Sabtu, 5 Juli 2025

Pengolahan Masela Di Darat Khianati Visi Poros Maritim Dunia

JAKARTA- Presiden Joko Widodo diminta untuk konsisten dengan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Keputusan penempatan pengolahan gas alam dari blok Masela di darat bertentangan dengan visi Presiden sendiri. Hal ini disampaikan analis pertahanan dari Indonesia Institute For Maritime Studies, DR. Conny Rahakunduni Bakrie kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (24/3).

“Keputusan ini sama saja menghianati visinya sendiri untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia. Rupanya visi Poros Maritim Dunia hanya sekedar kata-kata” tegasnya.

Conny Rahakundini Bakrie mengingatkan tentang krisis energi dunia dan posisi strategis Indonesia tentang keharusan menegakkan kedaulatan energi yang kurang disadari oleh pemerintah Indonesia saat ini.

“Strategi kita menghadapi tantangan Abad 21 adalah bermasalah secara fundamental baik dari aspek ekonomi, lingkungan hidup, geostrategy maupun pertahanan,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa, keputusan pengolahan blok Masela di darat menurutnya merupakan kemunduran dari pencapaian Indonesia sebagai negara maritim, sehingga perlu segera ada revisi terhadap keputusan tersebut.

“Saya nyatakan Presiden akan menuai masalah besar karena keputusan ini bertentangan dengan visi kemandirian bangsa, Nawa Cita dan visi maritimnya sendiri. Ini justru kemunduran dari pencapaian Indonesia sebagai negara maritim,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengambil keputusan untuk membangun kilang ‎di Blok Masela, Maluku dengan skema pipanisasi di darat (onshore) seperti yang direkomendasikan Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Rizal Ramli. Hal tersebut diputuskannya setelah melalui banyak pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak.

Dia mengatakan, proyek Blok Masela merupakan proyek jangka panjang dan menyangkut anggaran ratusan triliun rupiah. Karena itu, setelah menerima banyak masukan dari berbagai pihak akhirnya diputuskan kilang blok abadi tersebut akan dibangun di darat.

“‎Ini adalah sebuah proyek jangka panjang, tidak hanya setahun, dua tahun, tidak hanya 10 tahun 15 tahun tetapi proyek yang sangat panjang, yang menyangkut ratusan triliun rupiah. Oleh sebab itu, dari kalkulasi, dari perhitungan, dari pertimbangan yang sudah saya hitung, kita putuskan dibangun di darat,” jelas Presiden kepada media di Pontianak, Rabu (23/3).

Presiden Joko Widodo menjelaskan, pertimbangan awal yang menyebabkan dirinya memilih membangun kilang di darat adalah pertumbuhan perekonomian di daerah setempat yang terimbas dari adanya pembangunan kilang di Blok Masela.

“Kedua, juga pembangunan wilayah regional development juga kita ingin agar juga terkena dampak dari pembangunan besar, Proyek Masela ini,” imbuh dia.

Jokowi meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menindaklanjuti keputusan tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said lega, pada akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan pembangunan infrastruktur gas pada Blok Masela di darat atau pipanisasi.

“Baru saja kita mendengar penjelasan ringkas dari bapak presiden, dengan begitu kita mensyukuri karena pada akhirnya keputusan sudah diambil,” kata Sudirman, Jakarta, Rabu (23/3).

Sudirman menjelaskan, sejak sidang kabinet dan rapat terbatas terakhir mengenai Blok Masela, telah disampaikan dengan lengkap mengenai masukan-masukan dan pertimbangan kepada Presiden Jokowi untuk mengambil keputusan.

“Dan tadi sudah mendengar semua bahwa diminta dibangun di darat dan itu tugas kami sebagai penanggung jawab sektor akan meneruskan keputusan ini,” tandasnya. (Enrico N. Abdielli)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru