Senin, 25 Agustus 2025

SIAP-SIAP NIH…! Goldman Sachs Peringatkan Risiko Keruntuhan Dolar AS, Sejumlah Negara Transaksi Pakai Mata Uang Lain

JAKARTA — Dominasi mata uang Dollar AS diprediksi segera berakhir. Perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Goldman Sahcs memperingatkan bahwa Dolar AS menghadapi sejumlah risiko.

Dominasi global mata uang Negeri Paman Sam itu akan secara perlahan terkikis. Goldman Sahcs menyebutDolar AS akan menghadapi beberapa tantangan seperti yang dihadapi Pound Inggris pada awal tahun 1900 silam.

Mengutip Bussiness Insider. langkah AS dan sekutunya untuk membekukan bank sentral Rusia dari sebagian besar cadangan mata uang asingnya telah menimbulkan kekhawatiran. Negara-negara dapat mulai menjauh dari penggunaan dolar, karena kekhawatiran tentang kekuatan yang diberikan mata uang itu kepada AS.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, Goldman Sahcs merilis hasil penelitiannya pada Kamis waktu setempat, pekan ini, yang menunjukkan tanda bahwa investor besar mengambil risiko terhadap dolar dengan serius.

Analis bank, termasukn, ekonom Cristina Tessari, mengataka dolar menghadapi sejumlah tantangan serupa dengan yang dihadapi oleh pound Inggris sebelum melemah. Pound pernah menjadi mata uang cadangan milik dunia. Dominasinya terkikis kemudian digantikan oleh dolar pada pertengahan abad ke-20.

Fakta juga menunjukkan bahwa pangsa perdagangan global Amerika Serikat yang lebih kecil dari dominasi Dolar AS dalam dunia pembayaran global. Peningkatan utang luar negeri serta masalah geopolitik seperti perang Rusia di Ukraina ikut berpengaruh.

Analis Goldman menyebut investor internasional menjadi semakin enggan untuk menahan pound Inggris setelah negara itu menanggung utang besar dalam Perang Dunia II. “Jika utang penerbit mata uang cadangan dibiarkan tumbuh relatif terhadap PDB, akhirnya orang asing mungkin enggan untuk menahan lebih banyak,” tulis analis Goldman.

Gita Gopinath, wakil direktur di Dana Moneter Internasional, mengatakan kepada Financial Times minggu ini bahwa sanksi Barat terhadap Rusia dapat menciptakan sistem global yang lebih terfragmentasi yang dapat merusak dolar.

Sebelumnya, bank investasi global Credit Suisse memprediksi bahwa era dolar sebagai mata uang dunia akan mengalami keruntuhan. Sementara aset digital dan emas akan menggantikan posisi dolar AS.

Pendiri bursa kripto BitMEX Arthur Hayes mengimbau sejumlah pihak untuk mengesampingkan masalah Rusia-Ukraina. Hayes mendorong berbagai pihak untuk menyadari dampak ekonomi yang disebabkan oleh sanksi ekonomi.

Hayes percaya ratusan miliar dolar bakal mengalir ke emas dan bitcoin pada dekade berikutnya. Di saat yang sama, dia juga meyakini “100 persen” bahwa krisis keuangan dan hiperinflasi Dolar AS akan segera terjadi.

Laman resmi blog BitME menyatakan pembekuan lebih dari 600 miliar Dolar AS dalam cadangan devisa Rusia akan menggoyahkan kepercayaan pemerintah dunia lain dalam menyimpan nilai mereka dalam perbendaharaan AS. China khususnya, yang memiliki surplus anggaran terbesar di dunia lebih dari 273 miliar dolar AS per tahun tidak akan lagi menggunakan ini untuk meningkatkan posisi mata uang fiatnya.

Hayes memprediksi bahwa China dan negara-negara surplus perdagangan lainnya akan melihat emas dan komoditas lain yang dapat disimpan untuk memarkir nilai sekitar 967 miliar dolar AS per tahun, yang dulunya milik mata uang fiat. Sebaliknya, ini akan sangat melemahkan kekuatan Dolar AS yang telah memerangi inflasi tertinggi yang pernah terjadi dalam 40 tahun.

Beberapa negara di dunia juga mulai mengurangi ketergantungan pada Dolar AS sebagai alat pembayaran perdagangan internasional.

Pada forum Side Event Finance Track G20, Maret lalu,Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengajak negara-negara lain mengurangi pemakaian mata uang Dolar AS dalam bertransaksi.

Sri Mulyani mempromosikan kesepakatan penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dengan Malaysia, Thailand, Jepang, dan China dalam bertransaksi.

“Dengan diversifikasi mata uang, diharapkan dukungan terhadap stabilitas ekonomi makro makin kuat, dan proses pemulihan ekonomi terus berkelanjutan, tidak hanya untuk masing-masing negara, tetapi juga secara global,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga mengajak negara-negara G20 memanfaatkan pesatnya kemajuan sektor keuangan digital. Meski, juga masih perlu mewaspadai risiko sistem pembayaran digital, seperti sisi keamanan siber dan risiko pencucian uang.

Status Dolar AS sebagai alat pembayaran transaksi perdagangan internasional, seperti analisis Goldman Sachs, sebagian besar sangat tergantung pada Amerika Serikat sendiri. “Kebijakan yang memungkinkan defisit transaksi berjalan yang tidak berkelanjutan untuk bertahan, menyebabkan akumulasi utang luar negeri yang besar, dan/atau mengakibatkan inflasi AS yang tinggi, dapat berkontribusi untuk substitusi ke mata uang cadangan lainnya,” kata analis bank. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru