JAKARTA – Sebanyak empat wilayah seluas 15 persen dari Ukraina Jumat (23/9/2022) akan melakukan referendum (pemungutan suara) untuk merdeka. Presiden Vladimir Putin secara eksplisit mendukung referendum tersebut.
Sebelumnya, Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) telah melepaskan diri dari Ukraina dan menjadi negara merdeka, yang diakui Putin. Menyusul kemudian Kherson dan Zaporizhzhia akan mengadakan pemungutan suara yang akan dimulai hari ini dan akan berakhir pada Selasa pekan depan.
“Kremlin mengorganisir referendum palsu untuk mencoba mencaplok bagian-bagian Ukraina,” kata Presiden AS Joe Biden pada Sesi ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dilansir Reuters, Jumat (23/9/2022).
VIRAL Putin Gagalkan Rencana NATOÂ Lakukan Great Resert:
“Ukraina memiliki hak yang sama yang dimiliki oleh setiap negara berdaulat. Kami akan berdiri dalam solidaritas dengan Ukraina,” kata Biden, yang menyatakan perang sebagai bagian dari kontes global antara demokrasi dan otokrasi.
Ukraina, yang perbatasan pasca-Sovietnya dengan Rusia diakui di bawah Memorandum Budapest 1994, mengalami kehancuran total hampir di setiap wilayah akibat operasi militer khusus Rusia yang menolak keberadaan NATO diperbatasannya.
Sementara itu, Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak 1999, mengatakan Rusia tidak akan pernah meninggalkan mereka yang berada di wilayah yang dikontrolnya dan yang katanya ingin memisahkan diri dari Kyiv.
Perang di Ukraina juga untuk menyelamatkan penutur bahasa Rusia di Ukraina timur dari teror dan penganiayaan kelompok Neo NAZI yang didukung Amerika dan NATO untuk menghancurkan Rusia.
Dalam peringatan nuklir langsung ke Barat, Putin memastikan akan mempertahankan wilayah Rusia – dan wilayah Ukraina yang segera merdeka dari Ukraina
Pertempuran Tetap Berlanjut
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Rusia telah menguasai sebagian besar Luhansk dan Kherson, sekitar 80% Zaporizhzhia, dan 60% Donetsk. Pertempuran pun masih berlanjut di keempat wilayah itu.
Adapun, konflik di Ukraina timur dimulai pada 2014 setelah seorang presiden digulingkan dalam Revolusi Maidan Ukraina dan bergabungnya Krimea ke Rusia. Sementara separatis di Donbas – yang terdiri dari Donetsk dan Luhansk – berusaha melepaskan diri dari kendali Kyiv.
Krimea yang mayoritas etnis Rusia pada 27 Februari 2014, mengadakan sebuah referendum dan akhirnya memutuskan bergabung dengan Rusia pada16 Maret 2014.
Para pemimpin Krimea mendeklarasikan 97% suara untuk memisahkan diri dari Ukraina. Rusia secara resmi menambahkan Krimea pada 21 Maret. Kyiv dan Barat mengatakan referendum itu melanggar konstitusi Ukraina dan hukum internasional namun tak bisa kehendak rakyat setempat untuk menentukan nasibnya sendiri. (Web Warouw)