Hal itu pun pernah diungkap The Washington Post, yang melaporkan, mengutip akuntansi transfer dan penjualan yang tidak diklasifikasikan.
The Washington Post memberitakan, Washington sudah mengirim senjata ke Ukraina yang berguna untuk pertempuran perkotaan.
Senjata-senjata canggih dalam jumlah banyak yang dikirim, seperti peluncur rudal M141, senapan M500.
Kemudian peluncur granat Mk-19, serta senjata mini M134, yang bisa dilakukan oleh Kiev. menginstal pada helikopter militer.
Bukan itu saja, AS juga dilaporkan mengirim pakaian pelindung untuk membuang persenjataan peledak yang tidak diledakkan.
Surat kabar itu mencurigai ada gerakan terselubung, lantaran tidak mungkin Ukraina menggunakan senjata super canggih dan sebanyak itu hanya untuk menyerang Republik Donbass.
The Washington Post lantas merinci biaya militer AS untuk Ukraina pada pengiriman akhir Desember mencapai 200 juta dolar AS (Rp2,8 triliun).
Kemudian AS melakukan pengiriman tambahan peralatan dan persenjataan untuk Ukraina.
Angka yang dikirim AS jauh lebih besar, senilai 350 juta dolar (Rp5 triliun) dan telah disetujui pada akhir Februari 2022.
Sekitar 240 juta dolar AS (Rp3,4 triliun) sudah dikirimkan, menurut The Washington Post yang mengutip seorang pejabat senior pertahanan anonim.
“Kemudian pengiriman terakhir, termasuk sistem pertahanan udara portabel manusia Stinger,” kata sumber surat kabar itu.
“Ini (pengiriman peralatan militer AS ke Ukraina) adalah proses yang berkelanjutan,” ujar sumber The Washington Post.
“Kami selalu, selalu melihat apa yang dibutuhkan Ukraina, dan kami telah melakukan ini selama bertahun-tahun hingga sekarang,” ucap dia menambahkan.
“Kami baru saja mempercepat proses mengidentifikasi persyaratan dan mempercepat konsultasi kami juga dengan Ukraina, berbicara dengan mereka setiap hari, berbeda dengan pertemuan berkala yang kami lakukan sebelum krisis ini,” tutur sumber melengkapi.
Dalam rentetan pengiriman senjata oleh AS ke Ukraina, yang terbaru adalah sistem rudal Javelin.
Sistem tersebut yang digunakan oleh militer Ukraina dan batalyon nasionalis untuk menargetkan kendaraan lapis baja Rusia.
Sebagai informasi, Washington telah mengirimkan dan menjual ratusan rudal Javelin ke Ukraina setidaknya sejak 2018.
Apa yang dilakukan Washington adalah jelas telah mengabaikan seruan dari Rusia untuk berhenti memprovokasi Ukraina dengan senjata.
Moskow berpendapat hal itu dapat memperburuk konflik di Donbass dan mendorong Kiev untuk menyelesaikannya secara militer.
Dan benar saja, saat Rusia melakukan operasi khusus pada 24 Februari, semua senjata kiriman AS dan Barat digunakan Ukraina.
Pada saat itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, Rusia tidak punya pilihan selain memulai operasi militer khusus di Ukraina, setelah Kiev gagal mengimplementasikan perjanjian Minsk dan mengancam akan memperoleh senjata nuklir dengan menarik diri dari Memorandum Budapest.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Putin mengatakan bahwa tujuan dari misi tersebut adalah untuk mendemilitarisasi dan mende-Nazifikasi Ukraina. (Calvin G. Eben-Haezer)