JAKARTA- Paket internet telkom speedy merupakan sebuah layanan koneksi internet yang ditawarkan oleh Telkom Indonesia. Speedy merupakan sebuah layanan broadband akses internet berkualitas yang dapat digunakan oleh perumahan maupun SME (Small Medium Enterprise). Koneksi internet ini menggunakan media kabel telepon sebagai jalurnya.
Namun dalam pengunaan paket Telkom Speddy, PT Telkom Indonesia sangat mengecewakan para pelanggan dan diduga telah merugikan pelanggan speddy ratusan Milyar rupiah karena itu Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu akan melakukan Pelaporan Pelanggan Telkom Speedy Ke Lembaga Konsumen Dan Tuntutan Ganti Rugi Telkom akibat pelayanan yang buruk. Hal ini disampaikan oleh
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (17/12)
“Pada masyarakat yang mengunakan jasa Speddy Telkom, kami Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu akan membuka posko pengaduan terhadap kerugian dalam pengunaan jasa layanan internet speddy Telkom,” ujarnya.
Menurutnya, layanan jasa speddy yang dihitung dengan sistim beli kuota pengunaan internet ternyata selain mengecewakan juga secara diam diam telah menyedot uang pelanggan dengan cara jaringan yang tidak stabil, internet down karena masih menumpang pada jaringan fix line Telkom.
Ia menjelaskan modus operandinya yang dilakukan Telkom untuk mengeruk keuntungan sebesar besarnya misalnya pelanggan membeli kuota internet untuk 384 KBps dengan tagihan speddy Telkom sebesar 250.000 rupiah. Tetapi karena jaringan sengaja dibuat down atau petugas teknis yang lamban dalam melakukan perbaikan jika sudah dilaporkan ke layanan speddy 147 artinya jumlah pemakaian oleh Konsumen speddy akan berkurang dan pembayaran tetap setiap bukannya tanpa ada pengurangan akibat layanan Telkom yang tidak professional.
“FSP BUMN Bersatu mendapat laporan dari masyarakat tentang kinerja yang buruk dari Telkom akan melaporkan Telkom ke Lembaga Konsumen dan menuntut ganti rugi kepada Telkom akibat kerugian yang diderita oleh para pelanggan speddy yang jumlahnya jika dihitung ratusan Milyar,” ujarnya. (Enrico N. Abdielli)