JAKARTA- Sebuah pesan di sebuah grup Whatsapp mengagetkan. “Salib dikuburan mbak Lies, kawan kita dicabut orang!” demikian Damairia Pakpahan Kamis (27/6). Saat itu redaksi Bergelora.com sedang menunggu keputusan sidang Mahkamah Konstitusi (MK) atas gugatan pasangan Prabowo-Sandi kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas kemenangan pasangan Jokowi-Maaruf dalam Pilres 2019.
“Ini kan bukan kejadian pertama di Yogyakarta, mesti dipastikan polisi serius mencari pelaku dan otak atau dalangnya mengapa ini terjadi lagi,” tegas Damairia Pakpahan kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (27/6).
Aktivis Gerakan Perempuan ini geram. Almarhum Mbak Lies yang bernama asli Sulistyaningsih (58 tahun) adalah salah satu pelopor gerakan rakyat di Yogyakarta di tahun 80-an. Mbak Lies bersama suaminya Mas Gie (Sugianto) seorang pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) dan Romo Mangun (Romo YB Mangunwijaya, Pr.) pernah sama-sama mengadvokasi rakyat pinggir kali Code, Yogyakarta. Mbak Lies juga ikut dalam advokasi rakyat Kedung Ombo yang digusur oleh Program pembangunan waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah. Mbak Lies juga teribat dalam berbagai aktivitas pendidikan masyarakat dan pengorganisasian gerakan perempuan di Yogyakarta.
“Vandalisme pada kuburan yang bermotif SARA seperti ini mesti dibawa ke ranah hukum atas pelanggaran terhadap kebebasan beragama ya. Ini serius karena hak-hak warganegara yang setara bukan soal mayoritas dan minoritas. Hak warganegara adalah setara di negera ini. Intoleransi tidak bisa didiamkan dan mesti diusut tuntas!” tegasnya berang.

Adik Mbak Lies, Icus (Susiana Sahetapy) menceritakan, pagi itu Kamis (28/6), keluarga almarhum Mbak Lies hendak nyekar setelah 40 hari kepergiannya untuk selamanya. Ditengah perjalanan ponakan Mbak Lies terus menangis dan makin menjadi saat mendekati lokasi makam. Itu memang pemakaman Kristen milik Rumah Sakit Bethesda yang masih baru. Letaknya di Desa Metes, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Diatas kompleks pemakaman Kristen terdapat lokasi pemakaman umum.
“Nah, kaget kami ketika sampai. Kok salibnya gak ada. Ada bekas dicabut. Beberapa karangan bunga masih tersisa. Kami kemudian merapikan makam Mbak Lies. Kami semua sedih sekali. Vas dari tanah liat ketemu ditumpukan daun jati tapi sudah pecah,” Icus menceritakan kepada Bergelora.com. Mbak Lies meninggal pada 18 Mei 2019, kebetulan pas bulan purnama dan hari peringatan Waisak, dibulan bulan puasa. Mbak Lies meninggalkan 3 orang anak yang sudah dewasa semua. Salah seorang anaknya menjadi wartawan di Jakarta.
Vas bunga itu belum lama diletakkan di makam,– beberapa hari setelah pemakaman. Kompleks makam itu memang sepi dan tidak ada yang menjaga karena di tengah hutan jati.
“Kami keluarga sempat sedih. Namun akhirnya positif thinking aja. Kali aja ada yang butuh sama salib kayu itu.” kata Icus. Ia menceritakan, salib di beberapa makam yang lain tetap berdiri tegak, mungkin karena sudah disemen.
“Kami berharap jangan lagi ada (pencabutan salib-red) seperti ini yang menimpa keluarga yang lain,” ujar Icus.
Akhirnya Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak gugatan Prabowo-Sandi yang gagal membuktikan adanya kecurangan dalam Pemilihan Presiden 2019. Dengan demikian keputusan yang bersifat final dan mengikat tersebut memastikan hasil penghitungan suara kemenangan Jokowi-Ma’aruf untuk menjadi Presiden RI 2019-2024.
“Intoleransi sudah keburu merebak mewarnai politik pemilihan presiden. Kaum minoritas menjadi sasaran aksi-aksi berbasis sentimen perbedaan agama. Ini PR berat bagi Pemerintahan Jokowi kedepan. Demokrasi sudah keburu diracuni,” tegasnya. (Web Warouw)