YOGYAKARTA- Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari mengkhawatirkan 5 Kasus Japanese Encephalitis (radang otak) di Kulonprogo berasal dari Nyamuk Wolbachia Yang Disebarkan. Hal ini diungkapkannya kepada pers di Jakarta dari Yogyakarta, Jumat (17/11) merujuk 5 kasus yang barusan terjadi di Kulonprogo.
“Untuk itu harus ada yang bwrtanggung jawab. Yang menyebarkannya harus meneliti 5 kasus tersebut dengan nyamuk Wolbachia yang mereka sebarkan,” ujarnya kepada Bergelora.com.
Karena menurutnya para ahli sudah memaparkan dampak penyebaran nyamuk Wolbachia akan membahayakan manusia, salah satunya menyebabkan
Japanese Encephalitis.
“Kami sudah meminta agar penyebaran itu dihentikan. Di Bali dihentikan, namun ternyata mungkin sudah disebarkan di Yogyakarta,” ujarnya.
Pernyataan Siti Fadilah:
Sebelumnya diberitakan suspek virus Japanese enhcephalitis (JE) ditemukan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Virus penyebab radang otak (Ensefalitis) ini dilaporkan menginfeksi lima orang anak, salah satunya meninggal dunia.
“Iya benar tahun ini kami menemukan lima anak suspek JE, satu di antaranya meninggal dunia. Ini bukan temuan baru karena tahun lalu juga ada temuan enam suspek, tapi seluruhnya dinyatakan negatif,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo, Rina Nuryati, saat dimintai konfirmasi wartawan, Selasa (14/11/2023).
Rina mengatakan temuan ini merupakan hasil dari kegiatan surveilans virus JE yang rutin digelar Dinkes Kulon Progo. Dalam pelaksanaannya, petugas surveilans memeriksa kondisi kesehatan masyarakat, khususnya yang mengalami gejala mirip JE seperti demam tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran.
Dari surveilans itulah Dinkes Kulon Progo menemukan lima anak suspek JE. Kelima anak itu dinyatakan suspek JE saat menjalani perawatan di rumah sakit pada akhir Oktober sampai awal November 2023.
“Jadi kelima anak ini sudah dirawat di rumah sakit yang berbeda-beda dan sudah mendapat penanganan oleh dokter anak. Dalam pemeriksaan, anak-anak ini menunjukkan gejala JE,” jelas Rina.
“Untuk kondisinya, empat anak sudah membaik dan kabarnya telah dipulangkan dari rumah sakit. Sedangkan satu anak meninggal dunia,” imbuhnya.
Rina mengatakan, Dinkes Kulon Progo telah mengambil sampel dari lima suspek JE tersebut. Sampel ini juga sudah dikirim ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jogja untuk dilakukan uji laboratorium.
“Sampel tersebut sudah kami kirim ke BBTKLPP Yogyakarta, tapi sejauh ini belum keluar hasilnya. Kami berharap hasilnya negatif,” ucapnya.
Rina menerangkan virus JE bersifat zoonosis atau ditularkan dari hewan ke manusia. Virus ini dibawa nyamuk jenis Culex yang telah terinfeksi virus JE dari binatang seperti sapi, ayam, dan jenis unggas lainnya.
“Jadi penularannya itu bukan manusia ke manusia, tapi lewat binatang, di mana paling banyak dari nyamuk Culex,” jelasnya.
Nyamuk Culex merupakan jenis nyamuk yang biasa ditemukan di sekitar rumah, area persawahan, kolam, atau daerah yang selalu digenangi air. Nyamuk Culex bisa menularkan virus JE ke manusia.
Namun, kata Rina, kelompok usia di bawah 15 tahun atau anak-anak menjadi kalangan yang paling rentan terinfeksi virus ini. Sebab, sistem kekebalan tubuh anak belum sepenuhnya terbentuk.
“Dewasa bisa, tapi yang rentan itu anak-anak di bawah usia 15 tahun. Makanya kita prioritaskan pemerintah akan memberikan imunisasi JE pada tahun depan untuk anak-anak umur 15 ke bawah,” ujarnya.
Sebagai langkah antisipasi, Rina mengimbau masyarakat agar menjaga kondisi tubuh tetap prima.
“Antisipasinya harus jaga kebersihan, memastikan kondisi rumah bersih biar tidak ada nyamuk. Terus karena dia virus, kita harus menjaga kondisi tubuh,” pungkasnya. (Web Warouw)