Sabtu, 12 Juli 2025

Omar Dhani & Angkatan Udara Korban Dendam Soeharto

Menteri/Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani (Ist)

Menteri/Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dhani adalah salah seorang Soekarnois yang difitnah habis dalam film G-30S/PKI versi Orde Baru. Sehingga selama Soeharto berkuasa Angkatan Udara sebagai salah satu kekuatan strategis dari angkatan Bersenjata selalu dikerdilkan. Bergelora.com menerima dari Ibu Nani Soetojo, putri Pahlawan Revolusi,–sebuah tulisan seorang anak muda yang menyebut dirinya sebagai Penyuka Sejarah. Judul di atas dari redaksi. (Redaksi)

Oleh: Dion Fajar

SETELAH dituduh bagian dari G30S/PKI, Ia bisa saja menyelamatkan diri tatkala negara mengirimnya pada 14 Oktober 1965 untuk mengadakan kerjasama militer ke Eropa dan Asia. Saat itu Ia memiliki segalanya. Selain Hercules C-130 yang penuh amunisi dan bahan bakar, turut bersama dengannya, istri yang sedang mengandung 7,5 bulan, anak-anak dan para ajudan setia. Sebuah paket lengkap keluarga pelarian. Tidak terlalu asing kedengarannya belakangan ini, bukan ?

Ada lebih dari cukup alasan baginya saat itu untuk mendapatkan suaka. Bisa saja dari Rusia atau Jerman Timur. Lagipula ia pilot dengan jam terbang tinggi, mudah baginya menerima tawaran dari KLM contohnya atau minimal menjadi pengajar di almamaternya, TALOA – California.

Tapi dia menepis segala godaan desersi tersebut. Bagi Omar Dhani tanah airnya hanya Indonesia, ia lahir di Solo dan berharap mati paling tidak di landasan pacu Indonesia sebagai seorang penerbang.

Enam hari kemudian ia pulang dan ketika mendarat di Bogor, atas perintah Soeharto ia langsung ditahan dengan tuduhan sebagai salah satu pelaku G30S/PKI. Tentu saja karir militernya tamat. Perlu diketahui Omar Dhani pernah menjadi atasan Soeharto pada operasi  melawan Malaysia bertajuk Kolaga. Namun terjadi friksi diantara keduanya, bahkan di depan Soekarno, Soeharto pernah berbicara bahwa Omar Dhani tidak pantas menjadi panglima Kolaga. Dan diduga momentum September 1965 ini dimanfaatkan betul oleh Soeharto untuk balas dendam.

Alasan utama mengapa Omar Dhani kembali adalah kekuatirannya akan banyak anak buahnya dari Matra AURI yang akan dimahkamah-militerkan oleh Soeharto dan para penjilatnya. Oleh karena itu ia rela mengambil tanggung jawab atas kesalahpahaman terbesar dalam sejarah militer Indonesia tersebut.

Waktu itu Markas Besar menganggap Surat Perintah Harian Omar Dhani sebagai keberpihakan AURI pada PKI. Rupanyanya sang Laksamana terperosok karena salah sangka. Dipikirnya G30S/PKI adalah sekedar konflik internal Angkatan Darat. Lagi pula tuduhan Soeharto bahwa AURI melatih sukarelawan PKI dikemudian hari tidak terbukti karena Lubang Buaya bukan merupakan bagian dari Markas Komando Halim Perdana Kusuma.

Dan akhirnya bertepatan di hari Natal di tahun yang sama, di depan Mahkamah Militer Luar Biasa, ia divonis hukuman mati. Namun eksekusi padanya  tak pernah kunjung datang. Rupanya Soeharto berhitung akan seperti apa jadinya reaksi loyalis Soekarno jika Gatotkaca mereka ditembak mati. Entah mengapa pada tahun 1980, hukumannya diubah menjadi seumur hidup.

Dan dua hari sebelum peringatan kemerdekaan di tahun 1995, ia mendapatkan grasi penuh dan bebas. Tiga tahun kemudian ia masih menjadi saksi hidup jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan. Rupanya ‘mahasiswa itu marah, jenderal’

Omar Dhani meninggal pada tanggal 24 Juli 2009. Dimakamkan di TPU biasa di ibukota, bukan di Kalibata, tempat para pahlawan seharusnya berada. Padahal di jamannya, kekuatan TNI AU ada diperingkat ketiga di Asia. Disegani karena para squadron MIG dan F nya yang melegenda. Omar Dhani adalah bukti kualitas sesungguhnya seorang Jenderal. Berkorban bahkan untuk karbol-karbol nya dari kemungkinan apa yang disebut sekarang sebagai dampak ‘kerjasama Soeharto dan CIA’

Catatan tambahan :

Setelah lama mati, anehnya kini PKI dan ideologinya dinyatakan ‘hidup kembali’ oleh mereka yang malah sedang gencar-gencarnya memaksakan ideologi radikalnya bagi NKRI yang sudah final ini. Mereka berharap saat ini ada yang bisa di ‘Omar Dhani kan’                       

Catatan tambahan Nani Soetojo: Laksamana Madya (U)  Omar Dhani kembali bukan 6 hari dari 14 Oktober, tapi 6 bulan kemudian, jadi kira2 April 1966. Sempat tinggal beberapa bulan di Phnom Phen atas undangan Pangeran Norodom Sihanuk.

Kemudian P. Omar Dhani digantikan sebagai Menteri/Pangau oleh sahabatnya yang juga masih kerabatnya, Laksda (U) Sri Moeljono Herlambang pada Desember 1965 dan pada 21 Pebruari 1966.

Ketika pembentukan Kabinet Dwikora II, Laksdya (U) Omar Dhani masih sempat diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri/Panglima Kopelapip (Komando Pelaksana Pengembangan Industri Penerbangan – cikal bakal Industri Penerbangan Nurtanio).

Laksdya (U) Omar Dhani diadili melalui Mahmilub dan divonis hukuman mati tepat di hari Natal Desember 1966.

 

Kepulangan Omar Dhani dari Phnom Phen setelah adanya kepastian bahwa Presiden Soekarno menolak tawaran-tawaran Suaka dari beberapa negara dan menyatakan dengan tegas bahwa Beliau tidak akan meninggalkan Indonesia, apapun resikonya. Selanjutnya Jenderal Soeharto mengirim Direktur CPM Brigjen Nicklany yang juga sahabat dan kerabat  Omar Dhani untuk menjemput dan membawanya ke Jakarta.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru