Selasa, 7 Oktober 2025

Partai Gerakan Versus Ormas Garapan Orba

Himawan Sutanto. (Ist)

Penyerangan FPI (Front Pembela Islam) terhadap markas PRD di kantor sekretariatnya di Jawa Timur adalah bukti kebangkitan Orde Baru yang dari dulu anti demokrasi dan kerjaannya berkoar-koar soal komunisme pada semua musuh politiknya. Himawan Sutanto, budayawan, aktivis 1980 dan kader Partai Demokrat mengulasnya kepada pembaca Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh : Himawan Sutanto

BULAN Juli ini tiba-tiba kita dikejutkan dengan serangan FPI (Front Pembela Islam) terhadap markas PRD di kantor sekretariatnya di Jawa Timur di bilangan Bratang Gede Surabaya. Hal ini terjadi saat para anggota PRD sedang berkumpul memotong tumpeng dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke 23 tahun. Ulang tahun yang mengambil tema ‘Menangkan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945: Berdaulat Di Bidang Politik, Berdikari di Lapangan Ekonomi, Berkepribadian Secara Budaya’.

Ternyata ada beberapa ormas yang terlibat dalam pembubaran acara tersebut. Selain FPI terlibat juga di dalamnya Laskar Pembela Islam (LPI) Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad), dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI).

Dilihat dari tema Ulang Tahun PRD di atas kita bisa melihat, bahwa PRD mengingatkan kita pada sejarah berdirinya bangsa ini. PRD secara tidak langsung memberikan kritik kepada pemerintahan yang telah lalai kepada janjinya. Akan tetapi peringatan yang dilakukan dengan konsistensi PRD selama ini justru ditanggapi oleh beberapa ormas dengan membubarkan acara tersebut. Isu pembubaranpun dengan alasan bahwa PRD telah dibubarkan pemerintah karena sebagai partai komunis gaya baru. Ini isu warisan Orde Baru saat berkuasa bagi semua yang melawan Soeharto. Serangan ini menjadi bukti lagi bahwa kekuatan Orde Baru sudah kembali bangkit dan sasarannya adalah PRD yang pernah mempelopori perlawanan dan penumbangan Orde Baru sebelum 1998.

Partai Rakyat Demokratik (PRD) berusia 23 tahun. (Ist)

Pernyataan ormas-ormas itu juga yang terkesan mengada-ada. Sebab sampai sekarang PRD masih menjadi partai legal yang pernah menjadi peserta pemilu tahun 1999 di era awal reformasi. Sementara isu yang dilontarkan oleh ormas tersebut diatas menjadi tidak mendasar dan tidak ada fakta yang mendukung. Jadi terhadap kepentingan politik dari ormas tersebut,–pertanyaannya apa untungnya membubarkan acara tersebut tanpa ada alasan yang jelas ?

Dendam Politik

Dari hal di atas kita bisa melihat bahwa sejarah PRD lahir dari aktivis gerakan yang waktu itu melawan otoritarianisme Orde Baru. PRD itu sebuah partai politik Indonesia berhaluan sosialis-demokrat-kerakyatan yang didirikan pada tahun 1996. Sebagian besar pengurus dan anggotanya adalah para intelektual muda, mahasiswa dan aktivis sosial.

Sementara ormas yang tergabung seperti FPI, LPI, FKPPI dan yang lain adalah ormas yang memiliki keterkaitan dengan pensiunan yang dulu dihidupi oleh Orde Baru dan menjadi lawan politik dari PRD.

Jadi pembubaran ulang tahun PRD di Surabaya bukan saja merupakan bentuk politik identitas yang muncul dewasa ini, tapi ada unsur ‘dendam politik’ pada masa lalu. Mereka memanfaatkan ruang demokrasi dan sudah melenceng dari esensinya dan membuat iklim demokrasi menjadi mundur kembali. 

Kalau kita lihat diatas itulah hasil dari demokrasi liberal. Politik menjadi kebebasan untuk menyerang bagi yang tidak sama pilihannya. Politik bukan lagi sebagai sebagai cara menciptakan dialektika politik yang mampu menciptakan kedewasaan kita sebagai bangsa dan negara. Kalau dibiarkan, maka demokrasi justru akan diambil alih kembali oleh kekuatan Orde Baru.

Peristiwa PRD versus ormas-ormas piaraan Orde Baru adalah contoh kebebasan yang tidak baik buat demokrasi kita. Sebab demokrasi adalah saling beradu argumen bukan adu sentimen,–meminjam istilah Rocky Gerung.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru