Kamis, 30 Oktober 2025

PENYALAHGUNAAN AI MAKIN MERESAHKAN..! Kasus Penipuan Deepfake Capai Rp 700 Miliar

JAKARTA- Kasus penipuan akibat penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berupa deepfake kian meresahkan. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengatakan, kerugian akibat kejahatan siber deepfake AI telah mencapai Rp700 miliar.

Perkembangan AI yang semakin pesat telah melahirkan berbagai inovasi yang membantu aktivitas manusia. Namun, di sisi lain, AI juga menyimpan risiko yang dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk memproduksi konten hoaks dan disinformasi, termasuk di antaranya konten deepfake.

Berdasarkan data yang diperoleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar mengungkapkan bahwa jumlah kerugian akibat modus penipuan dengan memanfaatkan AI telah mencapai Rp700 miliar. Karena itu, perlu dilakukan upaya mitigasi untuk mencegah terjadinya kejahatan tersebut.

“Produk deepfake berbasis AI ini, ketika digunakan untuk melakukan kejahatan, sungguh luar biasa dapat menipu masyarakat,” ujarnya.

Di sisi lain, menurut Nezar, masih banyak produk AI yang dibuat secara tidak etis, misalnya tidak mencantumkan keterangan bahwa konten tersebut dibuat oleh AI.

“Kita masih melihat video atau gambar AI yang tidak mencantumkan logo produk AI. Saya pikir itu tidak etis,” tuturnya.

Saat ini, pemerintah tengah menyusun Peta Jalan AI Nasional yang mengharuskan para pengembang AI bersikap akuntabel dan transparan.

Nezar menegaskan, Kemkomdigi bekerja sama dengan aparat penegak hukum terus memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan siber melalui penerapan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (PDP), serta Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Sementara di sisi masyarakat, Kemkomdigi juga terus melakukan edukasi tentang bahaya deepfake berbasis AI.

Influencer Gen Z: Cara Lawan Hoaks dan Deepfake di Media Sosial

Dilaporkan, salah satu tantangan terbesar di era digital adalah penyebaran hoaks. Meskipun Generasi Z (Gen Z) dianggap melek teknologi, kelompok ini tetap rentan terhadap informasi palsu. Influencer Karina Meidy menjelaskan bagaimana cara melawan hoaks dan deepfake di media sosial.

‘’Dengan meleknya pada dunia digital, sebagai Gen Z saya merasa bahwa generasi kami lah yang paling peka dan sensitif terhadap berita, isu, atau informasi hoaks yang tersebar di masyarakat,’’ ujat Karina.

‘’Untuk itu, menurut saya Gen Z bisa melakukan hal kreatif positif yang dapat menangkal berita negatif melalui media sosial dan konten, seperti lagu dan gerakan-gerakan yang dapat membantu mendorong minimnya penyebaran berita hoaks,’’ lanjutnya.

Tips Mengecek Kebenaran Informasi

Karina juga membagikan langkah praktis untuk mengetahui apakah sebuah berita, artikel, atau video di media sosial hoaks atau bukan:

  • Menyaring, menelaah, dan memverifikasi informasi dari berbagai sumber, termasuk institusi resmi pemerintah dan media berita yang kredibel.
  • Melaporkan berita, akun, atau sumber mencurigakan yang menyebarkan hoaks berulang kali melalui saluran pelaporan resmi secara online.
  • Membantu menyebarkan informasi yang benar melalui platform media sosial pribadi, terutama bagi influencer, untuk menginterpretasikan fakta kepada publik.

Peran Influencer Dan Harapan Terhadap Program Literasi

Karina berharap ada lebih banyak program literasi digital yang disasar pada Gen Z.

“Sebagai generasi yang paling ‘melek’ dunia digital, kita lah yang paling banyak dan paling sering terpapar berita hoaks; untuk itu literasi digital diperlukan untuk menambah pengetahuan, etika berkomunikasi, dan juga membentuk kepribadian yang berintelektual sebagai generasi muda,” bebernya.

Selain itu, sebagai influencer Karina sebisa mungkin selalu memberikan edukasi, berbagi pengalaman, dan membangun komunitas yang berkaitan dengan penangkalan hoaks di platform sosial medianya.

‘’Menurut saya, ada beberapa peran yang dilakukan Influencer dalam melawan hoaks di sosial media, yaitu menjadi suara untuk mengklarifikasi berita hoaks tertentu dan memberikan penjelasan detail sesuai fakta dan sumber terpercaya,’’ ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa influencer juga penting untuk rutin memberikan konten berupa pengingat agar publik tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas kebenarannya.

‘’Dan tidak mudah percaya terhadap berita yang beredar, yang belum jelas kebenarannya,’’ tandasnya. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru