JAKARTA- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, pencegahan stunting (kerdil) harus dilakukan sejak masa kehamilan sampai 1.000 hari pertama kelahiran. Sebab, kalau lebih dari masa itu, maka akan sulit untuk mengatasi stunting.
“Saya melihat ada pemahaman keliruan dalam pencegahan stunting seolah bisa dilakukan kepada anak-anak yang menderita stunting. Kalau sudah lewat 1.000 hari pertama kelahiran, itu akan sulit untuk mengatasi stunting,” katanya kepada Bergelora.com beberapa waktu lalu.
Menurutnya, data stunting saat ini merupakan hasil pendataan beberapa tahun lalu, tetapi baru dirilis sudah tidak relevan. Karena masa untuk mencegah stunting sudah lewat.
“Pencegahan dilakukan mulai dari gizi ibu hamil sampai 1.000 hari pertama kelahiran. Kalau mau cegah, ya harus pada masa ini. Kalau lewat dari itu, data stunting tidak berguna untuk mencegah stunting,” jelasnya.
Hasto yang juga dokter ahli kandungan ini mangatakan, jadi kunci mencegah stunting dan kecerdasan anak itu ditentukan sejak dalam kandungan sampai 1.000 hari pertama kelahiran. Masa emas ini, katanya, yang harus menjadi perhatian serius kalau mau cegah stunting.
Kualitas anak atau sumber daya manusia Indonesia menurut Hasto sesungguhnya bergantung sejak awal 1.000 hari kehidupan atau sejak ibu dinyatakan positif hamil.
“Untuk itu diawal kehamilan penting bagi orang tua menjaga pola asuh dan asupan agar anak tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tidak stunting,” ujarnya
Tugas pemerintah khususnya BKKBN saat ini adalah mengaktifkan kembali bidan-bidan desa untuk memastikan kesehatan ibu hamil di desa-desa seluruh Indonesia.
“Posyandu harus diaktifkan kembali. Kesehatan dan gizi ibu hamil harus terpantau. Kesehatan dan pertumbuhan bayi harus terus diawasi. Kalau ada kurang gizi atau gizi buruk harus segera ada intervensi dari petugas kesehatan,” ujarnya.
Untuk itu menurutnya sosialiasi dan pengingkatan gizi harus kembali dilakukan di desa-desa seluruh Indonesia terutama daerah yang rawan gizi kurang dan gizi buruk.
“Semua stakeholder harus bisa bekerjasa untuk memastikan gizi ibu hamil, memastikan ibu melahirkan, memastikan kesehatan ibu dan bayi sampai 1.000 hari pertama,” ujarnya.
Dengan demikian menurutnya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia sudah bisa dipastikan membaik sejak lima tahun kedepan. (Web Warouw)