JAKARTA — Eks Kepala Densus 88 Antiteror, Komjen Marthinus Hukom, mengungkapkan terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta pernah melaporkan tindakan perundungan (bullying) kepada pihak sekolah, namun laporan tersebut diduga diabaikan.
Temuan ini menjadi bagian dari rangkaian penyelidikan atas insiden yang melukai puluhan orang itu.
Marthinus menjelaskan, informasi tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan penyidik serta keterangan para siswa di sekolah. Laporan itu juga diperkuat oleh catatan pribadi terduga pelaku yang berstatus anak berkonflik dengan hukum (ABH).
“Itu kan dari hasil investigasi anak-anak penyidik di lapangan ya. Bahwa dia bersama temannya itu pernah lapor ke sekolah bahwa dia di-bully, tapi tidak ditanggapi,” kata Marthinus, Selasa (18/11/2025).
Menurut Marthinus, penyidik telah menelusuri cerita tersebut dengan meminta keterangan dari siswa lain serta membaca catatan yang ditulis ABH. Dalam buku itu, pelaku mengungkapkan rasa tidak berdayanya setelah laporan perundungan tidak digubris pihak sekolah.
“Bahkan dia kan sampai bilang bahwa, ‘Untuk apa percaya sama Tuhan, kita lapor kepada sekolah aja juga tidak ada keadilan,’ begitu,” ujar Marthinus.
Ia menilai pihak sekolah perlu bersikap terbuka dan jujur mengenai adanya perundungan di lingkungan siswa.
Menurut dia, perundungan memiliki banyak bentuk dan tidak selalu tampak sebagai tindakan besar.
Respons Kepala Sekolah
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, secara terpisah, Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Tampubolon, membantah adanya laporan perundungan dari siswa maupun guru.
“Yang saya panggil memang satu, lalu saya minta tolong ke tiga guru BK lainnya, ‘siapa yang sudah dihubungi?’ Ternyata jawabannya, ‘Bu, kami enggak ada (laporan soal bully),’” kata Tetty.
Ia juga mengaku telah melakukan pendekatan lebih halus dan mendalam kepada para siswa untuk menggali informasi, namun tidak ada pengakuan mengenai adanya perundungan terhadap terduga pelaku.
“Ya, sepengakuan anak-anak itu, mereka tidak tahu sebenarnya anak ini (pelaku) di-bully atau tidak. Dan sampai saya tanyakan secara mendalam dan hati-hati banget, karena saya kepingin anak-anak berkata jujur,” ujarnya.
Kronologi Ledakan
Kepada Bergelora.com di Jakarta, ledakan terjadi di masjid SMAN 72 Jakarta pada Jumat sekitar pukul 12.15 WIB, saat siswa dan guru tengah melaksanakan salat Jumat.
Masjid tersebut berada di dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading. Menurut saksi, suara ledakan pertama terdengar ketika khotbah berlangsung, kemudian disusul ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda. Insiden ini mengakibatkan 96 orang luka-luka.
Penyelidikan awal menunjukkan terduga pelaku merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut, yang sebelumnya dikabarkan mengalami perundungan dan diduga menjadi salah satu latar belakang aksinya.
Polisi juga menemukan benda menyerupai airsoft gun dan revolver di lokasi kejadian. Setelah diperiksa, keduanya dipastikan merupakan senjata mainan. Saat ini, motif dan penyebab pasti ledakan SMAN 72 Jakarta masih dalam penyelidikan kepolisian.
Kembali Bersekolah, Siswa SMA 72 Jakarta Tetap Dapat Pendamping Psikologis
Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Simbolon, menegaskan bahwa seluruh siswa tetap mendapatkan pendampingan psikologis saat pembelajaran tatap muka setelah peristiwa ledakan kembali dimulai pada Senin (17/11/2025).
“Ya kami (lakukan) apa yang membuat mereka merasa nyaman ajalah dulu saat ini ya. Itu yang dapat kami lakukan,” ujar Tetty.
Ia menjelaskan bahwa pendampingan psikologis diberikan baik secara individual maupun kelompok.
“Kami masih memberikan ruang untuk mereka yang masih sangat memerlukan (pendampingan) secara individu, dan ada yang minta klasikal, ya ketemu dengan ini ya, rame-rame,” jelasnya.
Menurut Tetty, sejumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar secara luring tampak ceria.
“Mereka gembira, mungkin karena udah lama enggak ketemu teman, dan ya pasti mereka kangen lah sama teman, sama guru-gurunya,” ungkapnya.
Meski begitu, ia menyebut masih ada beberapa siswa yang memilih tidak hadir dalam kegiatan belajar tatap muka.
“Ada yang memang masih pasca pemulihan dari keluar dari rumah sakit, ada yang memang masih di rumah sakit, dan ada yang memang masih ada rasa takut, ya orangtuanya ragu-ragu, anaknya ragu-ragu, seperti itu,” katanya.
Saat ini, Tetty berharap para siswa yang masih sakit dapat segera pulih.
“Doakan ya anak-anak kami yang masih sakit ya. Semoga mereka cepat sembuh,” tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, ledakan terjadi di masjid sekolah SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025) pukul 12.15 WIB.
Ledakan terdengar saat siswa dan guru sedang melaksanakan salat Jumat di masjid sekolah, yang berada di dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading.
Keterangan saksi menyebutkan, suara ledakan pertama terdengar ketika khotbah sedang berlangsung, lalu disusul suara ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda.
Ledakan itu mengakibatkan 96 orang luka-luka. Penyelidikan awal kepolisian menunjukkan pelaku diduga merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut. Polda Metro Jaya telah memastikan pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta tidak memiliki keterkaitan dengan jaringan teror mana pun.
“Tindakan dilakukan secara mandiri, tanpa keterkaitan dengan jaringan teror tertentu,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri dalam konferensi pers, Selasa (11/11/2025).
Asep menjelaskan, hasil penyelidikan menunjukkan pelaku merupakan anak di bawah umur yang masih berstatus sebagai siswa aktif di SMAN 72 Jakarta.
Ayah dan Kakak Akan Diperiksa
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporka, Polda Metro Jaya akan memeriksa ayah dan kakak anak berhadapan dengan hukum (ABH) atau pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta pada pekan ini.
“Minggu ini agenda pemeriksaan tambahan ayah dan kakak kandung ABH,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto saat dikonfirmasi, Senin (17/11/2025).
Namun Budi tidak menyebutkan tanggal kapan ayah dan kakak pelaku diperiksa polisi.
Sementara itu, ABH sudah dipindahkan dari ruang ICU ke ruang rawat inap RS Polri Kramat Jati. Pelaku juga akan diminta keterangan oleh penyidik.
Budi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan KPAI, Balai Pemasyarakatan (Bapas), Dinas Sosial Pemberdayaan Perlindungan Perempuan (P3A), dan Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor).
“Minggu ini penyidik akan berkoordinasi dengan dokter yang merawat untuk kondisi ABH secara keseluruhan,” tutur Budi.
Di samping itu, ibu ABH belum dapat diminta keterangan karena masih berada di luar negeri untuk pekerjaannya.
Sebelumnya, polisi sudah memeriksa ayah dari anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang menjadi pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Pemeriksaan dilakukan untuk mendalami latar belakang dan motif di balik peristiwa tersebut.
“Ayah ABH sudah dimintai keterangan termasuk beberapa saksi lainnya,” ujar Budi Hermanto di Mapolres Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Rabu (12/11/2025).
Adapun ledakan terjadi di masjid sekolah SMAN 72 Jakarta, Jumat sekitar pukul 12.15 WIB. Ledakan terdengar saat siswa dan guru sedang melaksanakan shalat Jumat di masjid sekolah, yang berada di dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading. Keterangan saksi menyebutkan, suara ledakan pertama terdengar ketika khotbah sedang berlangsung, lalu disusul suara ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda. Ledakan itu mengakibatkan 96 orang luka-luka.
Penyelidikan awal kepolisian menunjukkan pelaku diduga merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut. Siswa itu sebelumnya dikabarkan mengalami perundungan yang diduga menjadi salah satu latar belakang aksinya.
Polisi juga menemukan benda menyerupai airsoft gun dan revolver di lokasi kejadian.
Setelah diperiksa, kedua senjata tersebut dipastikan merupakan senjata mainan.
Saat ini belum diketahui motif ledakan SMAN 72 Jakarta itu. (Web Warouw)

