JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan, digitalisasi atau pemanfaatan teknologi digital merupakan satu-satunya cara efektif untuk mengelola program makn bergizi gratis (MBG).
Nezar bilang, intervensi digital dalam program MBG menjadi langkah strategis untuk memastikan efektivitas program, menjamin kualitas gizi, dan memperkuat kesiapan generasi Indonesia menyambut bonus demografi.
“Saya kira intervensi digital atau digitalisasi dalam proses pelaksanaan makan bergizi gratis ini, ini satu keniscayaan karena kita akan memberi makan kurang lebih 82 juta di akhir 2025 ini,” kata Nezar dalam siaran resmi, Kamis (17/7/2025).
Nezar mengatakan, keberhasilan Program MBG tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan data secara digital, mulai dari rantai pasok bahan makanan, pengawasan standar gizi, distribusi, hingga pelaporan.
Menurut dia, kesuksesan eksekusi program bergantung pada efisiensi sistem yang dibangun dari hulu ke hilir.
“Mungkin kelihatannya seperti cuma sekadar masak kemudian dibagikan. Tetapi sebenarnya untuk menyiapkan makanan tepat waktu, itu harus disiapkan dari hulu sampai hilir,” kata Nezar.
“Misalnya untuk menjamin supaya pasokan bahan makanan di dapur bisa datang tepat waktu, dan juga bisa memenuhi standar gizi yang ada, itu semua harus berdasarkan data,” imbuh dia.
Dengan sistem digital, seluruh proses, termasuk harga bahan pokok, ketersediaan stok, kualitas makanan, dan waktu pengiriman dapat dipantau secara real-time sehingga dapat mengurangi potensi kesalahan, manipulasi, dan pemborosan anggaran.
“Kalau sistem komunikasi yang buruk, MBG ini banyak sekali kendalanya. Karena untuk mengoordinasikan ekosistem yang begitu luas dari hulu sampai ke hilir,” ujar Nezar.
Ia melanjutkan, digitalisasi MBG juga berperan dalam menciptakan keadilan akses dan pengawasan publik. Dengan konektivitas yang kini menjangkau 97 persen wilayah berpenghuni, semua wilayah punya kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat dari program ini.
“Kalau ada komplain masyarakat tentang kualitas makanan yang buruk sampai di sekolah anak-anak, itu langsung mendapat perhatian. Sistem monitoring-nya juga dibangun,” kata Nezar.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, digitalisasi juga akan mencegah potensi manipulasi harga dan memastikan transparansi dalam proses pengadaan logistik. Dengan sistem yang saling terintegrasi dan terbuka, MBG bisa menjadi model layanan publik berbasis data yang akuntabel dan berdampak nyata.
“Rantai pasok makanan ke satu set dapur di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), itu melibatkan begitu banyak koordinasi. Dan ini hanya bisa dilakukan kalau akses digital tersedia bagi semua orang,” kata Nezar. (Wen Warouw)