Selasa, 2 Desember 2025

SUDAH TERLAMBAT..! 1.009 Sekolah Rusak Imbas Bencana di Sumatera, Hutan Rusak karena Kebun Kelapa Sawit

Jakarta – Laporan World Wildlife Fund (WWF) menyebut sekitar 15 miliar pohon ditebang setiap tahun di seluruh dunia. Negara seperti Brasil dan DR Kongo menjadi yang paling banyak kehilangan hutan primernya. Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut data yang dikumpulkan Statista pada 2022, Brasil menjadi negara yang paling banyak kehilangan hutan tropis primer di dunia. Total hutan primer di Brasil yang hilang mencapai 1,7 juta hektare.

Menyusul DR Kongo dengan kehilangan 512 ribu hektare dan Bolivia dengan 385,6 ribu hektare. Sementara Indonesia, berada di peringkat selanjutnya dengan kehilangan hutan primer mencapai 230 ribu hektare.

Foto udara pengendara melintasi jalan nasional Medan-Banda Aceh yang terendam banjir di Desa Peuribu, Arongan Lambalek, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27/11/2025). (Ist)

Manusia Jadi Penyebab Utama Deforestasi

Menurut WWF, sebagian besar deforestasi berkaitan dengan alih lahan yang dilakukan oleh manusia. Di berbagai negara, alih lahan bisa berupa lahan untuk pakan ternak hingga perkebunan kelapa sawit.

Hutan yang dirusak ini, dilakukan demi memenuhi permintaan global untuk kebutuhan daging, minyak sawit, dan sebagainya. Ini kenapa, perilaku konsumtif daging sering dikaitkan dengan proses panjang dari kerusakan hutan secara global.

Padahal keberadaan hutan sangat penting sebagai penyerap karbon karena bisa menyerap sekitar 16 miliar metrik ton karbon dioksida per tahun. Dalam hal ini, hutan-hutan global menyimpan 861 gigaton karbon di cabang, daun, akar, dan tanahnya, demikian dilansir earth.org.

Di sisi lain, hutan juga berperan penting dalam siklus air, terutama dalam penyerapan. Dengan adanya deforestasi di berbagai negara termasuk di Indonesia, maka otomatis berkontribusi terhadap perubahan iklim global.

Deforestasi menghilangkan tutupan lahan, sehingga tanah terpapar angin dan hujan. Dampaknya, bisa memperparah terjadinya banjir dan tanah longsor.

Menurut WWF, hampir separuh lapisan tanah atas dunia telah hilang akibat hilangnya hampir 4 juta mil persegi hutan sejak awal abad ke-20.

Di Indonesia, kehilangan hutan tropis dikaitkan dengan aktivitas pertambangan. Sebuah studi bertajuk “A pantropical assessment of deforestation caused by industrial mining” oleh Stefan Giljum, dkk yang diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) 12 September 2022, mengungkapkan bahwa Indonesia jadi negara yang terburuk, yang berkontribusi terhadap 58,2% deforestasi hutan tropis karena tambang

Pada periode 2000 hingga 2019, lahan hutan tropis seluas 3.264 km persegi dibabat untuk aktivitas pertambangan. Penelitian tersebut mengkaji aktivitas di 26 negara berdasarkan citra satelit, mencakup 76,7% dari deforestasi terkait pertambangan yang terjadi antara 2000 dan 2019, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.

Selain aktivitas pertambangan, deforestasi di Indonesia juga disebabkan karena pembukaan lahan untuk sawit.

Sebuah studi yang terbit di IOP Science pada 1 Februari 2019 oleh Kemen G Austin, dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa pada periode antara tahun 2001 dan 2016, perkebunan kelapa sawit menjadi pendorong tunggal terbesar deforestasi, yang mengakibatkan 23% (90% CI 18%-25%) deforestasi secara nasional.

Pada periode tersebut, deforestasi terbesar pada periode tersebut terjadi di Sumatera disusul Kalimantan dengan lebih dari 40 persen (dari deforestasi nasional).

“Tingkat deforestasi yang tinggi dan terus meningkat selama tahun 2001-2016, yang mengakibatkan emisi GRK yang besar dan membahayakan jasa ekosistem yang berharga. Deforestasi ini sebagian besar terjadi di pulau-pulau besar Sumatera (47% dari deforestasi nasional) dan Kalimantan (40% dari deforestasi nasional),” tulis para peneliti.

Sementara itu, studi dari peneliti Harvard University menunjukkan adanya penurunan kemampuan pepohonan di Kalimantan untuk menyimpan karbon. Hal ini terutama hutan-hutan yang berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit.

Penelitian tersebut telah terbit di Proceedings of the National Academy of Sciences pada April 2020, oleh Elsa Ordway, seorang peneliti pascadoktoral di Harvard University Center for the Environment, dan rekan penulis Greg Asner dari Arizona State University.

Mereka mengatakan, kerusakan hutan hujan di Malaysia dan Indonesia didorong oleh permintaan minyak sawit. Selama ini, kata peneliti, studi masih banyak yang hanya menyorot hutan tapi tidak dengan fakta keberadaan perkebunan kelapa sawit.

“Hutan tropis merupakan bagian yang sangat penting dari siklus karbon global, tetapi terdapat ketidakpastian yang sangat besar mengenai seperti apa bentuknya di masa depan-apakah hutan tropis akan berkontribusi dalam menyimpan dan menyerap karbon dari atmosfer, atau apakah hutan tropis akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer,” ujar Ordway, dikutip dari Harvard Magazine.

“Kita berada di titik kritis di mana kita masih berusaha keras untuk memahami bagaimana hutan tropis berfungsi-tetapi di saat yang sama, hutan tropis berubah dengan cepat,” imbuhnya.

Meski deforestasi Indonesia tercatat menjadi salah satu yang terparah, data World Resources Institute (WRI), mencatat dalam satu dekade terakhir Indonesia mencapai deforestasi terendah. Menurut laporan WRI, penurunan deforestasi di RI mencapai 65 persen.

Deforestasi Tak Hanya Merusak Lingkungan, Tapi…

Secara global, deforestasi berkontribusi terhadap kenaikan suhu karena hilangnya penyerap karbon. Deforestasi juga memperparah dampak banjir dan tanah longsor karena kehilangan penyerap air.

Selain itu, masyarakat adat serta hewan dan tumbuhan juga sangat terdampak. Terlebih, mereka yang tinggal di hutan, sangat bergantung satu sama lain untuk menopang kehidupan.

Dengan adanya deforestasi, rumah mereka hancur dan sumber daya terganggu. Dalam hal ini, hewan menjadi salah satu korban terbesar deforestasi.

Sebab, hutan di seluruh dunia merupakan rumah bagi lebih dari 80% spesies hewan, tumbuhan, dan serangga darat. Kerusakan hutan yang cepat berkontribusi pada penurunan keanekaragaman hayati yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mengutip earth.org, setiap individu perlu memiliki kesadaran akan buruknya dampak deforestasi. Pada tingkat individu, bisa melakukan dengan menjaga lingkungan sekitar sebaik mungkin, mengurangi konsumsi daging, mendaur ulang produk sebanyak mungkin, serta memilih produk alami yang tidak mengandung bahan seperti minyak sawit.

Setiap individu diharapkan terus membaca informasi mengenai kondisi lingkungan saat ini, termasuk seperti apa kebijakan pemerintah dalam menanggapi deforestasi itu sendiri.

1.009 Sekolah Rusak Imbas Bencana di Sumatera

Kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (2/12) dilaporkan, musibah banjir menimpa wilayah Sumatera pada akhir November lalu. Diketahui, bencana ini merusak 1.009 sekolah di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar).

Menurut data Kemendikdasmen per Minggu (30/11), sekolahterdampak bencana di Provinsi Aceh berjumlah 310, Sumut berjumlah 385, dan Sumbar berjumlah 314.Rinciannya pada Provinsi Aceh yaitu 57PAUD, 91 SD, 55 SMP, 65 SMA, 34SMK, 1PKBM/SKB, dan 7SLB.

Sedangkan sekolah terdampak bencana di Provinsi Sumut yaitu 76 PAUD, 199 SD, 92 SMP, 11 SMA, 6 SMK, dan 1 SLB. Sementara di Provinsi Sumbar yaitu 51 PAUD, 63 SD, 71 SMP, 20 SMA, 1 SMK, dan 8 SLB terdampak bencana.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan pihaknya sudah meluncurkan tim untuk melakukan mitigasi dan pemetaan. Pihaknya memastikan kegiatan belajar-mengajar bagi para siswa di daerah yang terdampak banjir dapat tetap dapat berjalan.

“Kami sudah melakukan mitigasi dan melakukan pemetaan, tidak hanya Aceh dan Sumatra Utara, tetapi juga di beberapa tempat di Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” jelas Abdul Mu’ti dalam keterangan resminya, Senin (1/12/2025).

Mu’ti menambahkan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sudah mendirikan tenda-tenda darurat di beberapa wilayah terdampak. Kementerian juga sudah mengalokasikan dana untuk tanggap darurat tahap pertama sebesar lebih dari Rp4 miliar.

Kemendikdasmen Dirikan Tenda dan Perlengkapan Sekolah

Bantuan dari Kemendikdasmen berupa:

1. Tenda ruang kelas darurat yang terdiri atas 126 unit Tenda Ruang Kelas Darurat

2. Paket Perlengkapan Belajar Siswa (School Kit) yang meliputi 10.200 paket school kit.

3. Uang/pendanaan berupa Bantuan Peningkatan Mutu Pembelajaran senilai Rp25 juta/voucher, bantuan keuangan, dan Bantuan Operasional SPAB 20 Paket

4. Dukungan psikososial yaitu 2 paket bantuan senilai Rp50jt/paket untuk mendukung layanan dukungan psikososial bagi warga sekolah di daerah terdampak.

5. Buku teks dan nonteks dengan rincian 20.000 eksemplar buku teks, 15.000 eksemplar buku nonteks, dan 50.000 eksemplar buku teks da non teks akan dilakukan pengadaan.

6. Revitalisasi tahun 2026 diprioritaskan untuk daerah terdampak bencana.

BNPB Upayakan Distribusi Logistik Via 3 Jalur

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga tengah mendistribusikan logistik dan peralatan melalui jalur darat, laut dan udara menuju ke beberapa wilayah di Provinsi Aceh. Upaya penanganan ini dilakukan dari beberapa titik yang terbagi dua, yakni melalui Banda Aceh dan Medan.

Pengiriman jalur darat yang terputus akan dilakukan melalui laut. Pengiriman jalur laut dengan menggunakan kapal express bahari untuk wilayah Lhokseumawe, Langsa, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang pada Sabtu (29/11).

Sedangkan untuk wilayah yang belum bisa diakses darat dan laut, BNPB akan menggunakan moda transportasi udara dengan pesawat caravan dan helikopter.

Bantuan dengan tujuan Pidie Jaya, Pidie, Bireun, Aceh Besar dan Aceh Barat telah dikirimkan berupa sembako 200 paket, makanan siap saji 200 pouch, hygene kit 100 paket, kasur lipat 200 pcs, alat kebersihan 100 paket, selimut 100 buah dan matras 100 buah. Selain itu, di beberapa daerah juga dikirim perlengkapan seperti starlink, genset dan perahu LCR. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru