JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) siap menindaklanjuti tantangan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk memperbaiki praktik “goreng-menggoreng” saham di pasar modal sebelum pemerintah mempertimbangkan pemberian insentif.
Direktur Utama BEI Iman Rachman menegaskan pihaknya akan terus memperkuat sistem pengawasan transaksi di bursa serta memastikan kualitas perusahaan yang melantai di pasar modal.
“Kita akan terus meningkatkan pengawasan transaksi dengan instrumen dan peraturan yang ada serta meningkatkan kualitas IPO,” ujar Iman Rachman dikutip Bergelora.com di Jakarta, Minggu (12/10/2025).
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti praktik spekulatif di pasar saham dan menegaskan belum akan memberikan insentif bagi industri pasar modal sebelum perilaku tersebut dibenahi.
“Tadi direktur bursa minta insentif terus, yang belum tentu saya kasih. Akan saya berikan insentif kalau anda sudah merapikan perilaku investor di pasar modal. Artinya, yang goreng-gorengan dikendalikan supaya investor kecil terlindungi, baru saya pikirkan insentifnya,” kata Purbaya di gedung BEI, Kamis (9/10/2025).
Purbaya menegaskan kebijakan fiskal yang disiapkan pemerintah berfokus untuk mendorong perekonomian nasional, bukan sekadar mengerek pasar saham. Ia juga menyebut perbaikan ekonomi saat ini bersifat struktural dan berkelanjutan.
“Dengan diskusi tadi, mereka (pelaku pasar) akan lebih yakin bahwa perbaikannya sifatnya struktural dan akan berkembang terus ke depan. Saya pikir IHSG akan cenderung naik terus, mungkin 10 tahun lagi seperti yang saya bilang tadi, IHSG to the moon,” ujar Purbaya.
Menanggapi pernyataan tersebut, Pengamat Pasar Modal Panin Sekuritas Reydi Octa menilai pernyataan Menteri Keuangan dapat menjadi sinyal bahwa pemerintah ingin mengarahkan kembali fokus investor pada saham-saham dengan fundamental kuat.
“Secara implisit dapat membuka peluang untuk dana investor berotasi lagi ke saham-saham berfundamental yang solid seperti di sektor perbankan, telekomunikasi, dan manufaktur yang selama ini jadi tulang punggung IHSG,” ujar Reydi, Jumat (10/10/2025).
Menurutnya, pernyataan Purbaya menjadi pengingat bagi pelaku pasar agar kembali menimbang valuasi dan kinerja emiten, bukan hanya mengejar momentum jangka pendek.
“Pernyataan Menteri Purbaya seakan mengingatkan kembali kodrat saham dengan valuasi dan kinerja yang baik untuk dijadikan pilihan,” kata Reydi.
Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai kondisi pasar saat ini sudah terlalu ekstrem, dengan minat investor yang masih kuat terhadap saham-saham konglomerasi meski valuasinya tinggi.
“Investor seperti tidak ada takut-takutnya dengan saham konglo meski valuasinya sudah tinggi. Sedangkan blue chip ditinggal karena pergerakannya tidak menarik,” jelas Pandhu.
Ia menambahkan, meskipun kinerja emiten besar belum sepenuhnya membaik, peluang pemulihan masih terbuka pada tahun depan. “Mungkin tahun depan baru akan membaik, istilahnya low base effect, di mana tahun ini lesu, tahun depan jadi tampak membaik,” ujarnya.
Pandhu menilai, bagi investor jangka panjang, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk mulai mengoleksi saham-saham blue chip klasik. (Web Warouw)

