Rabu, 8 Oktober 2025

OMDO NIH..! Bahlil Ungkap Produksi Minyak Turun, Indonesia Kini Impor 1 Juta Barrel per Hari: Masa Impor dari Tetangga yang Nggak Ada Minyak 

JAKARTA – Produksi minyak Indonesia terus menurun dibandingkan era 1990-an. Jika dulu Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak, kini justru harus mengimpor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kondisi produksi dan konsumsi minyak nasional sudah jauh berbeda dibandingkan dua dekade lalu.

“Beda dulu Indonesia tahun 1996-1997 dengan Indonesia di 2025. Kalau dulu, 1996-1997, Indonesia itu memproduksi minyak itu 1,6 juta barrel per day, dan kita, termasuk dalam negara-negara OPEC,” kata Bahlil dikutip Bergelora.com.di Jakaeta, Rabu (8/10/2025).

“Konsumsi kita itu baru 500.000 barrel per day. Jadi kita ekspor itu sekitar 1-1,1 juta barrel per day. Itu potret 1996-1997 sampai dengan 2000,” katanya.

Penurunan produksi minyak membuat Indonesia kini lebih banyak mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

Kondisi ini tentu berdampak pada neraca perdagangan dan ketahanan energi nasional.

“Nah sekarang potret kita, konsumsi kita BBM itu 1,6 juta barrel per day, dan lifting kita kurang lebih sekitar 600 ribu barrel. Jadi kita itu impor 1 juta barrel per day,” kata Bahlil.

Sebagai catatan, satu barrel merupakan satuan ukuran volume minyak mentah yang setara dengan sekitar 159 liter. Artinya, jika Indonesia mengimpor 1 juta barrel per hari, jumlahnya setara dengan sekitar 159 juta liter minyak setiap harinya.

Impor dari Tetangga yang Nggak Ada Minyak

PT Pertamina (Persero) didorong membangun lebih banyak kilang. Selain itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia meminta Pertamina bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak agar percepatan pembangunan kilang bisa dilakukan.

“Begitupun Pertamina, mereka juga ekspansi untuk tingkat kan lifting dan kolaborasi untuk bangun kilang. Kita akan bangun kilang ke beberapa titik,” ujar Bahlil.

Bahlil menegaskan jangan sampai Indonesia terus menerus impor minyak dan BBM dari negara tetangga. Negara yang bahkan tidak punya sumber minyak sedikitpun.

“Masa kita impor minyak dari negara tetangga yang nggak ada minyaknya,” tegas Bahlil.

Sementara itu, di sesi yang sama Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyebutkan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan akan beroperasi pada 10 November 2025. Kilang terbesar ini memiliki kapasitas pengolahan hingga 90 ribu barel per hari.

“Mudah-mudahan di bulan November, tanggal 10 November adalah kita akan mulai on-stream proyek RDMP Balikpapan, yaitu Refinery Development Master Plan Balikpapan, yang nanti akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang,” kata Simon.

Menurut Simon, dengan mulai beroperasinya kilang tersebut akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Ia juga menyebutkan produksi dari kilang tersebut akan menghasilkan kualitas BBM yang baik.

“Tentunya dengan demikian, impor kita akan berkurang, produk yang dihasilkan akan lebih baik, dan produk yang dihasilkan nanti akan setara dengan Euro 5, yaitu kadar sulfur di bawah 10 ppm. Ini sangat luar biasa,” papar Simon. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru