Senin, 21 April 2025

Polisi Tembaki Ibu dan Anak Petani

KARAWANG- Tindakan aparat kepolisian dalam eksekusi tanah rakyat yang dirampas oleh PT Sumber Air Mas Pratama(SAMP) yang sudah di akuisisi oleh perusahaan pengembang Group Agung Podomoro menunjukkan aparat hukum sangat mudah digunakan untuk menyakiti rakyat khususnya ibu-ibu dan anak petani di Karawang. Demikian Ketua Komnasham Siti Nor Laila kepada Bergelora.com di Jakarta, Rabu (25/6).

“Komnasham sangat menyesalkan atas cara-cara represif yangg dilakukan oleh pihak kepolisian. Padahal komnasham sudah mengingatkan aparat kepolisian sebelumnya,” tegasnya.

Ketua Umum Serikat Petani Karawang (Sepetak) Hilal Tamami menceritakan kronologi penyerbuan aparat polisi tersebut pada Bergelora.com di Karawang, Rabu (25/6).

 

Sekitar jam 09.00, Selasa (24/6) pagi aparat polisi pengendalian massa (dalmas) gabungan dari mabes dan polres cianjur yang di backup oleh ribuan aparat Brimob dari Polda Jabar, Dalmas bersenjata lengkap, beserta 3 unit water cannon, tiga unit baracuda, satu kendaraan taktis penghalau massa, mulai merangsek masuk ke area perkampungan di desa Wanakerta. Kapolres Karawang sebelumnya mengatakan tidak ada perkampungan.

“Sementara dari warga, jumlah massa yg berkumpul untuk menghadang aparat hanya sekitar 300 orang, yang sebagian besar ibu-ibu dan anak-anak,” kata Hilal. 

Sekitar satu jam warga hanya duduk dan bersholawat di tengah jalan untuk menghadang aparat.

Jam 11.00 siang aparat mengeluarkan ultimatum agar warga membubarkan diri, namun warga tetap bertahan sambil tetap duduk.

Pukul 11.30 polisi mulai menembakan water cannon. Padahal dibarisan warga itu terdapat puluhan anak anak dan ibu-ibu tua. 

“Namun warga tidak melakukan perlawanan. Bahkan warga membuang bambu runcing yang telah dipersiapkan untuk melawan aparat dan membakarnya,sebagai bentuk warga tidak akan melakukan kekerasan,” Hilal menjelaskan.

Pukul 12.00 siang polisi mulai memaksa massa bubar dengan mengangkat paksa ibu-ibu dan anak anak dengan cara menyeret dari tengah jalan. Melihat kondisi seperti itu massa yang berada di barisan belakang bereaksi dengan berusaha menarik warga yang di seret aparat untuk mundur. 

Namun tiba-tiba tembakan water cannon dan gas air mata mulai dikeluarkan oleh aparat dan terdengar beberapa letupan tembakan, akhirnya warga pun berhamuran dan lari masuk ke perkampungan.

Sementara terdengar dari mobil komando aparat kepolisian perintah untuk tetap mengejar dan menghalau warga sampai masuk ke area perkampungan warga. 

“Tembakan gas air mata pun terus diarahkan ke warga, sambil sesekali terdengar suara tembakan,” paparnya.

Akhirnya jam 14.00 sore polisi berhasil menduduki perkampungan warga di desa Margamulya dan mulai memasang patok patok tanah yang di klaim PT SAMP

“Korban yang di rawat di RSUD Karawang ada 9 orang, di Rumah Sakit Rosela ada 5 orang, dan ada juga yang tidak di bawa ke rumah sakit. Jumlah warga yang ditangkap belum diketahui dibawa kemana,” ujarnya. (Muhamad Mustofa Bisry)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru