YOGYAKARTA- Sebuah rumah yg legendaris sebagai basis gerakan mahasiswa pro demokrasi di Jl Sultan Agung Gang Rode No 610 Yogyakarta akan segera ditetapkan jadi cagar budaya. Hal ini disampaikan oleh Dr Hilmar Farid sejarahwan dan juga Dirjen Kebudayaan kementrian pendidikan nasional RI di acara 30 tahun RODE Rumah Perjuangan.
Rumah Rode yg sampai kini masih menjadi basis aktivis gerakan mahasiswa tetap tidak berubah dari fisik bangunan, ruangan dan fungsinya sebagai tempat diskusi n belajar politik para aktivis dari aktivis mahasiswa di Yogyakarta n kota besar lainnya.
Sementara itu Eko Sulistyo Deputi IV Kantor Staff Presiden RI mengatakan keberadaan rumah Rode ini satu-satunya yang ada di Indonesia. Aktivitas mahasiswa dan Rumah yang menyatu dalam sebuah dinamika politik selama sudah 30 tahun lamanya melakukan regenerasi.
“Tidak ada di tempat lain ada rumah dan aktivisnya yang menyatu sebagai suatu komunitas yang bertahan sampai saat ini. Saya dulu dari solo selalu mampir ke rumah ini kalo ada konsolidasi gerakan melawan rezim Orde Baru ujar Eko yang dulu aktivis mahasiswa UNS Surakarta.
Sedangkan bagi Budiman Sudjatmiko rumah Rode mempunyai kenangan tersendiri dan jadi bagian sejarah hidupnya.
“Saya belajar politik di Rumah Rode sejak SMA dan awal masuk kampus UGM. Rode menjadi tempat baca buku, diskusi, rapat aksi demonstrasi sampai melakukan advokasi buruh dan petani. Saya belajar nilai kolektif kebersamaan dan tidak hanya memikirkan hidupnya sendiri melainkan harus berjuang bersama rakyat ya di Rode ini,” demikian tandas Politisi anggota DPR RI PDIP ini.
Mantan Ketua KPK, Busyro Muqodas mempunyai penilaian sendiri terhadap rumah Rode. Penghuninya sebagian besar mahasiswa UII yang saya kenal di kampus selalu kritis dan cenderung ugal-ugalan. Tapi saya salut nilai akademik intelektual mereka di atas rata-rata mahasiswa lainnya. Saya beberapa kali diundang untuk mengisi diskusi di Rumah Rode, mereka menyukai tema Islam yang cenderung kekiri-kirian karena mementingkan pembelaan pada kaum tertindas seperti buruh petani dan korban pelanggaran HAM,” ujar Busro yang kini aktif kembali mengajar di Kampus FH UII
Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas HAM RI dan kini menjadi Tenaga Ahli Utama Kantor Staff Presiden RI merupakan penghuni dari generasi pertama rumah rode saat masih menjadi aktivis mahasiswa UII tahun 1988.
“Dinamika intelektual kritis, advokasi rakyat dan aksi jalanan demonstrasi menjadi kesatuan aktivitas yang benar-benar menempa diri mahasiswa dari dulu sampai sekarang. Tidak berlebihan jika Rumah Rode ditetapkan menjadi cagar budaya oleh Pemerintah,” ujar Ifdal.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Ketua Panitia Rembuk Nasional 30 tahun Rode, Suprianto Antok mengatakan, setiap dua tahun sekali kelompok Rode dari periode awal sampai generasi jaman now selalu mengadakan pertemuan untuk bersilaturahmi seperti layaknya keluarga besar sambil mendiskusikan situasi politik nasional, gerakan mahasiswa dan gerakan demokrasi civil society terkini,” katanya (Suratih)