Rabu, 27 Agustus 2025

PETANI AS RONTOK NIH..!! China Hentikan Impor Kedelai Amerika, Penjualan Panen Anjlok 81%

JAKARTA – Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang diperpanjang hingga 10 November 2025 menekan harga kedelai dan membuat petani AS terpukul.

China yang selama ini jadi pembeli utama kedelai AS belum melakukan kontrak pembelian musim panen baru, sehingga permintaan ekspor jatuh.

Menurut dtnpf.com, absennya pembelian China membuat harga basis [[selisih harga lokal dengan harga acuan bursa]] merosot tajam, terutama di wilayah Northern Plains yang biasanya memasok ke Pacific Northwest (PNW). Elevator lokal terpaksa memangkas harga lebih dalam.

American Soybean Association (ASA) mencatat, pada kondisi normal China sudah memesan rata-rata 14% impor kedelai dari AS sebelum musim panen Midwest dimulai, bahkan mencapai 27% pada 2022-2023.

Tahun ini, penjualan panen baru justru turun 81% dibanding rata-rata lima tahun terakhir.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, tekanan juga bertambah akibat rencana penerapan program biaya kapal China di bawah kebijakan USTR-301 mulai 14 Oktober. Meski program ini belum final, rute pelayaran global sudah menyesuaikan untuk menghindari biaya tambahan di pelabuhan AS.

Mike Steenhoek dari Soy Transportation Coalition menekankan pentingnya menjaga jalur dagang. Menurutnya, meski terjadi friksi politik, petani AS yang menyediakan pangan bagi China seharusnya tetap dilindungi sebagai “jembatan” hubungan dagang.

Suara Petani di Lapangan:

North Dakota: Paul Anderson mengaku kontrak panennya di basis -US$1,00/bu kini turun ke -US$1,10/bu untuk pengiriman Oktober–November, bahkan ada yang menyentuh -US$1,60X. Artinya: Awalnya Paul sudah kontrak jual hasil panennya dengan basis -US$1,00/bu. Ini artinya harga jualnya sama dengan harga CBOT dikurangi US$1,00.

Sekarang, harga basis memburuk jadi -US$1,10/bu untuk pengiriman Oktober–November. Artinya harga yang diterima petani makin rendah (rugi tambahan 10 sen per bushel).

Bahkan di pasar spot, ada yang jatuh ke -US$1,60X. Artinya harga lokal lebih rendah US$1,60 dari CBOT.

Minnesota: Chris Swenson menyebut basis biasanya -.60X s/d -.90X, sekarang -US$1,60X. Terakhir kali serendah ini saat perang dagang era Trump 2018, yaitu -US$2,25X.

North Dakota & sekitarnya: Beberapa petani memilih menahan panen di gudang, seperti Adam Bettenhausen dan David Hankey yang beruntung punya kapasitas penyimpanan.

Indiana: Kondisi relatif lebih baik. Mark Breneman melaporkan basis di pabrik pengolahan minyak tetap kuat, yakni -.40X di Indianapolis dan -.05X sampai -.35X di Morristown, masih dalam kisaran normal.

Nebraska & South Dakota: Basis melebar 5–10 sen hanya dalam dua hari, kata Neil Clausen.

Missouri: Harga jatuh di beberapa titik, misalnya ADM Quincy di -40X (biasanya -10X hingga +10X), URSA Co-op di -55X, CGB East Hannibal di -66X, dan ADM St. Louis di -40X.

Minnesota Tengah: Justin Honebrink menyebut kondisi kali ini “terburuk sepanjang sejarah,” dengan basis lokal -1,45X dan perusahaan besar di dekatnya -1,35X.

Seperti diketahui petani kedelai, jagung, gandum mayoritas berada di Midwest dan Great Plains (Iowa, Nebraska, North & South Dakota, Minnesota, Missouri, Kansas).

Secara geografis politik, daerah-daerah ini disebut “swing states” atau “farm belt”, sangat menentukan hasil pemilu presiden. Populasi petani memang kurang dari 2% dari total penduduk AS, tapi mereka punya efek elektoral besar karena sistem Electoral College, satu negara bagian pertanian bisa menentukan kemenangan nasional. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru