JAKARTA- Peristiwa bom bunuh diri di Medan semakin menuntut semua elemen bangsa bersatu untuk memerangi terorisme. Teroisme yang terjadi adalah kultur kematian karena ideologi kematian yang merusak keadaban kemanusian dan menghancurkan wajah Tuhan. Hal ini ditegaskan oleh Romo Benny Susetyo dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kepada Bergelora.com di Jakarta, Rabu (13/11)
“Teroisme membajak keyakinan suci untuk melegalkan ideologi kematian,” tegasnya.
Menurutnya saat ini dibutuhkan langkah mempersempit ruang ideologi terorisme berkembang dikalangan anak melenial. Untuk itu perlu sebuah sistim peringatan dini (early warning sistim).
“Untuk mempersempit kanal penyebaran ideologi kematian dan menggalang masyarakat bersatupadu untuk melawan ideologi terorisme dengan counter wacana dan membangun sistim pengawasan sejak dini dan mengarus utama nilai kebersaman, persaudaran dan mengkampanyekan nilai kehidupan semesta,” ujarnya.
Ia menegaskan, nilai ini harus dijadi habitusisasi ruang publik dengan mengkampanyekan nilai kemanusian universal maka berharap generasi melenial dengan kemampuan penguasan teknologi bisa mangarus utama nilai kehidupan yang universal yakni rasa kemanusian dan mengcounter wacana teologi kematian.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak enam orang terluka akibat bom bunuh diri di Polrestabes Medan. Satu di antaranya warga sipil.
“Ada 6 korban, 5 dari personel Polri dan satu sipil,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal di SICC, Sentul, Rabu (13/11).
Berdasarkan laporan sementara, luka yang dialami korban tidak parah. Selain itu, ledakan bom merusak kendaraan.
“Ada beberapa kendaraan dinas juga rusak,” ungkap Iqbal.
Sebelumnya diberitakan, bom bunuh diri ini terjadi usai apel di Polrestabes Medan. Saat itu, banyak warga yang datang untuk membuat SKCK.
Pelaku yang memakai jaket ojek online berdalih ingin membuat SKCK. Pelaku diketahui tewas di lokasi. (Web Warouw)