JAKARTA- Kantor Berita Rusia mengungkapkan Wikileaks pernah bocorkan kepanikan Amerika Serikat ketika pada tahun 2009 Menkes Siti Fadilah menutup Lab Biologi Namru-2 di Jakarta. Hal ini disoroti Sputnik di Jakarta, Rabu (26/7) dalam berita dengan judul ‘Evidence Points to US Continuing Biological Research in Indonesia Despite Lab Ban’
Sputnik mengungkapkan rupanya NAMRU sangat penting bagi Washington. Ada sekitar 3.000+ kabel diplomatik Amerika yang diterbitkan oleh situs WikiLeaks yang dikelola Julian Assange pada tahun 2010. Kedutaan Besar AS di Jakarta mengirim ratusan laporan perkembangan ke ibukota AS tentang status hukum NAMRU, dan kegiatan pemerintah Indonesia terkait dengan kegiatan laboratorium tersebut.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, pada musim semi 2008, Misi AS dan administrasi NAMRU bahkan meluncurkan “serangan terhadap informasi yang salah” dengan menyelenggarakan konferensi pers tentang kegiatan laboratorium. Namun, menurut sebuah memo yang dikirim ke Departemen Luar Negeri oleh Duta Besar AS untuk Indonesia Cameron Hume, Amerika kemudian ingin meninggalkan sebagian besar diplomasi publik mereka demi upaya yang lebih terarah untuk mempengaruhi politisi dan anggota DPR Indonesia untuk menjaga agar laboratorium tetap bisa berjalan.
“Harapan terbaik untuk menjaga NAMRU-2 di Indonesia adalah untuk meyakinkan pembuat kebijakan utama tentang kegunaannya yang berkelanjutan bagi kedua negara”, tulis Hume.
Menurut WikiLeaks, pada bulan Juni 2009 Duta Besar AS untuk Jakarta Cameron Hume mengirim memo sensitif namun tidak rahasia ini ke Washington, menjelaskan pentingnya mengembangkan hubungan di bidang perawatan kesehatan dengan Jakarta.
“Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia dengan penduduk miskin infrastruktur kesehatan masyarakat, dan indikator yang mencerminkan memburuknya penyediaan layanan kesehatan dasar. Indonesia juga merupakan reservoir penyakit menular yang baru muncul, termasuk yang banyak menjadi perhatian internasional. Dengan komunitas padat penduduk yang hidup dekat dengan ternak dan pemukiman baru yang akan merambah reservoir satwa liar, Indonesia menciptakan peluang ideal untuk munculnya penyakit menular baru. Selain itu, buruknya penyediaan layanan kesehatan juga menyebabkan munculnya kembali penyakit lama seperti TB yang resistan terhadap obat (tuberkulosis),” demikian laporan Hume berupaya meyakinkan Washington.
Mengelola Siti Fadilah
Sesuai penyadapan WikiLeaks, perlawanan menteri Supari telah menjadi masalah besar bagi AS. Dia disebutkan secara pribadi di sebagian besar memo terkait NAMRU. Pada 12 Juni 2009, diplomat Amerika bahkan menyarankan agar atasan DC mereka dapat membantu “mengelola” dia (Siti Fadilah Supari-red) dengan memperdalam kerja sama kesehatan antara AS dan Indonesia, yang dapat membantu menyelamatkan laboratorium Jakarta:
“Jika dikelola dengan benar, Supari dapat menerima NAMRU jika dia yakin dengan minat kita yang tulus untuk mengembangkan model laboratorium penelitian baru (lebih besar dan lebih komprehensif dari NAMRU), dia kemudian dapat membantu dalam perpanjangan visa untuk personel NAMRU sehingga negosiasi di tingkat pertunangan yang lebih luas dapat dimulai,” kata memo yang ditandatangani “North”.
Namun, meski mendapat tekanan dari AS, Menteri Supari berhasil menutup NAMRU-2 dengan dukungan para diplomat dan petinggi militer Indonesia. Sampai hari ini dia menganggap fasilitas itu sebagai “ancaman terhadap keamanan nasional”.
Dalam wawancara dengan Sputnik Siti Fadilah bahwa ada “beberapa hal yang [dia] tidak dapat jelaskan tentang peran [laboratorium] dalam pandemi flu burung, yang akhirnya dibatalkan”, tetapi Supari tidak menjelaskan detail lebih lanjut tentang itu.
Pada tanggal 16 Oktober 2009, Supari menulis surat kepada Pemerintah AS yang menghapus perjanjian tahun 1970 tentang NAMRU-2, dan kemudian pada tahun yang sama Kementerian Luar Negeri mengirimkan surat resmi kepada Amerika yang mengatakan bahwa fasilitas tersebut harus ditutup. Visa personel Indonesia habis pada tahun 2010 dan semua peralatan laboratorium dipindahkan ke kompleks diplomatik AS.
Menteri Supari meninggalkan kantor pada akhir 2009. Penggantinya Endang Rahayu Sedyaningsih dilaporkan memiliki hubungan dengan NAMRU-2 di masa lalu, tetapi memilih untuk tidak mengizinkan dimulainya kembali kegiatan laboratorium di Jakarta secara resmi.
Kesaksian Siti Fadilah
Perlawanan Siti Fadilah menutup Namru-2 menjadi saksi keberadaan laboratorum biologi AS yang berbahaya bagi kemanusiaan,– kini semakin ramai diungkap kembali berbagai media internasional dan nasional sehubungan dengan pengungkapan 38 Lab Biologi milik AS di Ukraina yang ditemukan saat perang NATO-AS versus Rusia di Ukraina.
Menyusul hal tersebut China mengungkap ada 300-an laboratorium biologi milik AS yang tersebar diseluruh dunia.
Hingga saat ini Lembaga PBB bungkam dan belum melakukan penyelidikan terhadap laboatorium-laboratorium AS yang diduga memproduksi senjata biologi pemusnah massal, walaupun semakin kuat dugaan, pandemi Covid-19 belakangan berasal dari laboratorium biologi AS tersebut. (Web Warouw)