Senin, 15 September 2025

PASTI…! Mengenang 100 Hari Kepergian M. Yamin: Berharap Jokowi Segera Wujudkan Kemakmuran Rakyat

Istri dan anak almarhum M. Yamin. (Ist)

YOGYAKARTA- Sejumlah aktivis pro demokrasi dari generasi 70an 80an 90an dan milenial mengikuti acara Launching Buku “Bergerak sampai Akhir” mengenang 100 hari wafatnya M Yamin yang merupakan tokoh  aktivis gerakan pro demokasi dan politisi. Acara diskusi dan testimoni para sahabat dan kawan M Yamin dilangsungkan di Rumah Gerakan gang Rode Sentulrejo Yogyakarta pada hari Minggu 30 Juni 2019.

Dihadiri oleh 500 orang, diantaranya Hasto Atmojo Ketua LPSK, Abidin Fikri anggota DPR RI, Fadjorel Rahman, Dedy Mawardi Komisaris BUMN, Amarsyah, Ifdhal Kasim dan Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan, advokat senior Kemal Firdaus dan Rambun Tjahjo, istri almarhum yang juga politisi PDIP Yuni Satia Rahayu

Ketua Panitia dari Keluarga Besar RODE Suprianto mengatakan buku “Bergerak Sampai Akhir” disusun oleh tim editor Edi Suprapto Imran Hasibuan dan sejarahwan Aris Santosa.

“Buku ini untuk mengenang M Yamin sebagai sosok aktivis gerakan sejak dari mahasiswa UII menjadi politikus, anggota parlemen yang sampai akhir hidupnya sebagai Ketua umum Seknas Jokowi dan Koordinator Relawan di TKN Jokowi Amin” ujarnya,” ujarnya.

Kawan-kawan almarhum M. Yamin. (Ist)

Fadjroel Rahman, aktivis gerakan mahasiswa ITB tahun 1980an mengatakan mengenang kawan aktivis yang telah tiada juga mengingatkan kembali agar kita selalu memperjuangkan idealisme sampai sekarang.

“Yamin dan mahasiswa di Jogja yang beraktivitas di Rumah Rode ini menjalin komunikasi dengan mahasiswa di kota lain seperti Bandung dan Jakarta. Saya sebagai aktivis Mahasiswa di Bandung  sering ketemu Yamin dan kawan-kawan di Rode saya datang ke rumah Rode di Jogja ini untuk berdiskusi dan melakukan aksi advokasi membela rakyat yang ditindas oleh penguasa Orde Baru pada masa itu” kenangnya,” katanya.

Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM, mengatakan bahwa tanggung jawab aktivis yang saat ini aktif dalam politik harus terus menyuarakan kebenaran dan mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan dan menyejahterakan rakyat.

“Jadi jika banyak aktivis mendukung Jokowi dalam Pilpres itu karena mempercayai Jokowi dapat mewujudkan keadilan dan kesejahteraan pada semua rakyat tanpa diskriminasi suku, agama dan golongan,” katanya.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, Eko Sulistyo Deputi Kantor Staff Kepresidenan RI memberikan kesaksian yang menarik, bahwa pada pilkada DKI ketika Jokowi maju dalam pilkada 2012 elit PDIP Taufiq Kiemas yang berpengaruh di partai tidak mendukung.

“Tetapi Yamin sebagai orang dekat Taufiq Kiemas yang mendekatkan hubungan Jokowi dengan Taufiq Kiemas, sehingga akhirnya Taufiq Kiemas dan PDIP mendukung Jokowi dan menang,” katanya mengenang.

Priyambudi Sulistyo, aktivis Rode yang kini menjadi guru besar ilmu hukum di Flinders University Australia mengatakan, gerakan demokratisasi di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada era  1970an, 1980an, 1990an dan puncaknya pada reformasi 1998 menumbangkan rezim militer Orde Baru yg berkuasa merupakan anti-tesa pemerintahan yang korup, represif, pembangunan kapitalistik.

Sehingga melahirkan gerakan mahasiswa, gerakan sosial dan gerakan politik yang menginginkan adanya perubahan. Setelah puluhan tahun reformasi politik tidak menunjukkan tanda ke arah perjalanan bangsa yang maju karena demokrasi politik dihegemoni oleh oligarkhi politik.

“Baru pada tahun 2014 ketika  para aktivis turun kembali, saya ingat Yamin sangat antusias mengorganis kembali kawan-kawannya membentuk relawan Seknas Jokowi  mendorong Jokowi maju pilpres 2014, harapan mereka mewakili harapan rakyat agar Jokowi dapat menjadi pemimpin negara Indonesia yang membawa kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat. Sehingga cita-cita perjuangan gerakan mahasiswa sejak 80–an bisa diwujudkan Jokowi,” kenangnya. (Anto)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru