JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto meminta pemerintah untuk bernegosiasi dengan Freeport-McMoRan untuk mengakuisisi tambahan lebih 10% saham pihak Indonesia di PT Freeport Indonesia.
Seperti diketahui, sejak 2018 lalu Indonesia melalui Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID telah memiliki 51,23% saham di PT Freeport Indonesia. Adapun 48,77% saham selebihnya masih dimiliki oleh perusahaan tambang asal Amerika Serikat Freeport-McMoRan (FCX).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, bila Indonesia menambah lebih 10% saham di PT Freeport Indonesia ini, maka sebagian saham tersebut akan diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Papua.
“Kami telah melaporkan kepada Bapak Presiden dan Bapak Presiden sudah memberikan arahan di mana salah satu tawarannya adalah ada penambahan saham di atas 10%. Dan pemerintah sedang bernegosiasi,” ungkapnya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (26/09/2025).
“Dan ini saham ini adalah sebagian dikasih kepada BUMD Papua. Dan ini terjadi nanti di Pasca 2041,” ujarnya.
“Dan ini supaya apa? Supaya eksplorasi bisa dilakukan. Nah tahapan-tahapan ini yang sekarang kita lakukan. Nah nanti kalau sudah selesai, saya rencana mungkin di awal di Oktober, baru kami akan melakukan rapat final dengan pihak Freeport,” jelasnya.
Sebelumnya, CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Perkasa Roeslani menyebut rencana penambahan saham lebih dari 10% Indonesia di PT Freeport Indonesia (PTFI) hampir rampung. Bahkan, pihaknya menargetkan tambahan saham Indonesia di PT Freeport Indonesia ini bisa mencapai 12%.
Ia pun memastikan pemerintah tidak akan mengeluarkan dana sedikitpun untuk rencana penambahan saham lebih dari 10% tersebut.
“Free of charge, mantep kan,” kata Rosan ditemui di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/9/2025)
Rosan menargetkan, pemerintah dapat menambah kepemilikan saham di PTFI sebesar 12%. Namun, proses ini masih menunggu arahan lebih lanjut dari Presiden Prabowo Subianto.
“Dalam waktu dekat sedang menunggu arahan dari Bapak Presiden,” kata Rosan.
“Saya target malah 12%,” ujarnya saat ditanya apakah Presiden setuju akuisisi saham PTFI ini lebih dari 10%.
Seperti diketahui, pada 2018 lalu Indonesia resmi menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia sebesar 51,23% melalui Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan MIND ID atau sebelumnya atas nama PT Inalum (Persero).
Adapun nilai akuisisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas Freeport ini mencapai US$ 3,85 miliar atau setara Rp 55,8 triliun saat itu. Akuisisi ini menandai peningkatan kepemilikan Indonesia di PTFI dari semula hanya 9,36% menjadi 51,23%. Sementara 48,77% saham lainnya dimiliki oleh perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS), Freeport-McMoRan (FCX).
Force Majeure di Grasberg
Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Freeport-McMoRan (FCX.N) pada Rabu (24/9/2025) waktu setempat mengumumkan force majeure di tambang Grasberg, Indonesia, serta memperkirakan penjualan konsolidasi tembaga dan emas pada kuartal III akan lebih rendah. Pengumuman ini membuat saham perusahaan turun 10,4 persen.
Awal bulan ini, Freeport sempat menghentikan sementara aktivitas penambangan di Grasberg setelah aliran material basah dalam jumlah besar menutup akses ke sebagian area tambang bawah tanah, sehingga menghambat jalur evakuasi untuk tujuh pekerja.
Pekan lalu, perusahaan menemukan dua anggota tim yang tewas dalam insiden tersebut.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/9/2025), Freeport menyatakan restart bertahap dan peningkatan kapasitas operasi di Grasberg, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, mungkin dapat dilakukan pada paruh pertama 2026.
Perusahaan juga mengindikasikan bahwa produksi 2026 di unit Indonesia berpotensi sekitar 35 persen lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Selain itu, Freeport sedang membangun smelter di Indonesia yang rusak akibat kebakaran tahun lalu dan hingga kini masih ditutup.
Harga tembaga di London Metal Exchange melonjak lebih dari 3 persen ke level tertinggi dalam lebih dari 15 bulan, setelah pengumuman Freeport.
“Kami tidak terkejut dengan revisi penurunan panduan, tetapi pemangkasan kali ini lebih besar dari yang kami perkirakan,” kata analis Jefferies.
Mereka menambahkan, gangguan ini akan menyebabkan pasar tembaga menjadi lebih ketat, yang justru akan positif bagi operasi perusahaan di Amerika.
Freeport kini memperkirakan penjualan konsolidasi kuartal III untuk tembaga dan emas masing-masing turun sekitar 4 persen dan 6 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya, yakni 1 miliar pon tembaga dan 350 ribu ons emas. (Calvin G. Eben-Haezer)