JAKARTA- AS-Nato dan proksinya, rezim (Zeilensky), semakin kalap. Nazi Ukraina melancarkan serangan teror ke wilayah Moldova. Plot kotor tujuannya mudah dibaca oleh siapapun: menimpakan tuduhan bahwa pelakunya adalah Rusia lalu berharap Moldova termakan tipuan ini dan melancarkan serangan melawan Russia. Hal ini disampaikan Joko Purwanto, Ketua Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia dalam akun Facebooknya dikutip Bergelora.com di Jakarta, Kamis (28/4).
*Sejak awal operasi militer Rusia di mulai (Z)eilensky dan AS beroperasi untuk membuka front perang melawan Rusia. Di minggu minggu awal (Z)eilensky tentu saja dibelakangnya di support oleh Pentagon berusaha menghasut agar Georgia menyerang Rusia. Beruntunglah rakyat Georgia, pemerintahnya masih waras dan tidak mau tertipu 2 kali oleh siasat licik AS-Nato,” ujarnya.
Joko Purwanto mengingatkan, perang 5 hari Georgia-Russia tahun 2008 menjadi mimpi buruk bagi rakyat Georgia. Bagaimana AS-Nato memprovokasi Georgia lewat proxy nya Presiden Saakhasvili untuk menyerang Ossetia Selatan dan Akbhazia, merobek perjanjian penyelesaian damai dengan Russia di wilayah itu.
Joko Purwanto memperjelas tujuan provokasi AS-Nato pada dasarnya mendorong Georgia berperang dengan Rusia. Tentu saja Rusia menanggapi serangan itu, dengan operasi militer kilat menggulung tentara Georgia dalam 5 hari. Bahkan jika saja Perancis, Jerman dan Uni Eropa tidak buru buru datang memohon perdamaian ke Rusia, dalam seminggu Tbilisi terancam jatuh.
“AS-Nato yang menjanjikan dukungan minggat begitu saja meninggalkan nasib buruk menimpa Georgia saat itu ,” ujarnya.
Saat ini (Z)eilensky dan AS terus melancarkan hasutan perang ke seluruh Eropa. Meminta bantuan pesawat tempur, Zona Larangan Terbang. Seolah Eropa bodoh untuk memahami bahwa itu adalah perang terbuka melawan Rusia, Perang Dunia baru, Perang nuklir di Eropa.
“Seluruh hasutan perang terbukti gagal. Kini provokasi dilakukan dengan serangan teror di Moldova. Jika pemerintah Moldova cerdas dan bertekat melindungi warganya mereka akan belajar dari pengalaman Georgia,” kata Joko Purwanto.
Menurutnya langkah terbaik adalah berkoordinasi dengan Rusia untuk melawan teror dari Nazi Ukraina yang diback up AS-Nato. Moldova akan baik baik saja, tagihan utang gas ke Rusia juga bisa dibicarakan dengan baik baik.
“Cukup mengingat dengan baik kalimat Henry Kissinger: to be an enemy America is dangerous but to be a friend is fatal,” ujarnya.
Bagi Rusia, provokasi Ukraina di Moldova akan menjadi dorongan besar untuk segera membersihkan Odessa dari gerombolan Nazi di Odessa. Sehingga terbangun jembatan darat untuk melindungi etnis Russia di Transnitria.
“Kita tunggu saja, bagaimana Moldova akan memilih jalan dan takdirnya,” ujarnya.
Rangkaian Provokasi Di Moldova
Sebelumnya dilaporkan, otoritas Moldova melaporkan dua ledakan menargetkan sebuah menara radio di wilayah Transnistria, yang terletak dekat perbatasan Ukraina. Transnistria merupakan wilayah separatis yang didukung Rusia.
“Pada 26 April pagi, dua ledakan terdengar di desa Mayak di distrik Grigoriopolsky,” kata Kementerian Dalam Negeri wilayah Transnistria dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Selasa (26/4/2022).
Disebutkan bahwa ledakan itu terjadi pukul 06.40 waktu setempat dan pukul 07.05 waktu setempat, dengan menargetkan pusat radio Mayak, yang berjarak 50 kilometer dari ibu kota wilayah itu, Tiraspol.
Kementerian Dalam Negeri Transnistria melaporkan bahwa dua antena yang ‘kuat’, yang menyiarkan ulang radio Rusia, rusak akibat ledakan itu. Foto yang dibagikan kementerian menunjukkan kedua antena yang rusak itu tergeletak di tanah.
Ditambahkan Kementerian Dalam Negeri Transnistria bahwa tidak ada korban luka akibat ledakan itu.
Pada Senin (25/4) waktu setempat, otoritas Transnistria melaporkan bahwa kantor kementerian keamanan negara di Tiraspol dihantam apa yang disebut sebagai serangan peluncur granat.
Tidak ada alasan untuk secara langsung mengaitkan kedua insiden tersebut. (Web Warouw)