanya kekosongan kekuasaan yang bisa dimanfaatkan oleh Hizbullah.

Di lapangan, tentara Lebanon telah mulai berpatroli dan mendirikan pos pemeriksaan di selatan Sungai Litani, meski mereka belum memasuki area di mana pasukan Israel masih berada.

Di tengah upaya penerapan gencatan senjata, banyak warga Lebanon yang kembali ke desa mereka setelah dua bulan mengungsi. Namun, mereka menemukan tempat tinggal mereka telah hancur.

“Meski penuh kehancuran dan kesedihan, kami senang bisa pulang,” ujar Umm Mohammed Bzeih, seorang janda dari desa Zibqin yang kembali bersama empat anaknya.

“Seolah-olah jiwa kami telah kembali,” tambahnya sambil membersihkan puing-puing di rumahnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru