JAKARTA- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas terjadinya kasus penembakan terhadap warga sipil di 3 (tiga) tempat terpisah di Provinsi Papua baru-baru ini. Hal ini disampaikan Irma Riana Simanjuntak, Humas PGI pada www.Suarakristen.com dan dimuat ulang Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (8/6)
Menyikapi hal tersebut, Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia menyatakan mengecam terjadinya penembakan atas warga sipil yang terjadi di 3 (tiga) kabupaten yang berbeda di wilayah Papua, yang mengakibatkan kematian dan luka berat.
“Penembakan warga sipil yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan dengan menggunakan senjata negara merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran terhadap ketentuan yang diberikan negara kepada institusi TNI/POLRI,” tegasnya.
PGI menyatakan duka yang mendalam kepada semua keluarga korban yang terluka dan yang kehilangan anggota keluarganya dalam insiden-insiden ini.
“Kiranya Tuhan yang Rahmani memberikan penghiburan bagi seluruh keluarga,” ujarnya.
Menurutnya, PGI mendesak dan mendukung upaya pihak kepolisian RI dalam hal ini Kepolisian Daerah Papua bekerja sama dengan Komnas HAM Perwakilan Papua untuk terus melakukan investigasi yang objektif dan transparan.
PGI juga mendesak dan mendukung upaya yang dilakukan POLRI dan TNI dalam hal ini Kodam XVII Cenderawasih untuk memproses dan menghukum para pelaku yang terlibat kekerasan di Kabupaten Deiyai, Asmat dan Merauke, baik warga sipil maupun aparat POLRI/TNI sesuai prosedur hukum yang berlaku, demi tegaknya keadilan yang tidak pandang bulu.
“Kami meminta pemerintah, lembaga adat dan gereja-gereja di Papua untuk ikut aktif memfasiltasi proses rekonsiliasi dalam masyarakat; termasuk proses penyembuhan trauma dan ketakutan yang dialami masyarakat, baik para keluarga korban yang tewas dalam insiden tersebut, serta yang mengalami luka-luka, maupun trauma akibat tindak pengrusakan, penjarahan dan penganiayaan,” katanya.
PGI menurutnya meminta aparat POLRI dan TNI agar dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam masyarakat berusaha memahami kebiasaan masyarakat setempat, menggunakan kearifan lokal, dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan yang menciderai matabat kemanusiaan.
“Demi tegaknya keadilan dan terwujudnya perdamaian di Tanah Papua,” tegasnya.
Penembakan Warga Sipil
Sebelumnya dikabarkan penembakan warga sipil terjadi di Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, pada 21 Mei 2019 telah terjadi penembakan terhadap warga sipil yang diduga melakukan tindak pidana pengrusakan kendaraan bermotor. Hal ini menyulut kemarahan warga sekitar yang menyebabkan.terjadinya bentrokan antara aparat keamanan dengan warga setempat, yang mengakibatkan tewasnya satu orang warga karena tertembak.
Di Distrik Fayit, Kampung Bais, Kabupaten Asmat, pada 27 Mei 2019 telah terjadi amukan massa yang konon dipicu oleh tidak terpilihnya salah seorang calon legislatif yang didukung warga. Sangat disesalkan bahwa dalam upaya aparat keamanan untuk mengamankan situasi, justru terjadi penembakan yang menyebabkan 5 orang warga menjadi korban, yakni 4 orang tewas dan 1 orang sedang dalam perawatan.
Di Distrik Kimaam, Kampung Wanam, Kabupaten Merauke pada tanggal 3 Juni 2019 telah terjadi bentrokan antara seorang warga sipil dan aparat keamanan yang nampaknya dipicu oleh pengaruh miras. Insiden ini berakhir dengan penembakan terhadap pemuda warga sipil tersebut, yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan, yang menyebabkan korban meninggal di tempat.
Tim Investigasi
Sebelumnya, Tim investigasi telah turun ke lokasi kerusuhan di Kampung Fayit, Distrik (Kecamatan) Fayit, Kabupaten Asmat, Papua. Hasil penyelidikan sementara tim yang dipimpin Danrem 174/ATW, penembakan yang menewaskan empat warga dilakukan anggota Koramil dalam posisi terdesak.
Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi mengatakan, insiden ini berawal saat massa merusak Kantor Distrik Fayit, Senin (27/5) pukul 10.00 WIT. Serka F anggota Koramil ketika itu melepaskan tembakan peringatan ke atas untuk membubarkan massa.
Namun bukan membubarkan diri, massa berbalik mengejar Serka F hingga terpojok ke salah satu rumah warga yang dijadikan tempat berjualan. Jarak antara Serka F dan warga yang marah akibat calonnya berinisial JK tidak terpilih dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 hanya sekitar satu meter sehingga yang bersangkutan kembali menggeluarkan tembakan.
“Saat itu pelaku yang membawa senpi SS 1 dikejar massa termasuk keempat korban dengan membawa senjata tajam di antaranya panah dan kayu,” kata Aidi, Rabu (29/5).
Kapendam Cenderawasih mengatakan, dugaan sementara kelima korban, empat di antaranya meninggal akibat terprovokasi JK. Ditemukan barang bukti berupa anak panah dan selongsong peluru serta parang yang diduga dibawa korban saat menyerang Serka F di sekitar TKP.
Diketahui, insiden penembakan ini berawal dari unjuk rasa JK, caleg yang gagal menjadi anggota DPRD Asmat bersama 350-an pendukungnya ke Kantor Distrik Fayit.
Namun aksi massa ini dihalangi anggota sehingga mereka melakukan perusakan terhadap rumah Handayani yang letaknya bersebelahan. Anggota berupaya melerai dengan menggeluarkan tembakan namun warga berbalik dan mengejarnya. Karena terdesak, terjadi penembakan hingga menyebabkan empat orang tewas dan satu orang terluka.
Keempat jenazah sudah dimakamkan di kampung halamannya masing masing. Identitas mereka yakni Xaverius Sai (40), Nikolaus Tupa (38), Matias Amunep (16) dan Frederikus Inepi (35). Sementara korban luka tembak Jhon Tatai (25) masih dirawat di RSUD Asmat. (Calvin G. Eben-Haezer)

