Selasa, 2 September 2025

PENANGANANNYA LAMBAT BANGET NIH..! Terisolasi Dua Pekan, 4.000 Warga Pulau Enggano Bertahan Tanpa Cukup Pangan dan Layanan Dasar

BENGKULU – Selama dua pekan terakhir, 4.000 warga Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, mengalami kondisi yang semakin memprihatinkan akibat terhentinya operasional Kapal Pulo Tello. Satu-satunya transportasi laut reguler ke pulau tersebut tak bisa beroperasi imbas pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu.

Kondisi Pangan Menipis

Camat Pulau Enggano, Susanto, mengungkapkan bahwa saat ini warga masih bertahan dengan stok pangan yang tersisa seperti beras dan ikan. Namun, jika kapal pengangkut sembako tak kunjung datang, isolasi dikhawatirkan akan memperparah kondisi 4.000 warga pulau.

Pulau Enggano di seberang selatan Provinsi Bengkulu, Sumatera. (Ist)

“Memang Senin, 14 April 2025, Pemda Bengkulu Utara atas instruksi Pak Bupati akan menyewa kapal nelayan cincin kapasitas 50 ton untuk mengirim beras, minyak, telur dan lainnya. Beras dibagi gratis, selanjutnya Sembako akan digelar pasar murah,” ujar Susanto, Minggu (13/4/2025).

Ia menambahkan, program ketahanan pangan pemerintah saat ini masih bisa diandalkan untuk bertahan dalam jangka pendek.

“Untuk ketahanan pangan saat ini stok padi di pulau mencukupi, namun apabila isolasi terus berlangsung maka stok pangan pasti akan habis,” jelasnya.

Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Terganggu Sebanyak 15 tenaga medis yang seharusnya bertugas di Pulau Enggano saat ini masih terjebak di luar pulau karena ketiadaan transportasi laut. Meski demikian, layanan kesehatan darurat masih ditangani oleh petugas yang ada di pulau.

“Ada 15 orang tenaga medis masih terjebak di luar pulau. Namun untuk sementara pelayanan kesehatan masih bisa ditangani dengan tenaga kesehatan yang ada di pulau,” ungkapnya.

Kondisi serupa terjadi di sektor pendidikan. Sekitar 15 guru juga belum bisa kembali ke pulau, menyebabkan beban kerja guru yang tersisa menjadi berat.

“Masih ada sekitar 15 guru di luar pulau belum bisa mengajar. Maka guru yang ada di pulau harus menangani tiga kelas untuk satu mata pelajaran,” tambahnya.

Perekonomian Terhenti

Hasil pertanian dan perikanan seperti pisang dan ikan yang biasanya dikirim ke luar pulau tidak bisa dijual karena tak ada transportasi. Banyak komoditas dibiarkan membusuk, dan ikan terpaksa diolah agar tidak sia-sia.

“Pisang, ikan menjadi busuk biasanya dikirim ke luar pulau namun karena tak ada kapal maka dibiarkan membusuk. Ikan diolah agar tidak membusuk sia-sia,” ujar Susanto.

Warga menyampaikan terima kasih atas perhatian berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi, TNI, Polri, dan Pelindo yang telah peduli terhadap kondisi di Enggano.

“Warga Enggano berterimakasih atas kepedulian banyak pihak, semoga pengerukan alur cepat selesai sehingga keadaan menjadi normal,” sebutnya.

Sementara itu, General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S. Joko, menyatakan bahwa proses pengerukan alur pelayaran sedang berlangsung dengan menggunakan berbagai alat berat dan satu kapal keruk.

“Kami berkomitmen untuk memastikan pelayanan kepelabuhanan tetap berjalan optimal demi menjaga roda ekonomi daerah, termasuk distribusi logistik ke Pulau Enggano,” ujarnya.

Kepada Bergelora.com di Bengkulu dilaporkan, pengerukan menggunakan 3 ekskavator, 1 wheel loader, 3 truk, dan kapal keruk hopper Nera 02 yang mampu memindahkan 1.500 meter kubik sedimen per hari. (Ahmad Syarif)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru