Minggu, 14 September 2025

PANTESAAAN…! Rusia Bongkar Aktivitas Ilegal Amerika dan Perusahaan Farmasi Buat Senjata Biologis Mematikan di Laboratorium Ukraina

JAKARTA- Igor Kirillov, Kepala Pasukan Pertahanan Radiasi, Kimia dan Biologi Rusia, mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) diam-diam melakukan aktivitas rahasia terkait Lab Biologis di Ukraina. Informasi itu didasarkan dari dokumen dan barang bukti yang diklaim ditemukan Rusia dalam apa yang Moskow sebut sebagai “operasi militer khusus” di Rusia sejak 24 Februari.

Kirillov mengklaim sejumlah pihak AS melakukan riset rahasia pengembangan agen senjata biologis yang berpotensi mematikan, termasuk penyakit yang dapat menyebar secara alami lewat geografi, flora, dan fauna lokal, dan menargetkan kelompok etnis tertentu.

Kirillov bahkan menyebut operasi ilegal AS di biolab yang beroperasi di seluruh Ukraina itu melibatkan perusahaan biotek multinasional dan dipimpin oleh politisi senior partai Demokrat AS.

AS disebut Kirillov menggunakan dana organisasi non-pemerintah yang ditanggung negara dan dikendalikan oleh Partai Demokrat AS, termasuk yayasan amal yang berafiliasi keluarga Clinton, Rockefeller, George Soros, dan Hunter Biden yang merupakan anak dari Presiden AS saat ini. Adapun perusahaan farmasi global yang terlibat dalam skema kemitraan publik-swasta termasuk Pfizer, Moderna, Merck, dan Gilead biotek yang berafiliasi dengan Pentagon.

“Para ahli AS sedang bekerja (di Ukraina) menguji obat-obatan baru, melewati standar keamanan internasional. Akibatnya, perusahaan-perusahaan Barat secara serius mengurangi biaya program penelitian dan memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan,” kata pejabat itu.

Tak hanya itu, Kirillov juga mengungkapkan bahwa pemerintahan Ukraina turut andil dalam operasi ilegal AS. Tugas utama Ukraina mencakup menyembunyikan kegiatan ilegal, melakukan uji lapangan dan klinis hingga menyediakan biomaterial yang diperlukan.

Sebelumnya, pada 2020, Kirillov mengatakan AS pernah mencoba menginfeksi penduduk permukiman Stepovove di di Republik Rakyat Lugansk dengan jenis tuberkulosis yang resistan terhadap berbagai obat. Upaya infeksi itu dilakukan melalui penyebaran uang kertas palsu yang terkontaminasi agen penyebab penyakit dan menyebar di kalangan pemuda setempat.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, tidak hanya Ukraina, Kirillov juga mengungkapkan bahwa Polandia dan Jerman turut terlibat dalam operasi ilegal AS. Spesialis Polandia dikatakan Kirillov bekerja dengan biolab Ukraina. Hal ini merujuk pada pekerjaan Institut Kedokteran Hewan Polandia dan Institut Peringatan Battelle AS.

“Selain itu, bukti dokumenter telah diperoleh tentang pendanaan Polandia untuk Universitas Kedokteran Lvov, yang mencakup peserta dalam proyek biologi militer AS – Institut Epidemiologi dan Kebersihan,” tambahnya.

Sementara keterlibatan Jerman diyakini Kirillov setelah Institut Mikrobiologi Bundeswehr yang berbasis di Munich, Jerman telah mengambil sekitar 3.500 sampel serum darah dari 25 wilayah Ukraina dalam kurun waktu 2016 dan 2019.

Kebutuhan Medical intelejen Indonesia

Sebelumnya Mantan Menkes RI, Siti Fadilah Supari mendesak pentingnya keberadaan sebuah lembaga medical intelejen di bawah TNI untuk menghadapi berbagai ancaman wabah penyakit menular yang berpotensi pandemi baru yang sudah mulai merebak seperti hepatitis dibeberapa negara termasuk Indonesia.

“Kita jangan terlambat. Ini soal keselamatan rakyat dan sistim pertahanan nasional. Makanya lembaga medical intelejen sudah sangat dibutuhkan TNI,” tegasnya kepada pers di Jakarta, Kamis (12/5).

Sampai saat ini menurutnya, polemik tentang asal usul kemunculan hepatitis akut di beberapa negara masih terus berlangsung.

“Kita musti ada penelitian sendiri, yang valid dan kredibel untuk memastikan apakah ini penyebaran baru ataukah bawaan dari vaksinasi covid. Saatnya sistim pertahanan kita memiliki otoritas keilmuwan untuk meneliti dan memastikan asal usulnya. Agar kita menghadapinya secara tepat.

Pelajaran dari pandemi covid sangat berharga, yaitu negara harus segera melengkapi sistim pertahanan dengan laboratorium yang kuat untuk menghadapi kemungkinan bioweapon dan biowarfare dimasa depan.

Siti Fadilah kembali mengingatkan bahwa Bill Gates, sebagai figur penting dalam pandemi covid 19, telah berkali-kali mengingatkan kemungkinan adanya pandemi baru pasca covid yang mengancam keselamatan umat manusia.

“Peringatan Bill Gates tidak bisa dipandang enteng. Kita justru harus segera bersiap, tidak cukup dibidang kesehatan tapi juga secara militer. Saya yakin TNI dan intelejen kita mampu. Pak Jokowi jangan terlambat,” tegasnya.

Dengan adanya lembaga medical intelejen maka sejak awal penelitian berbagai penyakit yang muncul masyarakat dibawah kepemimpinan TNI, sebagai organisasi terkuat yang bertanggung jawab atas pertahanan negara dam keselamatan seluruh rakyat.

“Jadi semua terintegrasi dan terpimpin, jangan sendiri-sendiri lagi. Sehingga penanganannya sudah berbeda dengan saat menghadapi pandemi Covid 19,” tegasnya.

Siti Fadilah yakin para ahli penyakit menular Indonesia saat ini sedang sibuk meneliti asal usul dan bagaimana menghadapi kemungkinan wabah hepatitis.

“Para ahli dan peneliti dan dokter harus dipimpin oleh lembaga medical intelejen ini. Jangan tiba-tiba masyarakat justru diwajibkan vaksinasi lagi, tanpa penelitian yang valid dan hanya mengikuti maunya internasional,” ujarnya.(Web Warouw)

(Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru