Minggu, 2 November 2025

MELAWAN GREED ECONOMIES..! Prabowo Ungkap Serakahnomics di Forum APEC

JAKARTA – Istilah ekonomi yang serakah atau ‘serakahnomics’ kembali digaungkan Presiden RI Prabowo Subianto. Kali ini, di forum APEC (APEC Economic Leaders’ Meeting/AELM) di Gyeongju, Korea Selatan, Prabowo mewanti-wanti ekonomi yang serakah menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.

Prabowo menyampaikan hal itu dalam pidatonya pada Pertemuan Para Pemimpin Ekonomi APEC di Gyeongju, Korea Selatan, Jumat (31/10) waktu setempat. Dalam forum yang dihadiri para kepala negara dan pemerintahan dari 21 ekonomi anggota APEC itu, Prabowo menegaskan dunia kini tengah menghadapi ancaman yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga moral dan sosial, yaitu keserakahan yang menjelma dalam bentuk korupsi, penyelundupan, penipuan, dan ekonomi gelap lintas negara.

“Kami di Indonesia sedang berjuang melawan korupsi, melawan penipuan, dan melawan greed economies, ekonomi serakah, yang menahan pertumbuhan sejati,” ujar Prabowo.

Prabowo juga menyampaikan keprihatinan terhadap meningkatnya ketegangan global dan menurunnya rasa saling percaya di antara negara-negara di dunia. Ia menilai masalah ini dapat membahayakan stabilitas ekonomi.

Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang menyingkirkan sebagian pihak hanya akan melahirkan ketimpangan dan potensi konflik.

“Pertumbuhan yang menyingkirkan adalah pertumbuhan yang memecah belah. Perpecahan menciptakan ketidakstabilan, dan ketidakstabilan tidak akan kondusif bagi perdamaian dan kemakmuran,” tegasnya.

Oleh karena itu, Prabowo menekankan bahwa inklusivitas dan keberlanjutan harus menjadi pedoman bersama dalam pembangunan ekonomi global. “Inklusivitas harus menjadi pedoman kita. Keberlanjutan juga harus selalu menjadi kompas bagi masa depan dunia yang aman,” katanya.

Dalam pidatonya, Prabowo juga memperingatkan tentang tantangan yang bersifat lintas batas negara dan memerlukan solidaritas global untuk ditangani. Ia menyoroti bahaya narkotika yang disebutnya sebagai ancaman terhadap stabilitas dan masa depan bangsa.

“Kita menghadapi tantangan besar, korupsi, penyelundupan, penipuan, dan kita membutuhkan kerja sama di antara komunitas APEC karena penyelundupan antarnegara tidak akan menguntungkan ekonomi kita,” ujarnya.

“Bahaya narkotika adalah ancaman bagi stabilitas dan masa depan kita. Ini sangat serius karena bersifat transnasional. Kita tidak dapat menghadapinya sendirian,” tegasnya.

Prabowo pun menyerukan kerja sama multilateral untuk melawan kejahatan lintas negara seperti penyelundupan, pencucian uang, perdagangan manusia, dan narkoba yang merusak fondasi ekonomi dunia.

“Kita harus bekerja sama secara multilateral. Kita tidak bisa mengatasi bahaya ini sendirian,” katanya.

Dorong Perdagangan yang Lebih Tangguh

Kepasa Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, para pemimpin ekonomi Asia-Pasifik menyerukan pentingnya ketahanan dan manfaat bersama dalam sistem perdagangan global menjelang berakhirnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (1/11/2025).

Deklarasi bersama diadopsi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi agresif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dinilai menekan perdagangan dunia.

Pertemuan tahunan APEC tahun ini digelar di bawah bayang-bayang perang tarif, kontrol ekspor, dan persaingan strategis yang menguji solidaritas negara-negara anggota.

Menjelang KTT, Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian kesepakatan perdagangan baru, termasuk dengan China dan Korea Selatan, namun ia meninggalkan Seoul sebelum pertemuan dimulai.

APEC 2025: Konsensus Tercapai, tetapi Multilateralisme Terabaikan

Meskipun Trump tidak hadir, pandangan Washington tetap tercermin dalam deklarasi akhir, yang tidak lagi menyinggung istilah “multilateralisme” atau “Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)” sebagaimana tahun lalu.

“Ini adalah pengakuan bahwa sulit memulihkan tatanan perdagangan bebas berbasis multilateralisme dan WTO,” ujar Heo Yoon, profesor perdagangan internasional dari Universitas Sogang, Seoul.

“Kita tidak dapat lagi menyangkal adanya pergeseran paradigma dalam tatanan perdagangan global,” tambahnya.

Dengan absennya Trump, China berupaya tampil sebagai pendukung utama perdagangan bebas dan terbuka, peran yang selama ini dipegang AS.

Presiden China Xi Jinping dalam pidato penutupan mengumumkan bahwa negaranya akan menjadi tuan rumah KTT APEC 2026 di Shenzhen.

Xi juga mengusulkan pembentukan Organisasi Kerja Sama Kecerdasan Buatan Dunia dan menandatangani deklarasi terpisah mengenai perubahan demografi serta teknologi AI, meski belum membahas regulasi yang lebih luas.

“China memanfaatkan ketidakhadiran Trump untuk membangun kedekatan dengan negara-negara yang khawatir atas melemahnya pengaruh AS dan bangkitnya China,” ujar Li Xing, profesor di Institut Strategi Internasional Guangdong.

“Mereka ingin meyakinkan mitra seperti Korea Selatan bahwa China tidak mengejar hegemoni, melainkan kesejahteraan bersama,” lanjutnya, sebagaimana diberitakan Reuters.

Namun, para analis menilai deklarasi bersama itu tetap berhati-hati agar tidak menyinggung AS atau menampilkan China sebagai satu-satunya penjaga tatanan perdagangan dunia.

“Hanya sedikit negara yang benar-benar percaya akan adanya tatanan baru yang mengecualikan Amerika Serikat,” ujar Heo.

Xi Jinping dan Lee Jae Myung bahas hubungan Seoul–Beijing Usai KTT, Xi Jinping menutup kunjungan tiga harinya di Korea Selatan dengan menghadiri jamuan makan malam kenegaraan dan pertemuan puncak bersama Presiden Lee Jae Myung.

Trump nyatakan keinginannya untuk bertemu kembali dengan Kim Jong Un Lee, sekutu AS yang baru terpilih pada Juni lalu, berjanji untuk menyeimbangkan hubungan Seoul dengan Beijing setelah pendahulunya digulingkan akibat upaya gagal memberlakukan darurat militer.

Ia menghadapi tantangan besar yakni menjaga ketahanan ekonomi berbasis ekspor Korea Selatan sambil meredakan ketegangan dengan Korea Utara di tengah persaingan AS–China yang semakin intens.

“Sulit mengatakan hubungan Korea Selatan dan China telah sepenuhnya pulih,” kata Lee dalam konferensi pers menjelang pertemuannya dengan Xi.

“Kita harus melampaui pemulihan hubungan dan mencari jalur kerja sama yang saling menguntungkan,” lanjutnya.

Sebelumnya, Lee juga menjamu Presiden Trump dalam kunjungan kenegaraan singkat, memuji kerja sama kedua negara dan mengumumkan kesepakatan perdagangan baru yang menurunkan tarif AS dengan imbalan investasi besar Korea Selatan di Amerika.

Kunjungan Xi menjadi yang pertama ke Korea Selatan dalam 11 tahun, menandai upaya mempererat hubungan bilateral setelah periode panjang ketegangan diplomatik.

Isu Korea Utara kembali mengemuka Dalam pertemuan tersebut, Lee meminta dukungan Xi untuk melibatkan Korea Utara dalam dialog perdamaian, menurut kantor kepresidenan Seoul.

Namun, media pemerintah China tidak menyinggung isu Korea Utara dalam laporan resmi mereka.

Pernyataan keras kemudian datang dari Pyongyang, yang menyebut upaya denuklirisasi sebagai “impian kosong” dan menolak segala bentuk tekanan internasional terhadap program senjatanya.

Sementara itu, Trump sempat menawarkan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama kunjungannya ke Seoul, namun Pyongyang tidak memberikan tanggapan publik.

Di sela KTT APEC, Trump juga bertemu Xi dan mencapai kesepakatan perdagangan mencakup penurunan tarif AS untuk produk China, kerja sama memerangi perdagangan ilegal fentanil, pembelian kembali kedelai AS, serta kelanjutan ekspor tanah jarang dari China.

Xi turut mengadakan pembicaraan bilateral dengan para pemimpin Jepang, Kanada, dan Thailand. Dari pihak Taiwan, perwakilan Lin Hsin-i menyampaikan bahwa ia dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent membahas isu rantai pasokan dan industri semikonduktor di sela-sela pertemuan. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru